Bangkit Bersama Daarul Qurán

0
361

Oleh Dr. H. Tarmizi As Shidiq, M.Ag-Pimpinan Daarul Qur’an

“Rise” atau bangkit, kata bangkit merupakan perwujudan bangun dari sesuatu. Bagi pecinta film tentunya sudah tidak asing lagi dengan film Star Wars, film ini dibuat oleh George Lucas pada tahun 1976 yang mengkisah kehidupan di galaksi yang jauh, dengan kisah-kisah yang sarat dengan makna, dari filsafat hingga agama. Dalam ceritanya, Jedi merupakan  sosok yang mewakili kebenaran, sedangkan Sith adalah representasi dari kejahatan. Star Wars telah menjadi legenda dalam industri  film dan tetap hidup di hati para penggemar dari segala usia. Pada film Star Wars ke-9 bertema The Rise of Skywalker, kata the Rise yang mengakhiri konflik keluarga Skywalker yang sudah berlangsung sejak tahun 1977 sejak awal film ditayangkan, dengan berbagai jenis konflik yang ditemukan, kebenaran akhirnya menang.

Dalam sejarah kata bangkit juga banyak ditemukan, bangkit menjadi simbol dari kebangkitan, kemajuan dan pembaharuan dari berbagai bidang keilmuan. Di Eropa dikenal dengan Renaissance, sebuah zaman kebangkitan peradaban modern di Eropa setelah mengalami dark age. Selama dark age atau masa suram, ilmu pengetahuan di Eropa terkesan jalan ditempat karena dibatasi oleh gereja. Ahmad Suhelmi dalam “Pemikiran Politik Barat” menjelaskan bahwa zaman Renaisans (abad XIV-XVI) adalah satu abad keemasan (Golden Age) dalam sejarah peradaban barat. Zaman ini merupakan fase transisi yang menjembatani zaman kegelapan (Dark Ages) dengan zaman pencerahan (Enlightenment Age). Dengan lahirnya Renaisans, seberkas kemilau cahaya peradaban barat mulai bersinar. Tanpa Renaisans, Eropa mungkin tidak akan menapaki abad-abad modern dengan begitu cepat

Dalam sejarah Islam,  diutusnya Rasullah Saw menjadi era kebangkita Islam, Islam sebagai agama samawi yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw mempunyai peranan yang besar dalam merubah kehidupuan dunia, Islam hadir memberikan jawaban terhadap tantangan yang hadir saat itu, menjadi penyempurna ajaran yang telah turun sebelumnya dan memperbaiki perilaku manusia yang masih jahiliyah. Islam juga hadir memberikan pecerahan ke belahan dunia lainnya, yang pada saat itu juga dalam kondisi kegelapan. Kemajuan dakwah Islam sejak masa kenabian Muhammad Saw hingga beliau wafat dan dilanjutkan Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib

Pada Abad pertengahan  menjadi masa  keemasan bagi  orang  Islam.  Ilmu  pengetahuan berkembang dengan pesat. Perluasan wilayahnya mencapai wilayah Eropa, salah satunya  adalah  Andalusia. Harun Nasution dalam “Perkembangan Sejarah Islam”  membagi dalam tiga, yaitu :  periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M) dan periode modern (1800 – dan seterusnya), dalam pandangan Saleh Putuhena era klasik Islam berlangsung di antara abad VII hingga abad XIII Masehi. Periode ini dijuluki the golden age of Islam.  Kejayaan  Islam  berlangsung  cukup  lama  hingga  sampai  pada  masa  kehancurannya.  Dengan  kehancuran  kejayaan  Islam  ini bersamaan dengan Renaisans di Eropa. Tetapi Islam bangkit kembali sejak masa Ottoman

 Di Indonesia, Kebangkitan terjadi tahun 1908 dengan lahirnya organisasi Budi Otomo di Yogyakarta yang didirikan  dr. Wahidin Soedirohoesodo. M.C. Ricklefs dalam “Sejarah Indonesia Modern” menjelaskan bahwa  pada dasarnya kehadiran Budi Utomo merupakan suatu organisasi priayi Jawa dan mengutamakan pada pendidikan dan kebudayaan.  Sedangkan dalam pergerakan, kebangkitan dan pembaharuan  dakwah Islam di Indonesia, gerakan ini menurut Ramayulis bahwa pembaharuan di Indonesia dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran dan usaha tokoh-tokoh pembaruan Timur Tengah pada abad ke-19, khususnnya Jamaluddin Al-Afghani dan  Muhammad Abduh. Gerakan pembaruan yang datang dari Timur Tengah ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu, jalur publikasi, dan jalur pendidikan (Ramayulis, 2012, pp. 295-297). Ira M. Lapidsus, menurutnya bahwa sejumlah pergerakan Islam di Jawa didirikan antara 1905 dan 1912 yang terbesar diantaranaya adalah Muhammadiyah, yang dirikan tahun 1912 (Lapidsus, 2000, p. 328)

Yudi Latief dalam “Genealogi Inteligenesia”, menjelaskan pelopor sistem pendidikan madrasah dalam milieu komunitas tradisionalis adalah Abdul Wahab Chasbullah (lahir 1888). Setelah kepulangannya dari belajar di Mekkah (1909-1914), dia mulai berkolaborasi dengan Mas Mansur (mantan mahasiswa Al-Azhar yang bergabung dengan Muhammadiyah pada 1921) unluk mendirikan jam’iyah yang bernama Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri) di Surabaya pada 1916. Tujuan dari jam’iyah ini ialah unluk mengangkat mutu pendidikan bagi umat Islam dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah Islam modern Nahdlatul Wathan dengan wawasan nasionalis (Latif, 2013, p. 215). Yudi Latif menambahkan bahwa bahwa pusat teladan dari modernisasi komunitas epistemik tradisionalis di Jawa ialah Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur Didirikan pada 1899 oleh KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947), seorang mantan murid KH. Achmad Khatib, pesantren ini dengan segera terkenal sebagai pusat studi Islam tingkat tinggi, terutama di kalangan komunitas tradisionalis. KH. Hasyim Asy’ari merupakan tokoh utama dalam pembentukan organisasi Nahdlatul Ulama.

Abdul Djamil  menjelasakan bahwa berbicara dinamika studi keislaman di Indonesia tidak bisa mengabaikan peran penting dari beberapa organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang lahir di negeri ini. Beberapa ormas terbesar di Indonesia-sebut saja, misalnya NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan Persis-sudah sejak lama memiliki tradisi menggali ajaran Islam dari sumber utamanya. Ormas-ormas ini juga memberi kontribusi yang tidak sedikit ketika kaum penjajah menggerogoti kedaulatan dan kekayaan alam Nusantara. Menurutunya, NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan Persis telah lama melakukan kerja besar merintis lahirnya peradaban keislaman, yang kelak diidentikkan sebagai model Islam keindonesiaan.  (Jamil & Dkk, 2008, p. xv).

Bagi insan dan keluarga besar Daarul Qurán kata bangkit adalah kembali pada cita-cita dan impian Daarul Qurán, yaitu mewujudkan impian 5 benua. Mimpi itu harus besar dan luas. Semakin jauh kita bermimpi maka pohon yang kita tanam juga semakin besar. Ibarat pohon, mimpi itu harus dijaga dengan cara doa dan usaha. setiap insan Daqu diajarkan untuk punya impian, punya cita-cita yang tinggi.

What do you want to be? DREAM it

Di dalam buku Feel, KH Yusuf Mansur menulis, “What do you want to be? DREAM it. Bangunlah mimpi saudara semua, lalu sampaikan ke Allah, Yang Maha Menggenggam Masa Depan kita. Berdoalah PRAY tegakkan semua kewajiban dan hidupkan sunnah-sunnahnya. Maka Dia yang akan membimbing ACTION kita. Menunjukkan jalan untuk mencapai mimpi-mimpi kita.” Action ini di awali dengan Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus, kesemuanya impian insan Daqu baik impian personal, lembaga dan keluarga berawal dari Allah Swt  kembali ke Allah Swt

Impian bagi insan Daqu adalah hasrat yang benar-benar diingginkan dan diwujudkan dengan usaha dan doá, bagi insan Daarul Qurán impian bukan mimpi, sesuatu yang terjadi saat tidur, bukan angan-angan tetapi impian adalah cita-cita, visi yang menjadi goal (tujuan) dan motivasi untuk mengapainya.  visi merupakan suatu cita-cita atau keinginan dari organisasi atau individu yang dibuat melalui perencanaan organisasi untuk membangun dan mengembangkan masa depan organisasi atau lembaga dalam mencapai tujuan organisasi yang jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam buku Daqu Story, Dream Pray and Action dijelaskan bahwa “ Dream Daqu, Dream 5 Benua, Dream Indonesia, adalah Dream Kita bersama. Kenapa?. Karena mimpi kita bersama saat Indonesia banyak melahirkan generasi hafizh Qur’an yang berprofesi dalam semua bidang, baik pemeritahan dan swasta; Mimpi kita bersama agar lembaga-lembaga Pendidikan Indonesia dapat berdiri di berbagai belahan dunia, bahkan Indonesia menjadi negara pusat dan tujuan orang dari berbagai negara untuk belajar; Mimpi kita bersama juga bila Indonesia ke depan, para pemipinnya amanah, bertanggung jawab, dan rakyat sejahtera.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Sunan An-Nasa’i  dalam kitab Al-Jihad, Bab Ghozwah At-Turk wal Habasyah, nomor hadist 3176, mengkisahkan kejadian dalam penggalian Khandaq, ditemukan sebongkah batu sangat besar menghalangi penggalian itu. Lalu Rasullah Saw memukul batu besar itu sebanyak tiga kali dan pada setiap pukulan Rasullah Saw selalu  berdo’a. Pukulan pertama  Rasullah Saw ditampakkan kota-kota Kisra Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya. Kemudian  pada pukulan kedua ditampakkan kepada Rasullah Saw Kaisar Romawi dan sekitarnya hingga dan kemudian pada pukulan ketiga, ditampakkan kepada Rasullah Saw  negeri Ethiopia dan desa-desa sekitarnya

Peristiwa khandaq mengajarkan untuk tidak berhenti pada impian dan cita-cita, dalam saat sulit pun cita-cita tersebut tetap dipegang tidak dilepaskan. Perang Khandaq merupakan perang antara 3.000 personel umat Islam melawan koalisi kaum kafir dengan kekuatan 10.000 personel, bahkan menurut Syekh Wahbah Zuhaili, jumlah personel kaum kafir 15.000 pasukan, dengan koalisi antara orang kafir Makkah, kaum Yahudi, orang-orang Quraisy, dan beberapa kelompok konspirasi. Di saat seperti itu Rasullah Saw mengajarkan tentang impian dan cita-cita yang dengan melihat negeri-negara besar memeluk cahaya Islam,

Beberapa tahun ini, dunia berangsur-berangsur pulih dari dari dampak Covid-19, ragam aktifitas kembali berjalan normal dan geliat perekonomian perlahan mulai menujukan grafik yang kian meningkat. Covid 19 banyak memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan kemajuan organisasi. Selain itu, problem internal yang dihadapi oleh setiap organisasi pasca Covid-19 juga menghambat perencanaan dan program setiap organisasi. Maka,  sudah seharusnya  baik lembaga, perusahaan, dan semua entinitas mulai menata dan bangkit kembali untuk masa depan yang lebih baik.

Mari Bangkit Bersama Daarul Qurán