SDI Daarul Qur’an kembali masuk untuk berkhidmad pada Kamis, 4 Mei 2023 kemarin. Membuka lembaran yang fitri ini, SDI Daqu Tangerang mengikuti Halal Bi Halal dengan suasana hangat.
Digelar di Masjid Nabawi, Pesantren Daqu Tangerang, SDI Daqu Direktorat Pendidikan. Pimpinan Daqu Direktorat Pendidikan, KH Ahmad Jamil, memimpin langsung acara ini.
Tilawah Qur’an membuka acara, berharap keberkahan dari Allah SWT selalu menaungi, bukan hanya dalam acara namun hingga seterusnya.
Masjid Nabawi semakin penuh dengan hadirnya para SDI. Acara Halal bi Halal pun masuk dalam sesi siraman rohani dari para guru.
Spesial di tahun ini, Kyai Jamil tidak langusng memberikan pesannya pada para SDI. Beliau menunjuk para pimpinan lain untuk melakukan terlebih dahulu.
Pengasuh Pesantren Daqu Tangerang kebagian memberikan ceramah pertama pada para SDI. Dalam pesannya, Kyai Syaiful mengimbau para SDI untuk kembali menata hati unutk berkhidmad di Daqu.
“Perbaharui niat. Maka badan, pikiran, dan ruhnya sudah di pesantren. Dengan begitu, nilai juang kita akan sempurna,” tutur beliau.
Pengasuh Shigor Putra, KH Muhajirin menyampaikan pesan yang sama dengan Kyai Syaiful. Hal ini unutk menguatkan para SDI.
Giliran Kepala Biro Keuangan, Ustadz Ahmad Baidlowi yang diminta memberikan pesan. Dalam kesempatan tersebut, beliau menekankan agar kita selalu mengingat Allah SWT.
Setelah beberapa SDI dipersilahkan maju untuk menyampaikan pesan, barulah Kyai Jamil memberi sambutan sekaligus siraman rohani yang menyejukkan.
Dalam pesannya, beliau mengingatkan para SDI untuk selalu yakin pada Allah SWT dalam keadaan apapun serta tak lupa menyelipkan Al-Fatihah untuk lembaga di setiap doa kita.
Selanjutnya Kyai Jamil berkisah salah satu ulama dan pahlawan nasional Indonesia, Buya Hamka.
Dalam perjuangannya, Buya Hamk pernah dicap pengkhianat akibat dekat dengan pemerintah Jepang. Namun, ia punya alasan di balik hal tersebut.
Buya Hamka meminta pemerintah Jepang tidak menhancurkan gerakan dakwah di Indonesia. Pemerintah Jepang menyanggupi, namun syaratnya Buya Hamka diminta menjadi corong kegiatan pemerintah Jepang.
Atas dasar berjuang demi dakwah dan agama Islam, Buya Hamka menyetujui hal tersebut, meski hatinya bertolak belakang.
Karena hal itu pula, Buya Hamka sempat dijebloskan ke penjara oleh sahabatnya, Bung Karno.
Kisah tersebut mengingatkan SDI bahwa pentingnya berjuang. Karena sejatinya, berjuang di kandang musuh seperti Buya Hamka lebih berat dibanding kita yang hanya berjuang di lembaga sendiri.