Pendidikan Karakter dan Pengenalan Lingkungan Pesantren itupun Berakhir

0
24

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Pesantren Holiday edisi liburan akhir tahun ini tutup buku. 4 hari 3 malam para peserta menjalani kehidupan ala santri. Acara penutupan pun berlangsung meriah sekaligus mengharukan. Meriah karena mereka  akan segera bertemu kedua orangtuanya dan mengharukan karena pertemuan yang singkat harus segera berakhir.

Penutupan Pesantren Holiday dilakukan di Masjid Nabawi, Pesantren Tahfizh Darul Qur’an Ketapang, Kamis (26/12). Agar semakin berkesan, Ustadz Kupmin Rambe yang membawakan acara memandu pemberian hadiah bagi santri yang menorehkan prestasi. Ada 6 kategori hadiah. Masing-masing diperoleh santri ikhwan dan akhwat.

Sebelum acara penutupan, para santri diminta menuliskan surat untuk kedua orangtuanya. Ustadz Kupmin memilih beberapa anak untuk membawa dan membacakan puisi tersebut di hadapan para orangtua. Mereka tersenyum polos sementara orangtuanya berkaca-kaca.

Selanjutnya Ustadz Husnul memberikan sambutan. Beliau bercerita mengenai perilaku anak di pesantren. Menurutnya, banyak orangtua bertanya mengapa perilaku anak mereka di rumah berbeda dengan di pesantren, terutama mengenai ketergantungan gadget. Ustadz Husnul memberikan 2 kunci. “Yang pertama itu bikin sistem yang baik”, ungkapnya. Dari sistem tersebut di breakdown menjadi beberapa poin. Pembuatan daily activity diserta pengawasan menjadi hal yang utama. Setelah itu, berikan anak rerward and punishmet dalam rangka shock therapy serta mengapresiasi apa yang telah mereka kerjakan. Untuk menghindari anak dari ketergantungan gadget maka jangan memfasilitasi hal tersebut, namun juga harus diberikan alternatif. “Lakukan yang mengasah motorik mereka. Yang bergerak”, ungkap Ustadz Husnul.

Yang kedua adalah menjadi insan yang baik. Mencontohkan yang baik. “Ini yang utama. Pertama dan utama”, ujar Ustadz Husnul. Setelah memberi contoh kita juga harus disiplin dalam penerapan sistem yang telah dibuat. Tanpa kedisiplinan sistem hanyalah sebuah kata tanpa makna, tanpa kekuatan. “Yang terakhir harus sabar. Kalo ga sabar mah puyeng kita”, Ustadz Husnul melengkapi.

Berakhirnya Pesantren Holiday tak berarti pendidikan karakter selesai. Pesantren Holiday justru menjadi langkah awal para orangtua untuk mengenalkan lingkungan pesantren pada anaknya. Kelak mereka merasakan manfaat masuk pesantren dan ingin menuntut ilmu di dalamnya. Menjadi insan mulia dan mencetak para penghafal Al-Qur’an. Aamiin.