Ba’da jum’at sudah menjadi rutinitas santri Pesantren DaQu untuk mendengarkan kajian ta’limul muta’alim maupun kajian-kajian yang lain.
Jum’at (13/8) kajian ba’da jum’at menjadi lebih spesial dikarenakan Pesantren DaQu kedatangan tamu mulia yang merupakan seorang ‘alim yang berasal dari kota Aden, Hadramaut, Yaman.
Ust. Slamet yang biasanya mengisi kajian ba’da jum’at kali ini berdiri dan membuka kajian kemudian menyampaikan bahwa telah berada di tengah-tengah jamaa’ah Syeikh Samih bin Jamal Al Kuhali, dan beliaulah yang berkesempatan untuk memberikan kajiannya siang itu.
Pada kalimat pembukanya, Syeikh Samih, yang kini menjadi Pimpinan Markaz Al Adni, Nengko, Jajar Pasuruan, berterima kasih untuk segenap pimpinan dan jajaran pendidik untuk memberikan kajian dan bertawadhu’ meminta maaf atas duduknya beliau di hadapan para pengajar karena sungguh ia dapat duduk dan memberikan kajian karena diminta.
Membuka kajian, Syeikh Samih mengutip nasihat dari guru-gurunya di Yaman, “bahwa kalian ini yang mempelajari ilmu islam sesungguhnya kalian ini masih berada di tepi pantai”.
Kajian kemudian dilanjutkan dengan pengambilan hikmah dari kisah-kisah yang terjadi pada masa Rasulullah SAW dengan para sahabatnya, dalam beragam kisah yang disampaikannya merupakan bagaimana seorang muslim menghadapi keadaan dan bagaimana cara yang baik untuk kita berinteraksi dengan non muslim. “kita belajar supaya menanggapi suatu hukum sesuai dengan keadaan seperti yang diajarkan oleh guru-guru kita terdahulu, tentu ada cara yang baik untuk menghadapi situasi seperti ini” terjemah Ust. Slamet yang mendampingi Syeikh Samih menyampaikan kajian.
“ada suatu penyakit yang kemudian menyebabkan fitnah yang terjadi saat ini di beberapa negara timur tengah, yang bisa jadi datang ke Indonesia. Rasulullah Saw perah menyampaikan dalam haditsnya bahwa setan sudah tidak bisa (putus asa) menggoda umat islam supaya tidak sholat, yang setan bisa lakukan sat ini yakni menyebarkan penyakit tahrisy, yakni, melakukan perselisihan, perpecahan diantara umat islam. Bahkan hebatnya umat islam dapat berselisih hanya karena beda club sepak bola dukungannya” tegas Ust. Slamet menerjemahkan kalimat Syeikh Samih dalam bahasa arab.
Inilah yang harus dilakukan umat islam untuk bersatu, hingga penyakit tahrisy, yang dibuat setan tidak terjadi. Bahwa, umat islam itu bersatu meski ada beberapa perbedaan, juga supaya masing-masing dari kita dapat mendo’akan umat islam yang lainnya, sebagaimana akhlaq yang Rasulullah SAW ajarkan.
Kajian kemudian diututup dengan sholawat, dan do’a yang dipimppin langsung oleh Syeikh Samih, dalam kalimat akhir Syeikh Samih bicara dengan bahasa Indonesia “saya minta maaf saya bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit” ucapnya dengan nada yang khas hinga di respon senyum dan pekikan tawa kecil santri Pesantren DaQu.