Tusyiah Syeh Muhammad

0
23

“Disini semuanya puasa?” kata Syeh Muhammad, yang berpostur tinggi besar. Hari itu merupakan hari ke 10 di bulan Muharram, hampir sebagian besar para santri berpuasa. Syeh Muhammad pun kembali bertanya kepada para santri. “Kalian tahun mengapa berpuasa pada hari ini?”

Seluruh santri diam. Tanpa membuang tempo, Syeh Muhammad pun lantas menjalaskan keutamaan puasa pada tanggal 10 Muharam. Bulan Muharram merupakan bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah. Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan dan Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam Al-Quran.

Seluruh ahli tafsir Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah Saw ketika melakukan haji wada sempat mengatakan, “Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab.”

Pada bulan baik ini, Nabi Muhammad Saw bersabda :

“Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram.” Meski puasa di bulan Muharram hukumnya sunnah, tetapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan diganjar Allah Swt pahala yang besar. Khususnya, pada tanggal 10 Muharram atau ada juga yang menyebutnya dengan hari ‘Asyura. Berpuasa pada tanggal 10 Muharram, maka Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa tahun lalu dan setahun yang akan datang.

Dari Ibnu Abbas dikisahkan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau lalu menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah yang biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran tentara Firaun. Firaun dan tentaranya lalu tewas tenggelam.

Nabi Muhammad Saw menjawab, “Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian” dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura.

Abdullah Ibn Mas’ud mengatakan, “Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari ‘Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa ‘Asyura.” (HR Bukhari dan Muslim).

Beberapa hadits menyarankan, agar puasa hari ‘Asyura diikuti pula oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura. Sebab orang Yahudi juga berpuasa pada hari ‘Asyura dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Untuk itu, Beliau menyarankan umat Islam agar berpuasa pada hari ‘Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya, yakni tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram.

Pada bulan Muharam, umat Islam juga disarankan untuk banyak bersedekah, khususnya menyantuni anak yatim piatu.(suci)

Â