Catatan MHQN 8: Belajar Tawadhu’ dari Kontingen Jambi

0
21

Gelaran MHQN ke 8, Jum’at-Minggu, 1-3 November 2019, telah usai. Ratusan peserta dari berbagai cabang Daarul Qur’an, baik pesantren maupun rumah tahfizh, yang tersebar di Indonesia memeriahkan acara tersebut. Penyelenggaraan acara MHQN 8 di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Putri Cikarang bagi sebagian peserta terasa cukup melelahkan, terlebih dengan jarak yang jauh dari beberapa cabang Daarul Qur’an yang lain. Namun, itu bukan sebagai penghalang mereka untuk berkompetisi. Seperti yang dialami oleh peserta MHQN 8 dengan jarak paling jauh dari lokasi lomba yakni Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Jambi yang harus melakukan perjalanan darat hingga 24 jam.

Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Jambi diwakili oleh 10 santri yang turun di masing-masing cabang lomba. Ustadz Haikal yang mendampingi para santri menuturkan bahwa perjalanan darat yang mereka lakukan merupakan hasil kesepakatan para santri. “Setelah dikumpulkan kemudian mereka ditawarkan, mau pesawat apa mobil? Dari 10 santri itu rata-rata pilih mobil. Mungkin salah satu alasannya karena ingin jalan-jalan juga”. Selain karena alasan ingin rekreasi, pemilihan menggunakan transportasi darat juga bertujuan untuk mengurangi anggaran yang dikeluarkan oleh pesantren. Dengan begitu dana tersebut dapat di alokasikan untuk kebutuhan yang lain.

Salah satu resiko perjalanan darat yang mereka sadari adalah waktu istirahat yang tidak maksimal, apalagi ketika melintasi wilayah Sumatera yang jalannya masih bergelombang. Namun, menurut Ustadz Haikal, dengan niat yang baik perjalanan yang dilakukan menjadi lancar. “Bahkan yang mabuk perjalanan pun ga ada. Sebelumnya ada satu santri yang keberatan naik mobil karena mabuk perjalanan itu, tapi setelah sampai pun alhamdulillah ga ada kendala”, ujar beliau.

Persiapan yang dilakukan kontingen Jambi sedikit berbeda dengan kontingen lain. Total 1 sampai 2 bulan mereka mulai berlatih untuk mengikuti kompetisi di MHQN 8. Namun, sejatinya setelah pelaksanaan MHQN sebelumnya mereka telah mempersiapkan diri untuk mengikuti MHQN 8 ini dengan cara kontingen yang akan diikutsertakan sudah dipilih dan dikaderisasi terlebih dahulu. Kaderisasi yang dilakukan bukan hanya sekedar melihat kemampuan santri namun santri tersebut harus memilki akhlak yang baik. Hal tersebut dirasa lebih efektif mengingat jumlah santri yang tidak terlalu banyak dibandingkan dengan cabang Daarul Qur’an yang lain. Ustadz Haikal mengakui bahwa tantangan terberat dari kaderisasi tersebut adalah seperti memuliai dari awal di setiap keikutsertaannya. Berbeda dengan seleksi yang bisa memilih sesuai dengan kompetensi yang dimilki masing-masing santri. “Jadi memang kalau tahun depan dadakan itu gabisa, dan harus dari sekarang”, ujar beliau. Meski memilki keterbatasan, nyatanya sejak awal keikutsertaan kontingen Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Jambi di MHQN mereka tak sekalipun absen dari penyelenggaraan tersebut.