Oleh : Ibu Imah Kalibata City
Satu hal yang sangat berkesan saat perjalanan saya ke Korea Selatan adalah sikap disiplin masyarakat disana. Mereka benar-benar menghargai waktu. Semua terjadwal bahkan sampai kedatangan dan keberangkatan bus.
Ada satu pengalaman menarik yang saya temui. Suatu ketika saya terlambat tiba di halte bus. Lalu dari kejauhan saya melihat bus yang akan saya tumpangi tengah siap berjalan. Saya berteriak untuk menunggu. Tapi dengan cueknya supir bus menutup pintu lalu menekan pedal gasnya. Saya tertinggal. Meski saat itu penumpang bus hanya berisi dua orang saja.
Bayangkan jika ini terjadi di Indonesia. Supir bus pastinya akan berlama-lama menunggu penumpang. Meski tidak ada yang berteriak dan penumpang sudah menumpuk berdiri mereka tidak peduli.
Jalanan juga sangat nyaman. Tidak ada pengemudi bus yang ugal-ugalan. Semua teratur pada jalurnya. Kondisi jalan juga nyaman. Jarak yang jelas antara jalan raya dengan pedestrian menambah kenyamanan tersebut.
Begitu juga yang saya rasakan saat mencoba subway di Korea Selatan. Transportasi ini mirip dengan commuter line di Indonesia. Saya langsung takjub melihat antrian penumpang yang berbaris ke belakang menunggu penumpang yang turun dari subway. Mereka tidak saling serobot seperti di Indonesia.
Mereka juga punya kesadaran yang tinggi untuk menghormati para manula, wanita hamil dan difabel. Para pemuda tidak akan menduduki bangku prioritas meski bangku tersebut kosong dan kereta dalam keadaan penuh.
“Kenapa tidak duduk di bangku kosong tersebut?” tanya saya penasaran kepada keponakan yang telah 3 tahun tingal di negeri Ginseng tersebut.
“Itu bangku khusus” ujarnya sambil memberi tahu kepada saya tanda gambar yang menjelaskan kursi tersebut adalah prioritas untuk beberapa kalangan.
Tingkat kedisiplinan dan menghargai orang pun terjadi saat menaiki eskalator. Keponakan saya menggeser posisi saya ke sebalah kanan. Ia menjelaskan jika naik eskalator dengan santai atau berdiam ambil posisi sebelah kanan. Sedang posisi sebelah kiri untuk mereka yang terburu-buru.
Hebatnya itu semua dilakukan dengan kesadaran. Tidak ada petugas yang memberi tahu. Hanya tanda gambar saja yang menjelaskan hal tersebut. Dan mereka patuh.
“Bisakah kita seperti mereka” tanya saya dalam hati. Tanya yang keluar dari sikap iri akan kesadaran dan tingkat disiplin masyarakat negeri ginseng tersebut.
Semoga kita bisa meniru yang baik-baik.