“Bapak-bapak, ibu-ibu, kalo pas siang saat capek2nya apa yang ingin dilakukan? Jawab dengan jujur yah… ” tanya seorang ustadz dalam sebuah pengajian.
“Leyeh-leyeh…” ujar seorang ibu.
“Tidur siang…” ujar ibu-ibu lainnya
“Lha kok ga ada yang jawab sholat dhuhur?” Tanya kembali sang ustadz yang langsung membuat jamaah terdiam.
Hmmmm…. ada apa dengan sholat?
Maaf, tulisan ini tidak bermaksud dalam memberikan tausiah, karena memang ilmunya belum sampai dan merasa belum pantas, hanya sekedar ingin berbicara dan berbagi munurut pengetahuan saya saja. Juga ingin mengingatkan pada diri saya sendiri mengenai esensi dari sholat. Maka itu banyak mohon maaf bila terdapat kesalahan, juga mohon dibenarkan nanti apabila ada pernyataan yang salah.
Sholat, ibadah yang sering dilakukan umat muslim, tapi mungkin telah dilupakan filosofinya. Kita (termasuk saya) selama ini mungkin menganggap bahwa sholat adalah sebuah kewajiban yang telah menjadi kebiasaan. Hanya sebuah gerakan, atau “syarat” untuk bertemu dengan Tuhan. Lupa bahwa sholat itu sebenarnya adalah suatu kebutuhan, sarana kita untuk berkomunikasi dengan Tuhan, bahkan lupa bahwa sholat itu sebenarnya adalah sarana istirahat kita (karena itulah disebut kebutuhan).
Naahh, disinilah saya mulai paham kenapa ustad tersebut melontarkan pertanyaan seperti diatas. Sholat itu merupakan meditasi tertinggi, saatnya untuk mengistirahatkan badan, pikiran dan hati. Itulah kenapa perintah sholat justru dilakukan pada jam-jam yang nanggung. “Sholat itu bisa mencegah kita dari perbuatan fasiq dan munkar”, tapi kenapa masih banyak yang sholat jalan maksiat jalan pula. Karena kita belum sepenuhnya ‘sholat’. Terkadang kita juga sering melupakan kenikmatan dari sholat itu sendiri. “Innama a-la’mal bi al-niat”, segala sesuatu itu diawali dengan niat. Kita sering melafalkan niat sholat, tapi melupakan niat yang ada di hati. Terkadang, sholat hanya karena sebuah kewajiban, karena takut pada neraka. Coba kalau tidak ada neraka, masihkah kita menjalankan sholat?
Sebelum lebih jauh, pertama saya ingin membahas sholat sebagai suatu kebutuhan. Sebagai sarana meditasi tertinggi, sholat seharusnya benar-benar kita butuhkan. Meditasi merupakan proses sebuah relaksasi, dan dalam sholat kita tidak hanya merelaksasi badan, tapi juga pikiran dan hati. Dan, biasanya saat kondisi relaks itulah muncul teori “AHA”. Pernahkah anda teringat barang yang hilang justru pada saat sholat? “aha,,,ternyata kunciku diatas lemari”, atau teringat sesuatu yang terlupakan? “aha…jam tanganku masih di kamar mandi”. Tapi sayangnya relaksasi atau kenikmatan itu terkadang justru terkalahkan oleh hal-hal yang harus kita bayar mahal. Hanya untuk mendapatkan teori “aha” kita harus jauh-jauh ke pantai, ke gunung atau ke tempat-tempat yang kita anggap nyaman, padahal Allah SWT sudah menunjukkan cara yang paling murah dan paling mudah, sholat.
Saya sendiri merasa sering kehilangan kenikmatan sholat, merasa nikmat hanya pada saat sedih karena bisa mengadu pada yang Maha Berkuasa. Pernahkah anda berfikir, sebenarnya tujuan olahraga golf itu apa? Kalau memang tujuannya olahraga kenapa saat dipukul bolanya tidak dikejar tapi malah diamati saja, atau hanya ingin memasukkan bola ke dalam lubang di tanah? Lalu kenapa harus mencari lubang yang jauh, kenapa tidak dari dekat saja. Kenikmatan, itulah yang dicari ketika seseorang berhasil memasukan bolanya ke dalam lubang. Contoh lagi, seorang perokok. Kalau dibilang bodoh, sebenarnya para perokok itu ada yang seorang direktur, sarjana, dll., masak ya bodoh. Padahal di bungkusnya telah ditulis dengan jelas rokok bisa menyebabkan serangan jantung, impotensi, bla bla bla yang semua bersifat negatif. Tapi kenapa mereka masih saja merokok? Kalau yang dicari rasanya kenapa tidak dimakan saja rokoknya, kalau yang dicari asapnya kenapa tidak dibakar, dikipas-kipas dan dihirup asapnya. Ah..lagi-lagi kenikmatan. Dan coba anda amati, para perokok itu bisa menikmati rokoknya justru pada saat membutuhkan relaksasi. Lalu kemana kenikmatan sholat kita saat ini?
Sudah seharusnya kita bersyukur karena diwajibkan untuk sholat 5 waktu. Coba anda bayangkan, kalau saja ditengah-tengah kegiatan duniawi kita tidak diselingi dengan sholat (mengistirahatkan jiwa dan raga) seberapa cepat kita akan mengalami ke-stres-an. Bahkan Allah SWT pun telah berseru “Al-shalat khair min al-naum”, sholat itu lebih baik daripada tidur. Subhanallah, betapa istirahat dalam sholat itu lebih baik daripada tidur. Bisa saja tidur telah mengistirahatkan badan kita, tapi pikiran kita? hati kita? Allahuakbar,,kenapa kita sering menyia-nyiakan sholat kita? Astaghfirullahaladzim.
Tapi kembali lagi kepada niat, kita telah kehilangan kenikmatan dalam meditasi tingkat tinggi ini karena niat yang salah. Karena yang berniat dalam sholat hanyalah mulut kita, pikiran kita, tapi kita melupakan hati kita. Kita (saya barangkali lebih tepatnya), tidak mengikutkan hati kita saat sholat. Lupa untuk berserah sepenuhnya kepada Yang Maha Berkuasa. Marilah sama-sama kita benahi sholat kita.
Sholat yang bagaimana yang bisa mencegah perbuatan fasiq dan munkar? Karena banyak sekali orang sholat namun masih melakukannya