KARAWANG—Sebanyak 167 santri dari berbagai cabang Pesantren Daarul Quran Takhassus di seluruh Indonesia berkumpul di Pesantren Daarul Quran TMI Karawang (19/04/21) untuk menghadiri perhelatan akbar Wisuda Purna Pesantren Takhassus.
Adapun pesantren cabang Takhassus yang mengirimkan wisudawan-wisudawatinya dalam acara tersebut berasal dari Pesantren Takhassus Cinagara, Cimanggis, Kemang, Cikarang, Tegal, Semarang, dan Banyuwangi.
Istimewanya, wisuda purna tahun ini adalah wisuda purna dengan jumlah wisuda terbanyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Karena dua angkatan Pesantren Takhassus sekaligus diwisuda semua, yaitu wisudawan-wisudawati angkatan 2019-2020 dan wisudawan-wisudawati angkatan 2020-2021. Jumlah wisudawan–wisudawati angkatan 2019-2020 sebanyak 61 santri, dan wisudawan-wisudawati angkatan 2020-2021 sebanyak 106 santri.
Istimewanya lagi, di antara 167 santri tersebut, beberapa wisudawan putra dan putri yang dinobatkan sebagai wisudawan dan wisudawati terbaik Pesantren Daarul Quran Takhassus periode ini, karena jerih-payahnya yang telah memutqinkan hafalannya utuh 30 juz.
Ustadz Asnal Ma’arif selaku Kepala Biro Pesantren Takhassus, menyatakan “Alhamdulillah tahun ini, santri-santri Takhassus termasuk banyak yang sudah mutqin hafalannya 30 juz. Harapan kami, dengan mutqin hafalannya tersebut bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi santri-santri lainnya, serta kelak bisa memberikan mahkota kepada beliau berdua dan mengajaknya menuju surga-Nya. Aamin,” tuturnya.
Turut hadir dalam acara wisuda purna tersebut adalah Pembina Daarul Quran, ayahanda KH. Yusuf Mansur, KH. Ahmad Jameel, MA selaku Pimpinan Daarul Quran Direktorat Pendidikan, Dr. H.M. Anwar Sani, ME selaku Pimpinan Direktorat Zakat dan Wakaf sekaligus Rektor Institut Daarul Quran, dan salah satu donatur tetap Takhassus, H. Rohdin Sudrajat. Tak hanya itu, hampir mayoritas kepala Biro Daarul Quran juga ikut hadir membersamai jalannya acara yang sakral tersebut.
Acara diawali dengan lantunan nada grup hadroh perwakilan dari santri Pesantren Takhassus Cinagara beserta bacaan tilawah al-Qurannya. Acara kedua, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama, perwakilan dari walisantri Ananda M. Najib Aulia Hidayat, santri Takhassus Cinagara, yaitu ayah Dedi Suhendi. Beliau menyampaikan apresiasinya dan rasa terimakasihnya yang luar biasa atas semua pengorbanan asatidz dan ustadzah Pesantren Daqu Takhassus yang telah ikhlas mendidik, membimbing, dan mengarahkan putranya hingga bisa mengkhatamkan Al-Quran dan memiliki akhlak yang mulia. Bahkan saking, bahagianya beliau bersujud syukur sembari menangis saat tahu putranya ananda Najib khatam setoran Al-Qur’annya di Takhassu Cinagara. Tentunya, rasa syukur ini beliau ungkapkan mewakili seluruh walisantri para wisudawan dan wisudawati yang tidak bisa hadir mengikuti acara tersebut dikarenakan masih dalam situasi pandemi.
Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi pemanggilan wisudawan-wisudawati ke atas panggung untuk memperoleh syahadah, medali, dan plakat beserta foto bersama para pimpinan Daarul Quran. Setelah usai, acara dilanjutkan dengan tausiyah umum oleh ayahanda KH. Yusuf Mansur. Dalam acara tersebut, ayahanda KH. Yusuf Mansur berkisah tentang testimoni-testimoni orang-orang yang begitu bersemangat dalam belajar, mengajarkan, dan mendakwahkan Al-Quran, baik di dalam maupun di luar negeri. Ada yang hanya sering ngamalin baca Al-Waqi’ah atau Al-Mulk, tiba-tiba Allah ijabah memiliki bisnis yang berkembang pesat hingga memiliki cabang di berbagai kota di nusantara bahkan di luar negeri. Bahkan ada juga yang hanya ngamalin 1 huruf dari surat Al-Quran, tiba-tiba Allah ijabah berangkat studi ke Australia, Inggris, dan negara lainnya. Bahkan ada juga yang ngamalin hanya 2 ayat, kemudian Allah ijabah doanya menjadi gubernur.
“Ini artinya bahwa semua hajat yang dilekatkan dan dibersamai dengan Al-Quran, hasilnya pasti beda. Ada anak yatim yang ngafal Al-Quran, lalu kita dengan ikhlas mau dan mampu mencukupi semua kebutuhan anak yatim tersebut, maka hasilnya pun pasti berbeda. Intinya semua hajat atau apapun yang nempel dengan Al-Quran, hasilnya pasti beda dan dahsyat. Itulah alasan saya dulu bersama para pimpinan Daarul Quran yang lain mengapa harus membuat Pesantren yang isinya anak-anak pada ngafal Al-Quran, murojaah Al-Quran, dan tadabbur Al-Quran, karena saya butuh doa yang pasti dikabulkan oleh Allah. Dan doanya para penghafal Al-Quran itu pasti diijabah oleh Allah.” Tegas ayahanda KH. Yusuf Mansur.
“Saya tanya kenapa sifat Al-Quran itu al-Karim (yang mulia)? Karena semua yang dilibatkan dengan Al-Quran itu pasti akan menjadi mulia. Sedekah yang ditempelin dengan Al-Quran juga akan menjadi sedekah yang mulia, hajat yang ditempeli dengan Al-Quran akan menjadi hajat yang mulia dan dahsyat. Sehingga, dulu kenapa pesantren sekalian saya namain Daarul Quran, biar sekalian saja pesantren Daarul Quran menjadi rumah bagi para penghafal AL-Quran di seluruh nusantara, bahkan dunia.” pungkasnya.
Setelah tausiyah ayahanda KH. Yusuf Mansur, acara pamungkas adalah doa. Ustadz Solehuddin selaku Kepala Biro HRD Daarul Qur’an sekaligus inisator pertama berdirinya Pesantren Daarul Quran Takhassus didaulat untuk memimpin doa penutup. Acara pun usai, para wisudawan dan wisudawati dari berbagai cabang Pesantren Takhassus pun merasa lega dan bahagia. Tentu tangis suka cita pun membuncah penuh haru. [Ammar]