Lulus dari Daarul Qur’an Bisa Jadi Diplomat

0
311

Siapa yang tak kenal Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nation? Organisasi yang dibentuk tanggal 24 Oktober 1945 setelah perang dunia ke-II ini bertujuan mendorong kerjasama internasional serta mencegah terjadinya konflik antar negara. Hingga saat ini 193 negara, termasuk Republik Indonesia, menjadi anggotanya.

PBB memiliki program untuk kalangan pelajar dan akademika yang bernama Model United Nation (MUN). Para pelajar dari berbagai negara diberikan kesempatan melakukan simulasi konferensi PBB layaknya seorang diplomat. Tentunya para pelajar itu harus melewati berbagai proses sebelum terpilih menjadi pesertanya. Nah, pada konferensi MUN 2020 yang akan dihelat di Kuala Lumpur, Malaysia, salah satu pesertanya adalah alumni Daarul Qur’an Putri Cikarang. Mari kita berkenalan dengannya.

Ia adalah Alfia Syahira. Putri kelahiran Medan, 18 September 1999 ini biasa disapa Ira. Setelah 6 tahun menimba ilmu di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Cikarang, di tahun 2018 ia berhasil lulus. Buah hati Muhammad Zulfan dan Budi Astuti Khairul ini berkesempatan melanjutkan studi di Universitas Islam Antarbangsa Malaysia, mengambil jurusan Qur’an dan Sunnah. Mantan ketua bagian dapur santri Organisasi Santri Daarul Qur’an (OSDAQU) periode 2017-2018 ini pernah mencoba mendaftar di Al Azhar University, Cairo. Setelah melihat kakak kelasnya yang juga alumni santriwati Daarul Qur’an telah kuliah di Malaysia ia memutuskan mendaftar di sana.

Ira terinspirasi kakak tingkatnya yang pernah berpartisipasi dalam MUN. Setelah mendapat cukup informasi ia mencoba mendaftarkan dirinya untuk bersaing dengan ratusan orang lain dari berbagai negara. Persaingan pun sangat ketat karena PBB mencari pelajar yang memiliki visi dan misi setelah megikuti perhelatan tersebut. Ira berhasil merebut hati para panitia dengan menjelaskan keinginannya untuk bermanfaat di lingkungan sekitar hingga dunia internasional.

Ira menyadari bahwa apa yang ia capai tak lepas dari pengalamannya selama di pesantren. Program wajib berbahasa yang diterapkan pesantren melatih dirinya terbiasa menggunakan bahasa internasional. Begitupun program muhadhoroh atau public speaking yang membuatnya lihai berbicara di khalayak umum. Teman-teman di pesantren yang berbeda suku, sifat, dan karakter juga membuatnya mudah beradaptasi di sana.

Alumni Daarul Qur’an Angkatan 8 ini mengakui masih terngiang akan pesan Ustadz Sobri M. Rizal, “Hanya orang penting yang tau akan kepentingan”. Hal itu menjadi modalnya untuk speak up dalam forum terbuka. “Jadilah seorang leader seperti ayahanda KH Yusuf Mansur. Sampaikan karena kita semua adalah ‘The Choosen One’. Belajar berani keluar dari zona nyaman dan ambil resiko untuk kesuksesan kita kelak”, pesan Ira untuk adik-adik kelasnya yang masih mondok.

 

Oleh: Naufal Khair, Kontributor Malaysia