Internet Mengubah Cara Kita Berpikir?

0
302

Waktu menunjukkan jam 9 malam saat saya terpikir untuk mulai membaca buku yang baru saja saya beli. Lalu saya mulai membuka plastik yang masih membungkus buku baru setelah sebelumnya menyeduh kopi serta menyiapkan penganan kecil sebagai teman membaca. Tidak lupa saya meletakkan hape di meja kerja saya.

Saat sedang asyik membaca ada notifikasi yang masuk di layar hape saya. Notifikasi dari akun media sosial. Lalu saya  iseng membuka notifikasi tersebut. Dari mulai membaca-baca hingga larut memberikan komentar. Setelahnya saya melihat timeline dan tautan berita yang di share oleh kawan-kawan. Penasaran saya klik tautan tersebut sedikit membacanya. Tapi selanjutnya saya makin tenggelam pada link-link yang tersebar. Saya pun mulai berselancar dari satu tautan ke tautan lainnya. Hingga tersadar sudah dua jam saya berselancar di internet. Lalu kantuk mulai menyerang dan buku yang baru saja terbeli hanya tergelatak tanpa sempat dibaca.

Anda pernah mengalami hal yang sama? Kondisi ini disinggung oleh Nicholas Carr, finalis Pulitzer tahun 2011, penghargaan tertinggi dalam bidang jurnalisme cetak di Amerika Serikat, dalam bukunya The Shallows. Dalam buku tersebut Carr menjelaskan internet berfungsi sebagai penjaga sekaligus pencuri. Internet akan menjaga kita selalu up to date dengan info-info baru sementara disisi lain internet juga mencuri kebiasaan kita untuk berpikir secara dalam dan fokus.

Dalam buku ini Nicholas sangat berani mengungkapkan konsekuensi fisik dari budaya internet yang membuat dangkal cara kita berpikir.

Lewat buku ini Nicholas seolah ingin berkata kepada kita bahwa membaca buku itu dapat memfokuskan perhatian, mendorong aktivitas berpikir mendalam dan kreatif sedangkan sebaliknya internet memaksa kita menelan informasi secara instan, cepat dan massal sehingga membuat pikiran kita mudah teralihkan. Dalam arti lain internet membuat kita terbiasa membaca serba kilat dan cepat menyaring informasi tapi akibatnya kita juga kehilangan kapasitas kita untuk berkonsentrasi, merenung dan berpikir secara mendalam.

Carr bukan seorang anti internet, sebaliknya dia mengakui dan merayakan bagaimana internet memberi akses ke informasi yang sebelumnya sulit ditemukan, serta membuat kita membeli tiket pesawat menjadi lebih mudah.

Tapi, menurutnya internet juga mengubah cara kita berpikir. Web mendorong kita untuk membuka hiperlink saat kita sedang membaca sebuah artikel atau lainnya. Web membuat kita berhenti membaca novel.

Dengan berani Carr menuding internet harus disalahkan karena membuat kita sulit membaca belakangan ini. Orang yang banyak menghabiskan waktu di internet, menurut Carr, akan memiliki perubahan cara berpikir yang drastis. Yang tadinya memiliki kebiasaan membaca buku beratus-ratus lembar akan berganti dengan kebiasaan membaca artikel sepintas dan membuat kita terbiasa untuk berpikir cepat dan instan.

Carr tidak dalam posisi mengajak kita menjauhi internet dan hanya membaca buku cetak saja. Dia mengajak kita untuk seimbang baik dalam membaca buku dan membuka internet. Jadikan internet sebagai bahan pelengkap bacaan yang kita kunyah. Karena menurut Carr dengan membaca buku kita akan menjaga cara berpikir kita yang lebih mendalam dan kreatif . Anda setuju?

Ditulis oleh: Syakib 

foto: doobybrain.com