‘’Wa’alaikumsalam, salam Pramuka!’’ Pekik ratusan santri bergelora menyambut salam Pembina Upacara Ustadz Jameel, dalam apel pembukaan Pramuka di Ponpes Daarul Qur’an Cikarang, Sabtu, 19 September 2012.
Apel diikuti 650 santri putri. Selain Ketua Yayasan Daarul Quran Indonesia (YDQI) Ustadz Ahmad Jameel, turut hadir General Manager Pendidikan YDQI Ustadz Abdoel Rochimi, Kepsek SMP-SMA Daqu Cikarang Ustadz Iman Fathurrahman, dan Mudhir Ponpes Daqu Cikarang Ustadz Shobri.
Dalam amanatnya, Iman Fathurrahman antara lain mengatakan, tujuan diselenggarakannya kegiatan pramuka di lingkungan Ponpes Daqu Cikarang adalah untuk mendidik ketrampilan dan kemandirian santri.
‘’Sehingga para santri mampu survive dan eksis di manapun berada serta bisa bermasyarakat dengan sekitar. Dengan kesalehannya, santri juga diharapkan menjadi panutan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik,” tutur Ustadz Iman.
Ustadz Jameel menuturkan, Gerakan Pramuka atau Kepanduan Putri dibentuk di Inggris pada 1910 oleh Lord Baden-Powell beserta adiknya Agnes, dan istrinya Olave. ‘’Dari sinilah gerakan kepanduan putri menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia,’’ katanya.
Pada 1928, terbentuk Asosiasi Kepanduan Putri Sedunia atau World Association of Girl Guides and Girl Scouts (WAGGGS) sebagai wadah gerakan kepanduan putri diseluruh dunia. WAGGGS berpusat di London, ibukota Inggris.
Kaum muslimah Inggris juga aktif di gerakan kepanduan negaranya. Menurut data, anggota pramuka perempuan di Inggris kini berjumlah 66.576 orang, atau meningkat 88% sejak tahun 2005 silam. Mereka tergabung dalam 40 grup pramuka aktif.
‘’Muslimah Inggris aktif di gerakan kepanduan dengan tetap mengenakan busana muslimah,’’ ungkap Ustadz Jameel, mengutip berita tentang hal ini dari koran Inggris, The Guardian.
Seragam kepanduan muslimah Inggris dirancang desainer muda bernama Sarah Elenany. Sarah adalah warga setempat keturunan Palestina-Mesir. Seragam ini terdiri atasan jenis hoodie dengan kerudung dan t-shirt panjang, yang semuanya berlengan panjang. Bawahannya celana panjang.
Ustadz Rochimi menambahkan, di Indonesia kaum perempuan tak kalah aktifnya berpramuka sejak dulu. ‘’Pada tahun 1961 Indonesia memiliki 100 organisasi kepanduan yang terhimpun dalam 3 federasi organisasi yaitu Ikatan Pandu Indonesia, Persatuan Pandu Puteri Indonesia, dan Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia. Mereka kemudian melebur jadi satu dalam Persatuan Kepanduan Indonesia,’’ tutur Ustadz Imi.