Kisah Agung Menjadi Tukang Cuci Piring di Mesir Untuk Biaya Hidupnya

0
41
Belajar di Mesir sudah menjadi cita-cita dan impian Agung Haris Fadilah sejak awal ia masuk pesantren tahfizh Daarul Qur’an. Maka ketika kesempatan belajar di negeri yang dikenal sebagai gudang ilmu datang Agung tidak menyia-nyiakan meski harus menjadi tukang cuci piring untuk bekal membiayai hidupnya selama di Mesir.

Agung adalah alumni angkatan ke 3 pesantren tahfizh Daarul Qur’an. Ia masuk pada tahun 2010 dan mengawali dari program i’daad dan dinyatakan lulus pada tahun 2013. Selama di Daarul Qur’an, Agung sangat mengidolakan ustadz-ustadz lulusan dari Mesir.“Sejak masuk ketika ketemu usatdz Kholid, ustadz Saeful Bahri dan beberapa ustadz alumni. Mereka keren dalam menyampaikan ilmu yang mereka punya” ujarnya.Bermodal doa dan keyakinan Agung terus menyalakan cita untuk belajar di Mesir. Tidak hanya berdoa agung juga mengerjakan sholat-sholat sunnah seperti sholat hajat, duha, tahajud, dan tasbih dengan harapan Allah akan memudahkan dirinya untuk menimba ilmu di mesir.Setelah lulus dan mengabdi di Daarul Qur’an, Agung mengikuti tes yang di selenggarakan Kemenag bertempat di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, tetapi hasil berkata lain. Agung harus menerima kenyataan bahwa dirinya dinyatakan tidak lulus seleksi. Namun tekadnya yang kuat memberanikan Agung untuk meminta bantuan dari ustadz-ustadz agar dapat memberangkatkan dirinya untuk menimba ilmu di mesir. Alhamdulillah salah satu ustadz Daarul Qur’an ada yang dapat membantunya.

Awal tiba di Mesir, Agung merasa sangat senang dan bahagia. Mimpinya kini menjadi nyata. Dua bulan pertama Agung masih dapat menjalani kehidupan dengan layak. Ia masih punya uang bekal dari Indonesia. Masuk di bulan ketiga uang Agung mulai menipis, ia mulai memutar otak untuk memenuhi segala kebutuhan hidup di Mesir. Sejak awal berangkat orangtua Agung sudah berpesan tidak dapat mengirim uang bulanan untuk dirinya. Maka satu-satunya cara adalah mencari kerja untuk menutupi segala biaya hidupnya. Ia pun mulai bertanya kepada senior-senior mahasiswa dari Indonesia untuk minta bantuan di carikan kerjaan, Alhamdulillah mulai bulan ke 4 tinggal di mesir ia mendapatkan kerjaan.

“Kerjanya gak terlalu capek hanya tempatnya yang lumayan jauh. Aku kerja itu di tempat warung makan”.

Awal masuk Agung bertugas menjadi tukang cuci piring, namun perlahan-lahan mulai menjadi pembuat minuman sampai pada akhirnya menjadi tukang masak. Saat itu pikiran Agung sudah mulai terbelah antara fokus belajar dengan bekerja sebagai upayan untuk bertahan hidup.

Satu ketika dalam perjalanan menuju tempat kerja hujan turun. Saat itu uang di kantong Agung sangat pas-pasan. Sehingga ia tetap melanjutkan berjalan kaki sambil hujan-hujanan. Cuaca saat itu memasuki musim dingin. Sambil berjalan ia harus menahan udaran dingin yang menusuk tulang. Dalam keadaan seperti itu ia melihat teman-temannya sedang asyik duduk santai di rumah sambil masak gorengan yang hangat.

“Kalau inget momen itu rasanya gak kuat , tapi yang menguatkanku ya karena tekad kuat yang emang dari dulu pengen banget belajar di Mesir” ujarnya hingga meneteskan air mata.

Untuk bertahan hidup Agung tidak hanya bekerja di satu tempat saja. Ia juga bekerja dari mulai warung bakso hingga warung makan biasa, hingga akhirnya dapat kerja di tempat yang lumayan nyaman dan layak.

“Kadang emang banyak yang harus di korbankan. Ketika sibuk bekerja pasti ada sebagian pelajaranku yang tertinggal. Begitu sebaliknya ketika saya mulai fokus belajar maka banyak hutang di sana-sini” ujarnya.

Meski begitu Agung menerima dengan hati yang senang karena masih tidak menyangka bisa belajar di Mesir saat banyak orang-orang yang ingin belajar ke Mesir. Alhamdulillah setelah 4 tahun berjuang di Mesir, cita-cita Agung terwujud pada tahun 2019 saat dirinya diterima di Fakultas Syariah wal Qonun, jurusan Syariah Islamiyah.

Pesan agung untuk adik-adik santri dan teman alumni harus tetap semangat dan jaga terus keyakinan pada Allah swt. Jangan pernah ragu akan kekuatan doa terlebih kita sebagai penghafal Alquran. Kalau sibuk paksain tetap baca Alquran.
“Karena sesungguhnya ketika sibuk tidak bisa baca Alquran itu sebenarnya Alquran telah ninggalin kita, bukan karena kitanya yang sibuk” ujarnya.

Ditulis oleh, Rifqi Akbari, Alumni Daqu