Mengenalkan alam lewat Daqu Camp

0
295

Pada awal tahun 1980, seorang ahli biologi di Universitas Harvard bernama Edward O. Wilson mengajukan sebuah teori yang disebut biophilia. Konsepnya, manusia secara naluriah memang tertarik pada alam di sekitarnya termasuk anak-anak.
Sebuah teori tentang pemulihan perhatian juga menyebutkan, lingkungan perkotaan menuntut suatu kondisi yang disebut perhatian terarah yang menguras perhatian dan otak. Sebaliknya, alam bisa menimbulkan perasaan senang dan mengurangi kelelahan.

Berangkat dari kedua teori itulah maka SD Daqu Kalibata city sudah mengagendakan secara rutin kegiatan Daqu Camp, kegiatan ini bertujuan mengenalkan alam pada anak- anak sejak dini. Tidak semua anak ‘beruntung’ lahir dan tumbuh di lingkungan yang dekat dengan alam.


“Lewat kegiatan Daqu Camp ini kita coba dekatkan siswa dengan alam” ungkap Saipul Kodir selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

Kegiatan yang dilaksanakan 30 September -1 Oktober 2019 ini berlangsung di Pelita, Desa Ciseeng, Parung, Bogor, Jawa Barat. Ada dua sesi kegiatan yakni Fun Outing untuk seluruh siswa dari kelas 1-6 selama sehari penuh. Lalu kegiatan menginap yang hanya diikuti oleh siswa kelas 4-6.

Kegiatan Fun outing ini sangat dinanti oleh siswa siswi SD Daqu kalibata. Terlihat bagaimana antusias mereka mengikuti setiap kegiatan. Diantara permainan yang dimainkan oleh siswa adalah permainan tarik tambang, pipa bocor, bakiak, menyebrang waduk dengan rakit, flying fox. Selain kegiatan permainan ada juga kegiatan edukasi pertanian dan peternakan seperti praktik membajak sawah, menanam padi dan teknik memerah susu.

Untuk kegiatan kepramukaannya diisi dengan latihan praktik baris berbaris, halang rintang, semaphore dan sandi serta pertolongan gawat darurat. Semua kegiatan tersebut dibuat tanpa meninggalkan Daqu Methode lewat qiyamulail, shalat duha dan muhasabah.

Rasyid siswa kelas tiga mengaku senang dengan kegiatan ini. Ia bercerita pertama kali flaying fox awalnya takut tapi akhirnya berani juga semua permainan dia ikuti dengan penuh semangat.

Sementara Nazran siswa kelas 5 juga mengakui bermalam di tenda sambil menikmati api unggu merupakan pengalaman yang seru dia ia tidak akan melupakan pengalaman menyeberang dengan rakit.