Masih Ingat Pak Nusih ?

0
40

Meski tergopoh kala itu, Sanusih masih tampak gagah mendorong gerobak pisang kesayangannya saat PPPA Daarul Qur’an pertama kali bertemu dengannya Agustus lalu. Usianya memang sudah lebih dari 70 tahun, namun hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap mencari nafkah guna membahagiakan keluarga dan berbagi terhadap sesama.

Lewat ketulusan dan keikhlasannya bersedekah, Sanusih memberikan banyak pelajaran kepada orang-orang yang mengenalnya. Terlebih bagi keluarga besar PPPA Daarul Qur’an yang atas izin Allah bisa bertemu langsung dengannya dan berkat dukungan dari seluruh donatur hadiah umrah diberikan untuknya dan sang istri Ibu Werih.

Pak Nusih juga sempat bertemu Guru Besar KH Yusuf Mansur dalam gelaran silaturahmi wali santri di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang pada September lalu. Bersama para santri dan wali, UYM mendoakan agar perjalanan umrah Pak Nusih dan istri dilancarkan dan disegerakan menginjakkan kaki di Tanah Suci.

Namun, Allah berkehendak lain. Tiga bulan masa pengurusan dokumen keberangkatan Sanusih dan istri, tiba-tiba keluarga mengabarkan Baba -sapaan akrabnya- sakit pada Oktober lalu. Kala itu tubuhnya sempat kaku, tak bisa berbicara dan kesulitan bernafas. Ibu Werih hanya meminta doa agar suaminya segera sembuh dan bisa mewujudkan mimpi mereka melihat Kakbah.

Kondisinya mulai membaik saat tim PPPA Daarul Qur’an membawanya ke Rumah Sakit Sari Asih Ciputat. Sanusih sempat di rawat selama satu minggu dan menjalani rawat jalan setelah dapat izin dari dokter pulang ke rumah sejak awal November. Tanggal keberangkatan umrah pun sudah ditentukan pada 10 Desember mendatang.

Namun, Allah memanggil Pak Sanusih untuk lebih dulu menghadap-Nya ke peristirahatan terakhir. Mungkin memang sudah waktunya si penjual pisang berhati malaikat itu pergi. Kini, raganya memang sudah tak lagi dapat kita lihat. Namun kehadirannya yang menginspirasi untuk menjadi manusia bermanfaat dengan berbagi dan peduli terhadap sesama akan selalu membekas di hati.

Allah SWT telah menunjukkan tanda-tanda kekuasa-Nya lewat azam Sanusih berangkat ke Tanah Suci bersama istri melalui sedekah hasil menjual pisang di atas gerobak selama bertahun-tahun. Semoga segala bukti yang Allah hadirkan dapat menguatkan iman kita dan keluarga Sanusih. Dan untuk almarhum, semoga diwafatkan dalam kondisi iman yang bertambah.

Selamat jalan Pak Nusih, terima kasih telah memberi banyak pelajaran tentang arti ketulusan dan keikhlasan berbagi, peduli terhadap sesama dalam kondisi apapun. Semoga Allah mengampuni segala kekhilafan, melapangkan kuburmu dan menjadikan setiap kebaikan sebagai amal ibadahmu yang menjadi pemberat di yaumil hisab. Aamiin Allahuma Aamiin.

 

Ditulis oleh : Fani