Oleh: Ahmad Slamet Ibnu Syam
Pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang
Sudah menjadi lumrah, jika seseorang rajin berdoa untuk kebaikan dirinya. Namun, mungkin masih jarang, orang yang mendahulukan berdoa untuk kebaikan orang lain, dari pada berdoa untuk dirinya sendiri. Padahal, cara kedua adalah lebih berpotensi menjadi doa yang mustajab dan segera melahirkan kebaikan untuk diri kita, dari pada cara yang pertama. Sebab, jika kita berdoa untuk diri kita, belum tentu segera diijabah oleh Allah swt; sebab bisa Jadi dosa kita menjadi penghalang bagi terijabahnya doa itu.
Namun, jika kita mendoakan orang lain dengan doa tertentu, maka Allah SWT akan mengirim malaikat yang akan mendoakan kita dengan doa yang serupa. Artinya, kita akan mendapatkan doa malaikat yang doanya mustajab, karena malaikat tidak pernah melakukan dosa.
Mari simak sabda Nabi SAW: “Tidaklah seorang hamba (Muslim) berdoa untuk saudaranya di saat saudaranya itu tidak bersamanya (fi zhahri al ghaib), kecuali akan datang seorang malaikat yang diutus lalu berkata: Semoga Allah SWT kabulkan (Aamiin) dan bagimu seperti itu (apa yang kau doakan)” (HR. Muslim). Maka, bagi orang yang ingin menikah, seharusnya mendoakan orang lain yang belum menikah terlebih dahulu, sebelum mendoakan dirinya. Demikian juga berlaku bagi berbagai hajat dan doa yang lain, agar hajat dan doa itu cepat terkabul.
Dalam konteks mendoakan orang lain, banyak sekali hadis-hadis yang terkait dengan Hal ini. Di antaranya: “Barangsiapa yang memintakan ampun (istighfar) untuk kaum mukmin laki-laki dan perempuan, Allah SWT akan jadikan kebaikan baginya dari setiap kaum mukmin kali-laki dan perempuan”. (HR. Ath-Thabrani).
Di antara orang lain yang harus sering kita doakan adalah pemimpin dan penguasa kita. Imam al-Fudhoil bin Iyadh (seorang ulama terkenal Abad ke-2 H) berkata: “Jika Aku memiliki doa yang Mustajab, maka pasti Akan Aku gunakan untuk mendoakan penguasa/pemimpin”… lalu beliau ditanya, “mengapa demikian?”… beliau menjawab: “sebab, jika aku gunakan untuk diriku, manfaatnya sedikit; Namun jika aku gunakan untuk mendoakan penguasa, maka jika penguasa baik, (secara otomatis) akan memberikan kebaikan untuk bangsa dan Negara” (Lihat: Hilyatul Auliya, karya al-Imam Abu Nu’aim al- Ashfahani).
Di antara doa yang bagus untuk penguasa/pemimpin kita, adalah seperti ini:
اللهم وفق عبدك (جوكووي) الذي ملكته زمام أمورنا للسير على كتابك ولاتباع سنة نبيك،واملأ اللهم قلبه بمزيد من الإيمان بك وبمزيد من الحب لك وبمزيد من التعظيم لحرماتك واجمع اللهم به أمر هذه الأمة على ما يرضيك وحقق له في سبيل ذلك البطانة الصالحة يارب العالمين …
Ya Allah, berilah taufiq kepada HambaMu (Jokowi) yang Engkau berikan kekuasaan untuk memegang kendali perkara-perkara kami, agar dapat senantiasa berjalan sesuai kitab-Mu dan agar mengikuti sunnah Nabi-Mu, dan penuhi hatinya dengan pertambahan keimanan kepadaMu, dan pertambahan cinta kepada-Mu, dan pertambahan mengagungkan perintah dan hak-hak-Mu, dan (dengan Wasilah beliau) satukan perkara umat/bangsa ini sesuai dengan apa yg engkau ridhai, dan berikan kepadanya -di dalam merealisasikan itu semua- al bithonah (menteri-menteri dan orang-orang dekat) yang shalih dan shalihah, wahai Tuhan semesta alam.
Salah satu cara untuk merubah kondisi sebuah negeri menjadi lebih baik, adalah dengan cara sering mendoakan kebaikan untuk pemimpin/penguasa negeri tersebut. Saat ini, suka atau tidak suka, Jokowi telah ditakdirkan Allah SWT untuk memimpin negeri kita Indonesia. Mari kita doakan beliau menjadi lebih baik, agar kebaikannya menjadi kebaikan dalam mengatur negeri kita Indonesia.
Saya belum tentu termasuk orang yang mendukung Jokowi saat pilpres, namun bukan berarti tidak mendoakan beliau, demi kemaslahatan bangsa dan Negara Indonesia. Wallahu a’lam b ish-Shawab.
*foto : Republika