Miss Yuki Menuai Inspirasi di Rumah Tahfidz

0
35

Yuki mengaku, lawatannya kali ini telah memberinya banyak inspirasi dan motivasi. ‘’Jepang juga harus belajar dari yang satu ini,’’ katanya di hadapan Direktur Eksekutif PPPA Daqu Tarmizi dan General Manager Marketing Darmawan Eko Setiadi beserta Tim.  
Ia kagum, di jaman kini anak-anak Indonesia masih tetap bisa berkonsentransi tinggi untuk menghafal Qur’an sekaligus belajar sekolah formal. ‘’Kalau di Jepang yang seperti ini sekarang sudah jarang,’’ tutur kandidat doktor dari Toyo University yang pernah meneliti tentang TPA/TPQ di Indonesia tahun 2000.
Yuki takjub pada anak Indonesia yang bisa mendapatkan ilmu di luar jam belajar sekolah formal, utamanya pendidikan akhlak dan agama yang tentunya sangat membantu  orangtua mereka.  ‘’Pendidikan semacam Rumah Tahfidz Daarul Qur’an ini harus didukung sepenuhnya baik oleh orangtua maupun pemerintah,’’ tandas Master Pendidikan Seni dan Kebudayaan ini.  
Tarmizi menjelaskan, kondisi Rumah Tahfidz Daqu memang beragam. Namun, besar-kecilnya Rumah Tahfidz tidak jadi masalah. ‘’Yang kita apresiasi adalah semangat dari masyarakat Indonesia untuk menyelenggarakan Rumah Tahfidz meskipun di salah satu ruangan rumahnya sendiri. Makanya, Rumah Tahfidz berdiri di banyak tempat di seluruh Indonesia dengan berbagai macam kekhasannya,’’ papar Tarmizi, yang menambah kekaguman Yuki
Saat di Pesantren Idaad Daarul Qur’an Ketapang (putra) dan Cikarang (putri), Miss Yuki sempat memberikan ceramah umum dan berdialog dengan para santri dan santri wati. Didampingi oleh Ustadz  Ahmad Jameel selaku  Ketua YDQI, Miss Yuki berbagi cerita pengalamannya di hadapan para santri.
Dia kemudian berbagi tips agar santri sukses dalam menempuh pendidikan sampai bisa meraih cita-cita. Termasuk diantaranya, berjuang mengatasi homesick. Yuki mencontohkan dirinya sendiri, yang harus berpisah jauh dari keluarganya demi menuntut ilmu di Indonesia.
”Indonesia itu kan jauh dari Jepang, tapi tetap saya jalani untuk menuntut pendidikan,” tuturnya. Meski jauh dari keluarga, saya tetap berusaha agar betah dan tetap semangat dalam belajar, lanjut Yuki.  ‘’Jadi, kalian para santri harus bersemangat belajar di pesantren meski jauh dari orangtua dan keluarga.  Apalagi kalian masih sama-sama di Indonesia,’’ imbuhnya.
Yuki juga mendorong agar para santri bersikap kritis dengan mengajukan pertanyaan sampai puas. ‘’Jangan puas terhadap apa yang sudah dijawab. Kejar terus sampai kalian mendapatkan pencerahan,’’ kata Yuki, sambil menambahkan bahwa dialog kritis itu harus diikuti dengan menggali dan mempelajari sendiri.
Meski belum memeluk Islam, Miss Yuki tak sungkan mencoba melafalkan Al Fatihah melalui layanan Qur’an Call di Kantor Pusat. Suaranya, lumayan. ‘’Saya sudah terbiasa mendengar suara ayat Al Qur’an dan adzan sewaktu masih kuliah di UPI Bandung,’’ ungkap Yuki yang pernah kos di dekat masjid di Bandung. Makanya, dia mengaku bisa membedakaan muazin yang enak suaranya atau tidak. ‘’Dalam hal ini saya suka dengan bacaan Al Qur’an Ustadz Yusuf Mansur,’’ kata Yuki sambil tertawa.
Gadis Jepang itu mengaku sempat menjajal metode one day one ayat  ketika diajak Ustadz Yusuf mengikuti syukuran di Pondok Tahfidz Ustmany Condet,  Jakarta Timur, 21 September lalu.
”Arigato, terima kasih,” ucap Miss Yuki saat berpamitan kepada Manajemen PPPA Daqu. ‘’Saya senang sekali berkeliling ke Pesantren Daarul Quran, melihat-lihat sekolah dan pesantren serta bercakap dengan para santri. Semua ini menambah ilmu saya. Kita saling mendoakan semoga sukses selalu,’’ tutur Yuki Nakata menutup perjumpaan. (Dar/Des)

 

 

Â