Ustadz Muhammad Halimi, Ketua Bidang Tafidz TK-SD Full Day Daarul Quran
Faza adalah salah satu peserta Wisuda Akbar 6 pada 22 November 2015 di Masjid Istiqlal yang digelar PPPA Daarul Qur’an. Di hajatan nasional ini, bocah 7 tahun tersebut didaulat Ustadz Yusuf Mansur untuk naik ke atas panggung dan melafalkan hafalan Qur’an di hadapan ribuan orang dan para syeikh.
Santri Tasikmalaya itu membaca Qur’an bil ghoib, tanpa melihat. Orangtua mana yang tidak bangga memiliki anak seperti dia.
Padahal, saat dilahirkan prematur pada Februari 2009, dokter bilang peluang bertahan hidup Faza hanya 0,005 persen. Beratnya cuma 1,2 kg dengan panjang 15 cm. Bagian-bagian tubuhnya belum lengkap.
Nah, lalu bagaimana dengan kita? Sudah berapa yang sudah kita hafal? Bila hari ini usia kita sudah di atas 18 tahun dan belum ada niat untuk menghafal, patutlah Faza menjadi ”cambuk“ agar kita merasa malu. Lalu tergerak untuk kapan lagi memulai. Jangan pernah menunda sebuah niat suci, karena kesempatan datangnya bukan dua kali.
Jangan pernah putus asa bila diusia sekarang kita belum menjadi penghafal Quran. Masih ada beberapa tahun menuju usia 23 tahun, masa dimana sepanjang itu Quran lengkap diturunkan.
Atau mungkin usia kita sudah di atas 30 tahun, jangan putus asa untuk menghafal. Sebab, Rosulullah mulai menerima wahyu dan menghafal baru di usia 40 tahun. Kalau usia kita sekarang 50 tahun belum selesai menghafal, juga jangan putus asa. Karena Rosulullah tuntas menerima wahyu di usia 61 tahun.
Untuk bisa menghafal, sepertinya perlu ada yang diubah mindset kita. Kebanyakan beranggapan, bahwa menghafal Quran itu sulit. Kalau kita menganggap Quran itu susah dihafal, maka memang yang terjadi adalah sulit beneran susah betulan. Boleh dicoba deh, he..he..he…
Tapi ketika keyakinan bahwa menghafal itu mudah, menghafal itu gampang, maka yang terjadi mudah beneran, mudah betulan, sebagaimana dalam Quran Allah sudah berfirman:
[arabic-font]
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ {17}
[/arabic-font]
‘’Dan sungguh Aku mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran’’ (QS Al-Qomar : 17).
Dalam menjalankan aktivitas sehari hari, kadang kita lalai untuk menambah perbekalan hafalan Quran kita. Di tengah kesibukan mencari nafkah untuk keluarga, tak terasa hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun bertambah tahun namun hafalan kita tidak nambah nambah. Sungguh merugi orang yang usianya bertambah tapi tidak bisa berguna.
Rosulullah berwasiat, ‘’Siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung.’’
Sebelum mulai menghafal mari kita tengok saudara kita yang tuna netra. Banyak di antara mereka yang menjadi penghafal Quran. Subhananllah… Coba kita perhatikan bagaimana proses menghafalnya? Mereka buta tapi bisa menghafal dengan baik. Mereka menghafal bukan dengan cara melihat tapi dengan cara mendengar. Dari apa yang mereka dengar dari para hafidz, mereka dapat menghafal walaupun buta. Jadi setelah mendengar beberapa kali lalu diikuti bacaannya sedikit-sedikit sampai satu ayat.
Maka kalau kita mau memfokuskan panca indra kita, tentu akan mudah dalam menghafal Quran. Inilah kemudian disebut dengan metode sesuap suap.
Misalnya, jika kita ingin menghafal salah satu juz dalam Quran, yang perlu kita perhatikan adalah jumlah baris dalam satu juz di mushaf pojok. Biasanya dalam mushaf Quran pojok, 1 juz tercantum dalam 10 lembar atau 20 halaman. Satu halaman terdiri 15 baris. Maka, satu juz terdiri 300 baris.
Tentukan target dalam menghafal. Kalau 300 baris mau ditempuh dalam waktu 30 hari, berarti tinggal dibagi saja. Ketemunya, 10 baris perhari. Berarti, dalam sehari harus menghafal 10 baris. Tergantung kekuatan kita, seandainya dirasa berat tinggal dikurangi saja.
Jika ayat “idza waqo’atil waqiah” dirasa terlalu panjang untuk dihafal sekali jalan, maka cukuplah kata “idza” yang diulang ulang. Jika terlalu pendek, maka lanjutkanlah sampai “waqo’atil” diulang ulang sampai lancar. Jangan buru buru pindah sebelum lancar banget, kemudian lanjutkan sampai akhir ayat.
Usahakan ketika sudah hafal, ulangi beberapa kali setelah sehabis sholat fardhu. Minimal 20 kali pengulangan sehabis sholat untuk setiap ayat atau penggalan ayat, saya yakin kita insya Allah akan dapat menghafal dengan ringan dan mudah.
Wakafkan waktu kita pada Allah dalam menghafal. Bukan ujung ayat doang yang dihafal. Alokasikan berapa waktu khusus yang kita jadwalkan dalam sehari untuk menghafal. Minimal satu jam, syukur bisa lebih dari satu jam untuk bercengkrama dengan Quran.
Niatkan dalam hati untuk menjadi penghafal Quran. Azamkan dalam diri sendiri “ketika saya meninggal dunia dalam keadaan penghafal Quran”. Syukur bisa 30 juz, setidaknya juz 30. Sebab, sepandai apapun orang ketika tidak mempunyai niat menghafal Quran, ya nggak bakal terwujud.
Bila kita sekarang ini punya keinginan untuk menghafal Quran, syukurilah karena ia adalah obor yang membantu kita melewati gelapnya malam menuju lorong panjang menuju taman surgawi yang abadi, mulailah dengan komitmen yang tinggi, kamaqola KH Mustofa Bisri: “Keraslah terhadap diri sendiri dalam melakukan kebaikan dan berlemah lembutlah dalam mengajak orang lain dalam kebaikan.’’
Setiap kesuksesan pasti diawali dari sebuah perjuangan dan pengorbanan. Setiap perjuangan dalam meraih kesuksesan pasti berhadapan dengan sekian banyak rintangan. Bukankah di dalam Al Quran Allah sudah menjamin bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahannya.
Dan yang terakhir adalah doa. Boleh dengan perkataan yang lembut seperti doanya Nabi Zakariya as:
[arabic-font]
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُن بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا
[/arabic-font]
‘’Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu’’ (QS Maryam: 4).
Atau kita berdoa seperti doanya Nabi Ibrohim as:
[arabic-font]
رَبَّنَآ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَانُخْفِي وَمَانُعْلِنُ وَمَايَخْفَى عَلَى اللهِ مِن شَىْءٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي السَّمَآءِ {38} الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَآءِ {39} رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ {40} رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ {41}
[/arabic-font]
Atau berdoa dengan cara ‘’memaksa’’ Allah: ‘’Ya Allah jangan matikan hamba sebelum hafalan Quran hamba lancar.’’
Setelah doa kita diijabah maka tingkatkan terus doanya: ‘’Ya Allah, jangan matikan hamba sebelum berhaji ke Baitullah….’’