“Sekarang udah enggak kangen,†kata Anas. Walau dipilihkan oleh orang tua, namun Adam dan Anas mengaku senang belajar sebagai santri di Pondok Pesantren Sigor (santri kecil) Darul Quran. Dalam tiga bulan, Anas dan Adam sekarang sudah hafal dua dari empat surat-surat pilihan. Targetnya, selama satu tahun tinggal di pondok pesantren mereka hafal juz ke 30.
Menurut Adam dan Anas, kegiatan yang padat dan beragam serta para ustad yang sabar, merupakan hal yang membuat mereka kerasan menetap di pondok. Adam bilang, tinggal di pondok tidak melulu membaca Quran, melainkan ada pula waktu bermain dan berolah raga sehingga suasana tidak jenuh.
“Jam 5 sore, jadualnya mandi. Lalu, kumpul di mushala menunggu azan magrib. Setelah salat magrib, waktunya makan malam dan dilanjut salat isya,†kata Adam. Usai mengerjakan salat isya, lanjut Adam, kegiatan diisi dengan setoran hafalan sampai pukul 9 malam. Jam 3 pagi, para ustad akan membangunkan para santri untuk bersama-sama melakukan salat tahajud.
“Kalau yang susah bangun, disiram pakai tembakan air,†kata Anas. Bukan hanya dibiasakan salat tahajud, menurut Anas, mereka juga diajarkan untuk rutin berpuasa Senin – Kamis. Setiap santri, juga mendapat giliran piket membersihkan pondok, maka tidak heran mereka cukup luwes mengayunkan sapu dan gagang pel.
“Aku sekarang sudah hafal 2 surat, Ar-Rahman dan Al-Waqiah. Aku ingin khatam sampai 30 juz karena cita-cita aku ingin jadi ustad,†kata Anas. Jawaban berbeda, keluar dari bibir Adam. Adam yang tubuhnya lebih jangkung dan tegap dibanding para santri sigor lainnya, bercita-cita ingin menjadi pendekar.
“Kalau sudah lulus dari pesantren ini, aku ingin melanjutkan sekolah karate,†kata Adam mantap.(suci)
Â