Gandeng Kemenag, Daarul Qur’an Gelar Diskusi untuk Tingkatkan Kompetensi Pengasuh Pesantren Sekaligus Sosialisasi Lemdiklat Daqu

0
300

Rumusan suatu standar kompetensi perlu diuji publik, agar hasilnya bisa dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek, baik aspek kebijakan, akademisi maupun praktiknya. Inilah tujuan dari Focus Group Discussion (FGD) Uji Keterbacaan Standar Kompetensi Pengasuh Pesantren yang diselenggarakan Daarul Qur’an Group dengan menghadirkan narasumber dari Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI Bapak Dr. H. Waryono Abdul Ghafur,MA, Prof. Dr. Abuddin Nata, MA, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ust. Ahmad Suharto, M.Pd.I, Pengasuh Pesantren Modern Gontor Putri. Acara digelar Hari Senin (28/6/2021) pagi hingga siang hari. Diskusi diikuti oleh seluruh pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Pengasuh Pesantren Takhassus, Kepala Biro Unit Pendidikan Daarul Qur’an dan Pengelola Rumah Tahfizh lewat Virtual Meeting Zoom.

KH. Ahmad Jamil, MA selaku Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan dalam sambutannya menyampaikan “Daarul Qur’an melalui LSP Daarul Qur’an terus dinamis berkembang. Kemarin sudah masuk bagaimana kualitas para pengajar Al-Qur’an bisa memiliki kompetensi yang standar secara nasional, sekarang berlanjut dari segi pengasuh pesantren. Pesantren tumbuh bak jamur di musim hujan, ini perlu dibersamai dengan pengalaman dari Daarul Qur’an. Hadiah terbaik dari Daarul Qur’an untuk pesantren-pesantren tanah air dan dunia”.

Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag dalam materi bertajuk “Masa Depan Pesantren Pasca UU Pesantren NO.18 Tahun 2019”, ungkapnya, “Pendidik pada Pendidikan Pesantren jalur pendidikan formal harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi sebagai pendidik profesional. Untuk menjamin kualitas pendidik di pesantren, sesuai amanat UU Pesantren perlu Lembaga Penjamin Mutu dengan tersedianya Majelis Masyayikh (MM) di tingkat nasional dan Dewan Masyayikh (DM) di setiap pesantren.”

Dari data Kemenag, di Indonesia telah berdiri 31 ribu Pesantren, 4 Juta lebih Santri, 354 ribu PTK, dan 90 Juta Keluarga Santri.

Amanat UU Pesantren lainnya, Pesantren diharapkan menjadi rujukan Pendidikan, Dakwah Wasathiyah, dan Pemberdayaan Indonesia dan Dunia.

Daarul Qur’an sendiri telah menyelenggarakan Lembaga Pendidikan Pesantren mulai dari Kelompok bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Dengan berbasiskan Tahfizhul Qur’an dan juga mendirikan Lembaga Sertifikasi Profesi.

Dengan kiprah yang sudah dijalankan Daarul Qur’an, Pak Direktur mengungkapkan
“Saya juga mendapat masukan banyak dari Daarul Qur’an, untuk kita bisa membangun sinergi dalam kerangka Al-Qur’an di Indonesia bukan sekadar bisa dibaca, dihafal, tapi juga bisa dipahami dan diamalkan, sehingga kemudian tanpa harus mengklaim Indonesia ini Islam, tapi Islami.”

Lebih lanjut, mengucapkan “terimakasih kepada Daarul Qur’an, karena telah menginisiasi untuk mendirikan Lembaga Sertifikasi Profesi terkait dengan Al-Qur’an dan lembaga Pendidikan Al-Qur’an, bagi saya ini sangat penting, karena kalau profesi-profesi lain harus kompeten, apalagi Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak boleh disampaikan oleh orang yang tidak kompeten, bisa berakibat rusak. Yang mau menjadikan ustadznya kompeten yang berarti “Layak dijual” dan dihargai.”

Prof. Abuddin Nata, MA, menyampaikan dalam sesi diskusinya, “Saat ini, Tren back to Spritual yang perlu dijawab secara tepat. Lembaga Tahfizhul Qur’an salah satu jawaban. Alhamdulillah direspon cukup baik oleh Daarul Qur’an. Orang Menghafal Al-Qur’an bagian menjadi Psikologis masyarakat untuk memperoleh rasa lebih dipercaya dalam hidup ini. Dan kepercayaan adalah sesuatu yang sangat berharga. Oleh sebab itu, Orang yang menghafal Al-Qur’an ini akan lebih punya peluang untuk sukses dibidang lainnya. Karena ada sikap percaya yang dibangun spiritualitas Al-Qur’an. Para siswa yang hafal al-Qur’an dapat dinilai sebagai siswa bibit unggul, dan tipologi generasi yang diharapkan di era global. Yaitu generasi yang Pancasilais, beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, dapat bekerja sama, krearif, berfikir kritis dan mandiri.”

Penulis buku Metodologi Studi Islam ini menyatakan,
“Mereka yang hafal Al-Qur’an ini sebenarnya orang-orang jenius, 6666 ayat bisa dihafal itu sudah melebihi rumus Fisika, Kimia yang tidak sampai ribuah. Lebih potensi sukses untuk berkarir bidang keilmuan lainnya.”.

Topik materi yang disampaikan Guru besar UIN Jakarta bidang Ilmu Pendidikan Islam adalah “Manajemen Pengelolaan Pesantren Tahfizh”. Dalam persfektifnya, “Majemen pengelolaan pesantren tahfidz di samping menggunakan manajemen yang berbasis pada proses: planning, organizing, actuating/implementing, controlling, supervising, dan evaluating, juga dapat mengembangkan manajemen strategis (strategic management) yang diringkas menjadi strategic planning, strategic implementing, dan strategic evaluating yang secara keseluruhan diarahkan pada dihasilkannya keunggulan dan daya saing lembaga Pondok Pesantren dengan berbagai komponennya.” jelasnya.

“Kekuatan akan muncul dalam action atau penerapan.” Ungkap Dr. Ahmad Suharto, M.Pd.I
mengawali sesi diskusi FGD siang itu.

Dengan tajuk materi “Implementasi Kompetensi-Kompetensi Pengasuh di Pesantren Modern Gontor Ponorogo”. Ust. Ahmad menguraikan penjelasan dari sudut pengalaman bagaimana pesantren Gontor telah mendidik, membimbing dan mengajarinya mulai dari santri sampai diminta mengelola Gontor Pusat untuk menjadi Center of Excellent.

Tuturnya “Dengan model Pendidikan Kuliyatul Muallimin Islami KMI, setiap santri dibekali kemampuan untuk mengajar, mendidik, berdakwah, memanej, mengkonsep, dilatih mandiri, mengeksekusi, menyelenggarakan kegiatan, sehingga bila suatu waktu diminta untuk merintis lembaga pendidikan sudah mempunyai modal dengan catatan harus bisa terus mengembangkan kecakapannya.” Pungkasnya, “Kuncinya bekal itu sudah dimiliki, kunci sudah ada tinggal dikembangkan”.

Pengasuh Gontor Putri ini mengungkapkan pandangannya,
“Setiap anak dalam pandangan kami adalah anak-anak jenius, tinggal kejeniusan itu dibidang apa kita asah melalui pendidikan yang komprehensif”. Imbuhnya “Setiap santri terlebih guru itu adalah kader. Kader terbaik umat, kader keluarga, kader pondok, kelak berjuang di tengah masyarakat.”.

Pada kegiatan FGD diisi dengan Sosialisasi Lembaga Diklat Daarul Qur’an yang disampaikan Kepala Kesekretariatan Direktorat Pendidikan Daarul Qur’an, Ust Daarul Qutni, M.Ag dan Divisi Pengawasan dan Pengembangan Deputi Daarul Qur’an Ust. Rizki Aminullah, M.MPd.

“Lembaga Diklat menjamin peningkatan kualitas SDI Daarul Qur’an dan juga bisa menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat luas Pra Asessmen Uji Kompetensi Bidang Al-Qur’an skema Tahsin dan Tahfizh di LSP Da’arul Qur’an.” Ajak Ust. Darul Qutni, M.Ag