Pembelajaran Efektif Sesuai Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

0
291

Lebih dari seratus orang guru PAUD menjadi peserta pelatihan nasional “Pintar Membaca Tanpa Belajar Membaca” di daQuShool Kalibata City, Rabu (18/12). Pelatihan dibawakan oleh trainer nasional sekaligus sang penggagas ide yang tenar dengan panggilan Ayah Eddy.

Kepala Sekolah SD, Ustadz Fatkhurohman, mengatakan bahwa acara ini dalam rangka mengakomodir kegiatan pembelajaran. Bukan hanya murid tapi juga guru. “Guru itu selesai ketika mereka berhenti belajar. Mudah-mudahan hari ini kita bisa berbagi”. Ketua komite wali murid, ibu Eka Ubayanti, juga berharap ilmu yang didapat mampu diimplementasikan dan dikembangkan. “Dari metode ‘Pintar Membaca Tanpa Belajar Membaca’ mungkin next ada metode lainnya. Never ending sinau. Artinya hal-hal yang penting itu kita boleh kok belajar lagi, mengulang lagi”, ujarnya.

Pelatihan dibagi menjadi 2 sesi, penyampaian materi dan praktik. Di sesi pertama ayah Eddy berbicara mengenai urgensi pendidikan murid PAUD.

Membaca merupakan kebutuhan primer anak. Permasalahannya adalah sistem yang ada belum memfasilitasi anak untuk gemar membaca. “(ditambah) kita ini generasi yang ga suka baca. Satu generasi yang ga suka baca tapi berharap anak kita bisa baca buku. Gila ga  tuh?”, ujar Ayah Eddy.

Sistem pembelajaran yang baik adalah yang mengikuti pertumbuhan anak. Anak PAUD senang bermain. Maka dari itu dibutuhkan sistem pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan anak dengan membaca secara efektif. Bukan dengan mengeja huruf tapi dengan bermain. “Karena dengan bermain akan meningkatkan kemampuan otak kiri mereka. Kenapa? karena di otak kiri mereka itu ada semuanya (aspek pembelajaran)”, tukas Ayah Eddy.

Bahkan sistem pembelajaran tersebut diilhami oleh Rasulullah SAW. Ketika Rasul sedang sholat cucu beliau bermain di atas punggungnya. Rasul pun memohon izin kepada Allah untuk memperpanjang sujudnya demi memberikan waktu cucunya bermain.

Sistem pendidikan yang mengajarkan duduk rapi di kursi sejatinya efektif untuk anak usia SD dan seterusnya. Tapi bukan untuk anak PAUD. “Anak pintar itu ga yang tenang aja. Karena energinya banyak. Secara fitrah yang namanya anak-anak itu bergerak”, jelas ayah Eddy. “Anak kita itu udah pinter. Kita cukup nemenin dia main”, tambahnya.

Di sesi kedua para guru mempraktikkan materi yang telah diberikan. Ayah Eddy mendemokan kartu “maharaja”. Masing-masing kartu berisi satu suku kata. Kartu tersebut sebagai alat peraga untuk anak belajar membaca. “Jangan disuruh ngeja. Itu sama aja yang harusnya anak-anak udah lari malah kita suruh merangkak”, ujar beliau.

Dari kartu tersebut dikembangkan jadi berbagai permainan. Dari mulai lempar kartu, permainan bola kertas, kereta-keretaan, serta yang lainnya. Nantinya pembelajaran tersebut diharapkan dapat diterapkan di PAUD masing-masing.