” NIKMATNYA MEMBACA AL-QURAN “

0
49

Oleh : 

 Ustadz Muhammad Halimi

Ketua Bidang Tahfidz TK-SD Full Day Daarul Quran

Perilaku hidup seorang muslim tak lepas dari hukum wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Mari kita sibukkan dengan hal yang wajib dan sunah, sekali-kali boleh menikmati yang mubah, tinggalkan yang makruh, dan campakkan yang haram.

Menonton sinetron itu mubah, nonton sepakbola juga mubah, tetapi jangan sampai sesuatu yang mubah menyibukkan kita setiap hari sehingga menelantarkan yang wajib dan sunah. Yang mubah sekali-kali bolehlah, tapi jangan rutin. Jangan setiap hari nonton sinetron, dari sebelum tidur, bangun tidur, sampai mau tidur lagi. Kalau tidak sanggup mengendalikan diri dari kecanduan sinetron, ya tinggalkan saja. Salah satu yang wajib dan sunah yang harus kita lakukan adalah membaca Al-Quran. Rasulullah SAW berwasiat: “Bacalah Al-Quran sebab di Hari Kiamat nanti ia akan datang sebagai penolong bagi para pembacanya.” Bagi seorang muslim, Al-Quran bagai cahaya di tengah kegelapan malam. Ia menjadi petunjuk yang senantiasa dinantikan kedatangannya. Karena itu, merugilah orang yang tidak mengenal Al-Quran.Seringkali Al-Quran dijadikan mas kawin (mahar). “Aku terima nikahnya dengan mas kawin Al-Quran dan seperangkat alat solat lengkap.” Tapi begitu selesai akad nikah, Al-Quran nya tidak pernah dibaca, bahkan tidak pernah ditengok walaupun suami-istri sedang membutuhkan obat mujarab untuk mengatasi badai rumah tangga. Sebaliknya, beruntunglah orang yang kenal dengan Al-Quran dan berusaha menjaga hubungannya agar tetap langgeng. Betapa tidak; Kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian hidup akan senantiasa mengkutinya karena ia menjaga dan dijaga Al Quran.

Tak heran jika Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk “iri” kepada orang yang hidupnya akrab dengan Al-Quran.

Nabi Muhammad SAW berwasiat, “Ada dua golongan manusia yang sungguh-sungguh orang iri kepadanya, yaituorang yang diberi oleh Allah Kitab Suci Al-Quran ini, dan dibacanya siang-malam, dan orang yang dianugerahi kekayaan harta yang siang dan malam digunakan untuk segala sesuatu yang diridhoi Allah” (HR Bukhari Muslim).

Tatkala membaca Al-Quran dengan kesungguhan, saat itulah kita terhubung dengan Allah. Karena, Al-Quran adalah “tali Allah yang terjulur dari langit ke bumi”. Jika membaca saja sudah begitu mulia, apalagi menghafal dan mentadabburi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan, Al-Quran akan member solusi semua aspek kehidupan. Ia menjadi obat bagi jiwa-jiwa yang galau. Yang ingin hajatnya dikabulkan, yang ingin punya rumah sendiri, ingin punya kontrakan… yang masih jomblo biar cepat nikah, ingin punya keturunan, dan seterusnya, maka jalannya adalah membaca dan mengamalkan Al-Quran. Sedih, gundah gulana, bosan, hati tidak tenang, itu biasa kita alami dalam kehidupan. Terkadang kita mencari obatnya dengan curhat kepada orang-orang terdekat, mengutarakan keluh-kesahnya bahkan sampai menangis tersedu sedu. Untuk sementara, mungkin itu membuat ketenangan hati. Tapi, tidak tuntas dan tidak langgeng. Karena yang mengusai hati kita cuma Allah.

Seperti disebut dalam syair sebuah lagu: “Tahukah Kamu, ya cuma Kamu, pemilik hatiku…” Jadi pada saat merasa sedih, gundah gulana, bosan, hati merasa tidak tenang, dll, mari kita kembalikan kepada-Nya. Kita serahkan semuanya kepada Allah dengan membaca ayat-ayat suci-Nya. Insya Allah ketenangan akan hadir. Itulah sebabnya para sahabat menjadikan Al-Quran sebagai kecintaan. Mereka berlomba-lomba membaca, sehingga ada yang mengkhatamkan Al-Quran dalam sehari semalam saja. Dalam sebuah hadits shahih,Rasulullah SAW menyuruh Abdullah bin Umar mengkhatamkan Quran seminggu sekali. Begitu pula para sahabat seperti Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, mengkhatamkan Al-Quran pada setiap Jum’at. Bagaimana agar kita senantiasa rindu, dan merasa tidak enak jika sehari saja tidak berinteraksi dengan Al-Quran?

Pertama, memahami hikmah dan keutamaan membaca Al-Qur’an. Baik untuk diri-sendiri, orang tua, keluarga, maupun lingkungan di dunia maupun kelak di akhirat. Ini akan member motivasi untuk rajin membaca Al-Qur’an.

Kedua, luangkan waktu khusus untuk Al- Qur’an, misalnya 1 jam dalam 24 jam sehari. Misalnya ba’da maghrib atau Subuh. Jadikan ini kebiasaan yang istiqomah, walaupun sedikit. Kalau kita bisa istiqomah makan 3x sehari pada waktunya, tentu tilawah Quran juga bisa. Camkan, Al-Qur’an tidak menerima waktu waktu sisa kita, tetapi membutuhkan waktu khusus yang kita alokasikan.

Ketiga, tashabur (menyabarkan diri) saat membaca. Godaan setan adalah ketika kita membaca Al-Qur’an inginnya cepat-cepat selesai, seperti diburu waktu. Padahal, membaca Al-Qur’an itu kudu tartil sesuai dengan makhroj dan tajwidnya. Sehingga, memjadi bacaan bernilai pahala. Nah, saat merasa jenuh ingin menghentikan dan menutup Al-Qur’an, kita perlu menyabarkan diri dan berusaha menambah porsi bacaan. Ini membutuhkan perjuangan dan merupakan nilai jihad tersendiri.

Keempat, ketulusan niat. Semata-mata mengharap ridho Allah akan menjadi pondasi utama dalam menjaga keistiqomahan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Bila kita belum mampu memahami kalimat-kalimat dalam Al-Qur’an, paling tidak kita harus menanamkan keyakinan dalam diri bahwa apa yang kita baca ini mengandung perintah dan larangan. Sejauhmana kita bisa melaksanakan perintah tersebut, dan sejauhmana kita bisa menjauhi larangan-Nya. Kemudian, kita pun bisa merenungkan peringatan-peringatan dalam Al-Qur’an, lalu menghubungkannya dengan aneka macam godaan di dunia. Al-Quran juga mengandung kabar gembira berupa kenikmatan yang abadi. Kita bisa membandingkannya dengan kenikmatan-kenikmatan hidup yang ada saat ini. Sehingga, kita tidak tergiur dengan kenikmatan sesaat di dunia, dan melupakan kenikmatan yang abadi di akhirat kelak. Ini adalah salah satu jalan agar kita bisa menjiwai Al-Qur’an