Wuuiiih. .Subhanallah kawan Jainuddin heran. Kali ini, saat mengimami shalat, pria yang murah senyum ini membaca surat yang cukup panjang. Padahal biasanya kalau gak baca Qulhu ya Al Kautsar. Tempo-tempo Yasiin, tapi cuma ayat ke-58 doang: Salamun qoulan min rabbirrahiim…. udah.
”Apa Bang Jai salah makan obat?” batin sang kawan berkelakar.
Dengan nada bangga, Pak Jai menceritakan kisah itu kepada Ustadz Muhammad Halimi, Anggota Dewan Tahfidz Pesantren Tahfidz Daarul Quran yang mewawancarainya di Pesantren Daarul Qur’an, Tangerang, Jumat (13/11).
Jainuddin salah satu dari ratusan karyawan Yayasan Daarul Qur’an yang mengikuti muroja’ah. Bahkan salah satu driver Pesantren Daqu ini dengan pede hendak mengikuti Wisuda Akbar 6. ”Saya lagi ngapalin Surat As-Shoff nih,” katanya sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah mata.
Wisuda Akbar 6 digelar Daarul Qur’an pada 22 November 2015 serentak di 5 kota di 5 Provinsi Indonesia. Selain di Masjid Istiqlal, DKI Jakarta, juga di Masjid Raya Taqwa Palembang, Sumatera Selatan; Masjid Al Markaz Makassar, Sulawesi Selatan; Masjid Agung An Nuur Kota Pare, Kediri, Jawa Timur; dan Masjid Kampus UGM Yogyakarta, DIY.
Kemajuan hidup dirinya, diakui Pak Jai, berkat bekerja di lingkungan pesantren.
Kepada Ustadz Muhammad Halimi, Jai bercerita, sebelum bekerja di Daqu, dirinya sudah melanglang buana. Berbagai profesi telah dia coba jalani, sejak jadi tukang ayam, kernet Kopaja, jual pecel lele, dan yang terakhir dagang nasi goreng.
”Semuanya nguber dunia doang, gak ada ketenangan hidup. Gak ada barokahnya,” aku Jai.
Setelah diterima jadi sopir pesantren, orientasi dan ritme hidupnya berubah. Tidak semata berburu dunia. Jai pun jadi turut terbawa budaya pesantren.
”Sekarang Saya udah bisa ngaji, seneng rasanya Mas Ustadz,” katanya.
”Oh ya, emang baru sekarang belajar ngaji ya Pak Jai?” tanya Ustadz Halimi.
”Betul Mas Ustadz, dulu huruf Hijaiyah aja sama sekali gak tahu, ibaratnya nul puthul. Kadang malu kalau ngeliat teman lagi baca Yasiin, sholat dengan bacaan merdu. Dalam hati nangis, kapan ya saya bisa seperti itu….” tutur Jai.
”Kalau sekarang, sudah bisa apa emang?” kejar Ustadz Halimi sambil tersenyum.
”Maunya apa? He he… alhamdulillah sekarang udah bisa ngaji, lagi ngapalin surat surat pendek juga, keren kan?” jawab Jai kocak.
Hasil setoran bacaannya, Jai dinyatakan lulus 90%. ”Selanjutnya ikut tahsin dan terus ngafalin surat surat pendek,” kata Ustadz Halimi.
Maka, kini ke mana-mana Jai membawa Qur’an. Kalau senggang, dia membaca dan menghafalkan Juz Amma. Juga merampungkan Surat As-Shoff.
”Alhamdulillah, sekarang bisa ngimamin sholat di musholla. Sedikit-sedikit juga bisa ngajarin ngaji,” Jai bersyukur.
Ia menuturkan, sekarang jika mengimami sholat sudah tidak membaca surat pendek lagi. ”Kadang kawan saya heran pada saya, kok baca surat-surat panjang yang bukan Juz Amma. Kayak kelihatan keren gitu,” Jai terkekeh dengan mata berkaca-kaca.
Kepada Ustadz Halimi dan warga Daqu, ia berharap, ”Doakan mudah-mudahan saya selalu diberi kesehatan biar bisa ngapalin Qur’an minimal 5 juz.” (ed: fud)
Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.