Keajaiban Doa dan Sholawat Alifa Beserta Ibunda di Wisuda Tahfizh Nasional 2020

0
36

Ada yang menarik di perhelatan akbar Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) 2020 kali ini. Para pimpinan Daarul Qur’an justru menggelar siaran langsung daring dari Yogyakarta di Pesantren SahabatQu di Jl. Deresan, Sleman pada Kamis malam (22/10). Pasalnya baru pada Rabu pagi (21/10) para pimpinan Daarul Qur’an, Ayahanda KH. Yusuf Mansur, KH. Ahmad Jamil, H. M. Anwar Sani, dan H. Tarmizi baru saja pulang melayat dari Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo setelah mendengar berita duka dari Allahuyarham KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor.

Keputusan siaran langsung daring Pimpinan Daarul Qur’an diambil tepat 8 jam sebelum acara berlangsung. Aula Humaira Pesantren SahabatQu dirubah menjadi studio dalam sekejap. Gerangan, keputusan Yogyakarta menjadi tempat mewisuda 428 santri Tahfizh Daarul Qur’an dari seluruh Indonesia itu terus perlahan memberi hikmah. Salah satu  santri Rumah TahfidzQu Yogyakarta, Alifa Aisya (15), berjalan pelan memasuki ruang aula Humaira, lengkap dengan selendang wisuda, gamis putih, dan mahkota di kepalanya. Alifa malam itu menjadi satu-satunya peserta Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) 2020 yang diwisuda langsung oleh seluruh pimpinan Daarul Qur’an. Dengan malu-malu Alifa diantar oleh ustadzah dan seorang temannya. Pelan-pelan Alifa maju naik ke atas panggung.

Di atas panggung, di antara empat pimpinan Daarul Qur’an, hikmah didapat. Doa dan sholawat Alifa dan Ibundanya agar Alifa dapat diwisuda langsung oleh Ayahanda Yusuf Mansur diijabah langsung oleh Allah SWT. “Alifa sangat ingin bertemu dengan Ayahanda Yusuf Mansur, ustadzahnya di Pesantren SahabatQu menceritakan pada saya kalau Alifa sejak masih di Pesantren Daarul Qur’an Cikarang selalu berdoa untuk dapat wisuda di depan Ayahanda, ingin salim Ayahanda Yusuf,” terang Amelda, ibunda Alifa.

Malam itu, awalnya Alifa mengikuti acara wisuda daring di asrama Pesantren SahabatQu, namun mengetahui Ayahanda Yusuf siaran langsung di aula Pesantren SahabatQu, Alifa pun langsung turun untuk menjumpai beliau tapi dicegah oleh satpam. Alifa kembali ke asramanya dengan kecewa hingga sholawat pun mulai dipanjatkan Alifa.

Amelda mengatakan kesedihannya tidak bisa mendampingi anaknya wisuda daring. Melihat anak-anak lain diwisuda dengan didampingi orang tuanya sementara Alifa harus sendiri di pondok membuat dirinya begitu sedih, jarak dan kondisi yang tidak memungkinkan membuat dirinya harus mengurungkan keinginanya mendampingi Alifa. Apalagi Alifa tidak bisa pergi dari pesantren mengingat kegiatan di pesantren harus tetap diikutinya. Akhirnya sang Ibunda hanya bisa menitipkan pesan. Amelda pun menghubungi Ayahanda Yusuf Mansur untuk memintakan doa secara khusus untuk sang putri, Alifa. Tepat saat itu Ayahanda Yusuf langsung memanggil Alifa.

Alifa terlihat begitu senang, matanya berbinar. Alifa hanya tersenyum, berkaca-kaca dan penuh haru ketika ditanya perasaannya, tak bisa dikata-kata, seperti itulah karena begitu bahagianya Alifa. “Seneng banget alhamdulillah, aku sudah berdoa untuk ini sejak masih di Daarul Qur’an Cikarang,” jawab Alifa.

Alifa adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Gadis asal Kalimantan Barat ini sudah hampir setahun nyantri di Pesantren SahabatQu. Sebelumnya Alifa adalah santri di Pesantren Daarul Qur’an Cikarang, sudah hampir empat tahun lamanya Alifa memulai menghafalkan Al-Qur’an, dimulai ketika pertama kali masuk di Pesantren Daarul Qur’an Cikarang bertepatan dengan dirinya memasuki kelas tujuh SMP.

Keinginannya menghafal Al-Qur’an bisa dibilang sejak usia sekitar 8 tahun. Ibunda Alifa, Ria Amelda bercerita bahwa sedari mengandung Alifa memang sudah berkeinginan memiliki anak seorang hafidz Qur’an. Berbagai amalan doa, dzikir, dhuha dan sunnah-sunnah lain sudah ibu Ria istiqamah-kan bahkan sebelum mengandung Alifa.

Akhirnya sejak kecil Alifa sudah didekatkan dengan Al-Qur’an. Bahkan sebelum usianya genap 8 tahun ibunda Alifa sudah mendatangkan seorang guru ngaji ke rumahnya di Kalimantan Barat, guru ngaji yang didatangkan sang ibu juga seorang Qari’ sehingga Alifa betah untuk belajar Al-Qur’an karena menyukai bacaan murottal dan tilawah.

Tepat ketika menginjak kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Alifa sudah menyatakan keinginannya masuk ke pesantren tahfidz Al-Qur’an. “Alifa dari kelas 3 MI sudah bilang keinginannya untuk mondok di pesantren tahfidz tapi tidak di Pontianak,” kisah Amelda.

Menengok perjalanan Alifa dan dukungan keluarganya yang begitu kuat kita dapat belajar bahwa menjadi seorang anak yang hafidz Al-Qur’an memiliki berbagai dimensi yang sebaiknya dipenuhi guna menuju hafalan yang mutqin dan istiqamah. Ikhtiar ibunda Amelda sejak mengandung Alifa menjadi pelajaran bagi kita bahwa semua bentuk hajat atau keinginan luhur memang perlu diikhtiarkan, apalagi sampai saat ini ibunda Amelda juga tercatat sebagai wali asuh bagi penghafal Al-Qur’an.

Jika mau dilihat bisa jadi semua yang dicapai Alifa saat ini, berbagai kemudahannya dalam menghafal Al-Qur’an adalah berkah dari ikhtiar sang ibunda dan juga dirinya, keikhlasan ibundanya, keluarganya, dan juga Alifa dalam menjalankannya. Benarlah akan berbagai fadhilah sholawat ketika berdoa. Masya Allah, kekuatan doa Alifa menghangatkan perhelatan Wisuda Tahfizh Nasional malam itu. Hingga pada malam itu, Alifa Aisya adalah satu-satunya dari 428 wisudawan dan wisudawati yang diwisuda di depan para Pimpinan Daarul Qur’an. Sholu ‘alaa Nabiy….