I’jaz al-Qur’an

0
276

Jadi segi-segi kemujizatan Al Qur`an tiada lain terdapat pada uslub-nya. Yaitu cara pengungkapan makna-makna dengan ungkapan-ungkapan bahasa (An Nabhani, 1994).
Unsur-unsur uslub tersebut, sebagaimana dikemukakan Abdullah (1990), adalah: Pertama, lafazh dan susunan kalimat (tarkib). Al Qur`an telah datang dengan uslub yang sangat unik  dengan ucapan (kalam) yang baligh, serta susunan yang mantap. Al Qur`an tidak mengikuti bentuk syair yang mengikuti wazan-wazan tertentu, tidak mengikuti bentuk natsar yang bersajak atau yang mursal (tak bersajak).
Al Qur`an mempunyai bentuknya sendiri yang unik, yang belum pernah diketahui orang Arab sebelumnya. Bentuk unik ini tidak mampu ditandingi oleh orang-orang Arab yang paling fasih sekalipun.
Kedua,  nagham dalam Al Qur`an. Nagham (jama dari naghmah) adalah keindahan suara dalam bacaan (husnu al shaut fi al qira`ah) (Al Munawwir, 1984). Urutan huruf dan kata dalam Al Qur`an nampak istimewa dengan nagham yang khusus yang tidak terdapat dalam ucapan (kalam) manusia, baik dalam syair maupun natsr (prosa). Jika Anda mendengar firman Allah SWT:
Sungguh Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing. (QS At Takwir : 15-18)
Maka Anda akan merasakan huruf s (sin) yang berulang-ulang, yaitu pada kata bi al  khunnas (dengan bintang-bintang), al kunnas (yang tenggelam), asas (meninggalkan gelapnya), dan kata tanaffas  (menyingsing). Ini sangat sesuai dengan makna yang hendak diungkapkan, yaitu keheningan malam dan menyingsingnya fajar.
Lafazh-lafazh yang digunakan sangat terpilih untuk mengekspresikan makna yang sesuai. Makna yang lembut diungkapkan dengan lafazh yang lembut, sedang makna yang tegas/keras diungkapkan dengan lafazh-lafazh yang tegas dan lugas (An Nabhani, 1994). Perhatikan lafazh-lafazh lembut untuk menunjukkan makna-makna lembut ini:
Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe, (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. (QS Al Insaan: 17-18).
Berulangnya huruf s (sin) atau z (zay) jelas mengesankan sesuatu yang lembut, yaitu lafazh yusqauna (mereka diberi minum), ka`san (segelas), mizajuha (campurannya), zanjabila (jahe), tusamma (dinamakan), salsabila (salsabil). Semua lafazh ini sangat sesuai untuk mengungkapkan makna-makna lembut, yaitu kenikmatan penghuni surga.
Adapun untuk makna-makna yang tegas dan keras, digunakan pula lafazh-lafazh yang tegas seperti firman Allah:
Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas., mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya. (QS An Naba` : 21-23).
Penggunaan huruf d (dal) dan b (ba`) menunjukkan kesan ketegasan. Perhatikan lafazh mirshada (tempat pengintai), ma`aba (tempat kembali), dan ahqaba (berabad-abad lamanya). Pemilihan lafazh-lafazh ini sangat cocok untuk mengekspresikan makna yang lugas, yaitu siksaan penghuni neraka Jahannam.
Ketiga, dengan lafazh dan tarkib yang unik tersebut, dan juga dengan nagham tersebut, Al Qur`an mencakup makna-makna yang beranekaragam dan serba mencakup, yang mengatur segenap aspek kehidupan. Misalnya firman Allah SWT:
Dan dalam qishash itu ada (jeminan kelangsungan) hidup bagimu. (QS Al Baqarah : 179).
Lafaz yang ada dalam ayat di atas sangat ringkas namun maknanya luas. Maknanya adalah jika manusia mengetahui bahwa jika dia membunuh akan dibunuh (di-qishash), maka itu  akan mencegahnya melakukan pembunuhan. Sehingga dengan adanya qishash, manusia akan terhindar dari saling membunuh sesamanya. Dan dengan tidak adanya pembunuhan, berarti akan ada kehidupan bagi manusia.
Berkumpulnya banyak makna yang beranekaragam dalam lafazh dan tarkib yang tersusun mantap, adalah penampakan dari kemujizatan Al Qur`anul Karim. Ringkasnya, Al Qur`an adalah mujizat Muhammad SAW yang kekal. Mujizat ini adalah bukti bahwa Al Qur`an adalah benar-benar kalamullah, dan bahwa Muhammad adalah benar-benar seorang Rasulullah.