‘’Enjoy aja, Ma,’’ seru Citra Anggun, saat ditanya kerasan apa nggak mondok di Ponpes I’daad Daarul Qur’an Cikarang, Jawa Barat. Putri dari H. Nano ini mengaku bisa menikmati suasana pendidikan di pondok walau baru kali pertama ia masuk pesantren.
Ya, sudah sepekan sejak 10 September 2011, Anggun dan ratusan kawannya inreyen alias menghuni Pondok Pesantren I’daad Daarul Qur’an Cikarang yang benar-benar gres.
Bahkan beberapa sarana dan prasarana sekunder pesantren tampak masih dalam proses penyelesaian. Namun, bagi H Nano, itu tidak jadi soal. ‘’Saya percaya Daarul Qur’an bisa mengatasi semua, apalagi sekadar kelengkapan sarana dan prasarana pondok,’’ tutur pengusaha karpet dan gorden ini.
Ia mengungkapkan, Anggun adalah anak kedua yang dimasukkan ke Daarul Qur’an. Sebelumnya, kakak Anggun sudah lebih dulu jadi santri di Daarul Qur’an Bulaksantri, Ciledug, Tangerang.
‘’Kami yakin dan mempercayakan pendidikan putri kami ke Daarul Qur’an. Cita-cita kami sama seperti orang tua pada umumnya yang mendidik anaknya melalui pesantren, yaitu ingin anaknya menjadi anak yang sholehah dan juga bisa beribadah dengan baik,’’ papar H. Nano.
Awalnya, biasalah, banyak santri yang masih homesick. Sebentar-sebentar pingin pulang. Apalagi orangtuanya, utamanya para ibu, juga masih belum terbiasa berpisah dengan putrinya. Saat mengantar putrinya di hari pertama mondok, banyak diantara mereka yang belum juga beranjak dari pesantren meski waktu tunggu hampir habis. Sampai-sampai Ustadz Sobri, mudzir Ponpes I’daad Daqu Cikarang, member ultimatum agar walisantri harus check out sebelum maghrib.
Mereka pun dilarang sering-sering datang menjenguk putrinya di pondok. Namun, sampai Ahad, 18 Agustus 2011 lalu, masih saja banyak wali santri yang ingin menjenguk putrinya di pesantren. Mereka rupanay begitu khawatir akan kondisi anaknya.
Padahal, menurut pengamatan Ustadz Sobri, para santri umumnya sudah mulai kerasan. ‘’Seminggu pertama kita gembleng para santri dengan materi-materi yang membuat mereka jadi betah. Misalnya tentang revolusi belajar, spritual expedition,the art of teaching, dan istana masa depan,’’ papar Ustadz.
Pematerinya selain Asaatidz Daarul Qur’an juga para trainner dari luar Daarul Qur’an seperti Dian Patria. Alumnus Master of Arts dari The American University, Washington DC, ini memberikan materi training Analytcal Hierarchy Process.
Dilengkpai dengan turunan materi tentang revolusi belajar dan ekspedisi, termasuk senam otak.
Semua ikhtiar itu dibarengi dengan do’a dan dzikir khusus agar para santri kerasan di ponpes bagai di rumah sendiri. Dan, hasilnya tampak dari wajah-wajah ceria mereka saat mengikuti semua kegiatan pesantren. (Dar).
http://daqu.sch.id/pesantren-idaad/gallery/photo
Â