Wayang Santri di Kampung Quran

0
27

Selepas salat Isya, Ustad Ahmad Jameel maju ke podium dan meraih pengeras suara. Para santri menduga-duga, pasti ada informasi menggembirakan yang hendak disampaikan. Sebab sedari siang, sejumlah tukang hilir mudik ke dalam aula, menggotong gamelan dan beberapa alat musik khas jawa. “Malam ini, kita akan menyaksikan pertunjukan wayang bersama Ki Enthus Susmono,” kata Ustad Jameel.  Suasana masjid pun segera riuh, tetapi Ustad Jameel segera mengeraskan suaranya. Ia menjelaskan, pertunjukan wayang dipilih oleh Daarul Quran untuk memberitahukan kepada para santri bahwa sarana berda’wah itu ada banyak cara, salah satunya bisa lewat pertunjukan wayang.  Ia juga memperingatkan para santri, agar selama menyaksikan pertunjukan tetap menjaga sikap terbaik. Artinya, tidak tertawa berlebihan ketika ada hal lucu. Begitu juga halnya kalau ada kisah sedih yang diceritakan, tidak menangis sampai meraung-raung.

Setiap santri Daarul Quran, penting menunjukan sikap terbaik. Ketika hendak meninggalkan masjid pun sikap terbaik harus tetap dipegang. Caranya, dengan tidak bersuara keras dan berjalan pun tidak bersuara.“Pertunjukan wayang lima menit lagi dimulai, semuanya kumpul di aula. Walau malam ini ada pertunjukan wayang, kita tetap bangun untuk tahajud,” kata Ustad Jameel.

Para santri bergegas menuju aula. Melihat antusiasme para santri, Ki Enthus Susmono juga ikut tidak sabar untuk segera memulai pertunjukannya. Pada 15 menit pertama, pertunjukan wayang Ki Enthus menyinggung hukum menjawab salam. Salam merupakan bagian dari doa sehingga wajib dijawab.

“Hanya satu salam yang tidak boleh dijawab, salam imam saat menutup salat,” kata Ki Enthus, para santri langsung tertawa.
Ki Enthus lalu mulai agak serius dengan menceritakan kisah – kisah teladan. Kisah yang pertama kali disampaikan adalah cerita seekor induk kera yang terjepit bambu. Induk kera yang menahan sakit karena terjepit, lalu dibantu oleh si lumpit, bocah penolong. Setelah ditolong, induk kera mengucapkan terima kasih kepada si lumpit karena dengan bebasnya ia dari jepitan bambu, sekarang ia bisa kembali mencari pisang untuk anak-anaknya.

Ki Enthus kemudian melanjutkan kisah kupu-kupu yang tersangkut jaring laba – laba. Si Lumpit pun segera menolong kupu-kupu tesebut.  Sebelum terbang, kupu-kupu berpersan kepada Si Lumpit, agar tidak segan –segan mencarinya bila membutuhkan bantuan.

Cerita induk kera dan kupu – kupu itu, mengingatkan kita pada hadis Nabi Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu, jadilah manusia yang bisa membawa manfaat. Jika belum bisa memberikan manfaat, jangan menjadi manusia yang merugikan orang lain meskipun manusia itu tempatnya salah.
Ki Enthus kemudian mengganti suasana. Kisah –kisah serius, bergeser dengan cerita – cerita lucu tetapi sarat pesan moral. Para santri kembali dibuat tertawa. Pertunjukan wayang Ki Enthus Susmono selesai pukul 23.00.

Â