<!– @page { margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in; direction: ltr; color: #000000; line-height: 115%; widows: 2; orphans: 2 } P.western { font-family: “Calibri”, sans-serif; font-size: 11pt; so-language: en-US } P.cjk { font-family: “Times New Roman”, serif; font-size: 11pt } P.ctl { font-family: “Times New Roman”, serif; font-size: 11pt; so-language: ar-SA } –>
Peringatan Nuzulul Qur’an, malam 17 Ramadhan di Kampung Qur’an, terasa kian istimewa. Syukuran turunnya Surat Al ‘Alaq sebagai awal wahyu Ilahi kepada Nabi Muhammad SAW itu berlangsung di gedung baru yang bernama Gedung Dhuha. Civitas academica Kampung Qur’an memulai peringatan dengan khataman Qur’an 30 juz jelang saat berbuka puasa.
“Khataman Qur’an digelar di gedung baru ini, agar gedung ini mendapat berkah dan ridlo Allah SWT. Insya Allah Gedung Dhuha akan ditempati santri setelah Idul Fitri,’’ papar Ustadz Jaya Rukmana, Kepala Pengasuh Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an.
Seremonial peringatan digelar usai shalat tarawih di Masjid Daarul Qur’an. Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh Ustadz Abdul Rosyid, salah satu asaatidz Daarul Qur’an. Selanjutnya, tampil memberi sambutan GM Pendidikan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an, Abdoel Rochimi.
Dalam sambutannya Ustadz Rochimi mengajak jamaah mensyukuri nikmat Allah SWT, terutama atas berdirinya Gedung Dhuha.
Ustadz Rochimi pada kesempatan itu juga meluncurkan sesuatu yang baru di Kampung Qur’an, yakni majalah Kabar Pesantren.
“Alhamdulillah, kita bersyukur tepat pada peringatan Nuzulul Qur’an, kita mampu menerbitlkan majalah pesantren yang diberi nama Kabar Pesantren. Majalah ini sebagai media kreativitas bagi para santri dan asaatidz untuk menuangkan idenya yang kreatif dan inovatif,’’ kata Ustadz Rochimi.
Ia berpesan, para santri selama berlibur di rumah masing-masing agar senantiasa memuroja’ah hafalannya, pelajarannya, serta menerapkan Daqu Methode. Sehingga, katanya, ‘’kelak kalian semua jadi orang yang dipertimbangkan di masyarakat,” ujar Ustadz penuh semangat.
Karena itu, untuk menjaga kesinambungan belajar, para santri setelah kembali dari masa liburan diharap membawa buku bacaan yang berkaitan dengan pendidikan.
‘’Buku-buku yang kalian bawa kita kumpulkan jadi perpustakaan dari santri oleh santri dan untuk santri. Kita budayakan membaca, karena wahyu yang pertamakali diterima Nabi Muhammad SAW adalah iqra’ (bacalah),” imbuh Ustadz.
Puncak acara adalah taushiyah yang disampaikan Kyai Cepot. Setelah berdiri di podium, kyai yang nama aslinya Ahmad Ihsan ini memberi salam. Lalu ia memulai tutur ceramahnya dengan pantun humoris.
“Saya dulu nyantri, mandi ngantri, makan dengan teri, lalu dapat istri, dan akhirnya jadi kyai,” ujarnya, disambut tawa para santri dan segenap hadirin.
Kyai cepot menambahkan, jadi santri sungguh hidayah dari Allah. ‘’Tidak semua anak berkeinginan menjadi santri, bahkan orangtuanya pun begitu. Santri adalah anak yang siap tampil di masyarakat, generasi masa depan masyarakat dan bangsa,’’ katanya.
Kepada para santri beliau berpesan, “Jadi santri jangan cengeng, jangan ngeluh, harus siap berjuang bahkan sengsara. Saya dulu jadi santri masya Allah sengsaranya; lapar, tak punya uang dan lain-lain, tapi kelak bermanfaat, lebih baik bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.”
Selain warga Kampung Qur’an, hajatan ini juga dihadiri para tokoh masyarakat setempat seperti Ketua RT, RW, dan Ketua Karang Taruna serta ibu-ibu majlis taklim.
Sebagai tuan rumah, tampak Ketua Yayasan Daarul Qur’an Indonesia Ustadz Ahmad Jameel, Ustadz Abdoel Rochimi, dan Kepala Pesantren Sholehuddin serta Asaataidz dan.
Acara berakhir pada pukul 22.30 WIB dengan dipungkasi do’a dan ramah tamah. (UR)