Mengubah Kebiasaan Buruk

0
52

Oleh Ustadz Ahmad Jameel

 

Tanya: Asswrwb, Ustadz, apa saja yang termasuk kebiasaan buruk dan bagaimana cara menghilangkannya? Terima kasih.

 

Jawab: Wa’alaikumsalam Wr Wb,

betul Ibu, punya anak berkebiasaan buruk memang menjengkelkan. Misalnya, anak perempuan yang kalau bicara suka ceplas ceplos, mulutnya yang gambreng kadang tak terkontrol asal cuap-cuap aja. Piring kotor di dapur dibiarkan menumpuk, lantai kotor dibiarkan saja tanpa ada inisiatif sendiri untuk nyapu apalagi ngepel, berpakaian seperti pria, bermain kelereng dengan teman pria selalu menang dan lain sebagainya.

Kebiasaan (habit) seperti itu harus segera diubah. Jangan sampai menjadi karakter anak kita.

Coba kita perhatikan hal berikut ini:

  • Seseorang yang biasa melupakan janji, tidak menepati janji, pada akhirnya akan menjadi habit. Dan orang tersebut juga akan mungkin menanggap biasa melupakan janji
  • Seseorang yang biasa ngegosip, akan gatel mulutnya bila seharian tidak ada yang digosipin
  • Seseorang yang biasa berbohong, akan sulit menghilangkan habitnya itu, meskipun kerap kali kena batunya. Di kemudian hari, ia boleh jadi terjebak melakukan kebohongan yang semakin besar bahkan kebohongan public
  • Seseorang yang biasa mencuri dan tidak ada upaya menghentikannya, maka bisa jadi ia akan terus menerus melakukan pencurian bahkan mungkin kualitas dan kuantitas pencuriannya meningkat
  • Seseorang yang terbiasa merokok akan susah menghentikan kebiasaan merokok meskipun larangan pemerintah tetang bahaya merokok tertera di bungkus rokok. Dan lain sebagainya.

 

Semua kebiasaan jelek tersebut hanya sebagian kecil perbuatan buruk yang kemudian menjelma menjadi karakter. Bila sudaha menjelma menjadi karakter maka akan sulit mengubahnya. Bahkan, bila sudah menjelma menjadi karakter, fisik seseorang pun akan mendukungnya.

 

Hal sederhana berikut bisa dijadikan contoh:

  • Pada awalnya, bila manusia berbohong, dadanya (jantung) menjadi berdebar keras dan ia diliputi oleh rasa takut yang berlebihan. Keringat akan mudah mengucur, apalagi bila ia rasakan bahwa kebohongannnya akan ketahuan. Tapi, bila kemudian berbohong telah menjadi habitnya, raut muka pun akan menampakkan wajah manusia tak berdosa, hati merasa aman, dan kondisi detak jantung pun menjadi biasa saja.
  • Pada awalnya, pencurian kecil-kecilan selalu dilakukan dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran. Tapi bila kemudian ia”selamat” dan terpancing untuk terus menerus melakukan pencurian tambah lagi kesempatan selalu ada, boleh jadi tangannya akan terbiasa, tidak ada lagi rasa takut dan gundah dalam hati, dan langkah kaki pun begitu ringan untuk diajak bekerja sama.
  • Penipuan yang dilakukan seseorang yang pandai bersilat lidah, bila ia sudah merasa nyaman dengan habitnya itu maka akan menjadi karakter dan akan ada sederetan orang yang ia tipu tapi ia tetap tenang-tenang saja bah dengan penampilan yang menipu juga, pepatah bilang :” srigala berbulu domba”.
  • Seseorang yang terbiasa tidur lagi setelah shubuh, atau dalam istilah kami di pondok dulu “adding”. Maka akan sulit baginya bila hari di laluinya tanpa tidur pagi. Atau seseorang yang terbiasa tidur siang, maka sekujur badannya akan terasa lemas bila suatu hari ia lewati tanpa tidur siang.

 

Pada contoh kasus di atas, dukungan fisik dirasakan badan kita dalam bentuk “ ketenangan” dalam melakukan habit, dosa dan maksiat. Bila sudah terjadi seperti ini, sang waktulah yang akan menentukan, apakah ia masih diberi-Nya kesempatan untuk berubah atau ajal yang keburu menjemput.

Karena bahayanya perbuatan buruk yang berubah menjadi kebiasaan ini, maka menjadi kaharusan bagi kita membiasakan diri, hati, dan pikiran kita untuk melakukan hal-hal yang baik. Supaya kebaikan menjadi karakter dan badan kita begitu ringan untuk diajak berbuat baik, dan supaya badan menjadi berat bila diajak berbuat maksiat.

Coba kita tengok ahli qiyamullail, mereka begitu ringan dan khusyu ibadah di keheningan malam di saat orang-orang tertidur lelap, bahkan penyesalan yang mendalam akan mereka rasakan bila satu malam terlewati tanpa qiyamullail.

Jangan takut Ibu, sebagian ahli mengatakan bahwa mengubah pola hidup yang buruk itu bisa dilakukan asal ada keinginan yang kuat dan selalu berdo’a agar Allah menghendaki perubahan yang sempurna. Awalnya memang berat, tapi kemudian bila kita berhasil melalui satu dua hari pertama, hari-hari selanjutnya menjadi hari yang mudah. Bahkan Allah juga menyediakan hidayah (petunjuk) dan taufik (bimbingan) untuk kita manusia-manusia yang salah untuk bisa kembali ke jalan-Nya. Sisakan saja waktu kita untuk menerima kehadiran-Nya.

Saya teringat pesan Kyai waktu mondok dulu: “ Hidup ini hanya sekali, hiduplah yang berarti; Berbuat baik jangan sekali, berbuat jahat sekali jangan”.

Selamat mengubah anak dan kita sendiri menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dan ahli kebaikan, semoga Allah Yang Maha Membimbing selalu memberikan bimbingan-Nya kepada kita sehingga kita selamat dunia dan akhirat.