Luhurnya hubungan antara guru dan murid tak akan pernah terpisahkan dan lekang oleh waktu. Seorang santri selamanya akan tetap santri yang senantiasa mengamalkan ilmu yang didapat selama belajar dan mendoakan para guru yang mengajarkannya, guru dari para gurunya, dan keluarganya. Tentunya seorang guru akan selalu senantiasa mendoakan murid-muridnya dalam setiap hal demi kemudahan, proses belajar dan kemanfaatan ilmunya kelak.
Hikmah di balik pandemi menghadirkan kisah pengalaman tak terlupakan bagi para santri Pesantren Tahfzih Daarul Qur’an Putri Malang. Selepas menetapkan karantina wilayah beberapa pekan, hadir di tengah-tengah mereka seorang guru yang istimewa.
Dua bulan terakhir ini para santri mengikuti halaqoh khusus tahsin guna memperbaiki bacaan Al-Qur’an bersama guru baru itu. Namun pertemuan yang sebentar ini begitu sangat berkesan bagi para santri.
Syaikh Ebrahim Sulaiman, kami memanggilnya, kelahiran timur tengah dengan senyum yang selalu menghiasi. Dengan bersahaja beliau memperkenalkan satu dari sekian banyak prinsip ilmu membaca Al-Qur’an yang tergolong baru bagi para santri.
Halaqoh ini memerlukan banyak praktek dan pembiasaan. Meski awalnya dirasa sedikit membosankan karena akulturasi metode belajar, namun hari demi hari halaqoh mulai aktif dan partisipatif menghidupkan suasana. Sesekali Syaikh Ebrahim sekedar melafalkan nama santri yang terdengar lucu dan mengundang gelak tawa.
“Beliau itu penyabar, baik dan menyenangkan,” aku Naswa, Annaya dan Fristy kompak saat ditanya seputar Syaikh Ebrahim. Berbeda dengan Ilma, Dini dan Yara. Mereka lebih beranggapan bahwa beliau ke-bapak-an, santun dan telaten.
“Baru terasa salah satu hikmahnya adalah saat saya membaca surat Al-kahfi yang notabenenya mengandung beberapa kalimat yang jlimet. Sekarang terasa mudah dengan teknik yang telah saya pelajari bersama syaikh kemarin,” jelas Bebi Ayu dimana perkenalannya bersama Syaikh Ebrahim begitu berkesan.
Hingga tibalah hari yang dinantikan, Sabtu (31/10/2020), yaitu Munaqosah. Semua santri akan memantapkan diri atas apa yang telah dipelajari sedari pertemuan pertama.
Berakhirnya pembelajaran ini lantas mengakhiri pertemuan santri dengan Syaikh Ebrahim. Tak lupa selepas meminta nasihat terakhir, dengan wajah sedih dan tangis haru, santri berhamburan mengiringi kepergian guru barunya dalam bidang Al-Qur’an yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Qo’idah An-Nuroniyah.
Sambil melambai di balik pintu kendaraan, Syaikh Ebarahim berpesan katsirut du’a, perbanyaklah berdo’a.