Ditengah perkembangan dunia pendidikan yang bersifat modern, pesantren tetap menjadi pilihan banyak orangtua sebagai tempat pendidikan anak mereka. Pesantren mereka nilai sebagai tempat yang baik untuk membentuk karakter anak ditengah arus pergaulan modern saat ini.
Sebagaimana disampaikan oleh pasangan Syaifullah dan Linda saat mengantar anak keduanya, Muhammad Ariel Fadhilah Putra masuk pondok pesantren tahfizh Daarul Qur’an Tangerang, Sabtu (30/6). Meski harus menempuh perjalanan jauh dari Papua, Linda mengaku senang dengan pilihan anaknya masuk dalam pondok pesantren.
“Pasti ada rasa berat melepas anak ke tempat yang jauh. Namun saya senang saat ia memilih pesantren sebagai tempat pendidikan selanjutnya. Saya juga memiliki keyakinan pesantren akan mendidik anak saya tumbuh menjadi insan yang cerdas, beriman dan bertakwa” ujar Linda.
Selain itu Linda juga mengkhawatirkan dunia pergaulan saat ini yang rentan akan pengaruh buruk narkoba, minuman keras, atau perilaku kekerasan seperti tawuran.
Kecemasan akan pergaulan modern itu juga yang membuat pasangan Fanny Indrawan dan Puput Puji Lestari, yang berasal dari Lampung, memasukkan putranya, Muhammad Raffy Abipraya Indrawan, ke Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an. Menurutnya dunia pesantren selain akan mengenalkan anak-anak akan ajaran Islam sejak dini juga akan membuat karakter positif pada anak.
Memilih pesantren sebagai tempat pendidikan pastinya membutuhkan kesiapan mental bagi calon santri dan juga orangtuanya. Berpisah dengan jarak dan waktu yang lama pastinya membutuhkan persiapan tersendiri. Hal ini disadari oleh Puput, maka itu ia memiliki resep yang selalu dipesankan kepada Raffy.
“Sejak jauh hari saya berpesan kepada Raffy bila ia tidak betah dalam satu hari coba dua hari. Jika tidak betah dalam 1 pekan coba dua pekan. Jika tidak betah dalam 1 tahun coba dalam 2 tahun” ujarnya sambil tersenyum.
Dorongan masuk pesantren sendiri tidak melulu berasal dari orangtua. Seperti yang dikatakan oleh Ibrahim Varkan Syahravi (12), putra pertama dari pasangan Bambang Samekto dan Evi Yudanita Pilarang Tunggal yang berasal dari Sragen. Ibrahim mengatakan sudah dari kelas 6 SD ia memutuskan pesantren sebagai tempat pendidikan selanjutnya. Selain untuk belajar agama dan menghafal Alquran, ia mengatakan di pesantren akan memiliki banyak teman.
“Pesantren aku percaya bisa membuatku lebih mandiri, selain juga bisa membuat aku lebih sabar dan belajar tentang akhlak yang baik. Aku juga ingin menghafal Alqur’an” ujarnya.
Ustad Ahmad Jamil, Ketua Daarul Qur’an, menyatakan bersyukur dengan semakin banyaknya para orangtua yang mempercayakan pondok pesantren sebagai tempat pendidikan selanjutnya bagi putra dan putrinya.
“Alhamdulillah, ini harus kita syukuri bersama, semoga ini menjadi pertanda baik bahwa Allah berkehendak kebaikan buat generasi saat ini dan mendatang sebagaimana sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Bukhari ‘Barangsiapa yang dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, maka akan dipahamkan ia dalam (masalah) agama” ujarnya.