Santri Daqu ngaji Kitab Al-Jazari

0
287

Jumat, 29 Januari 2016, sore di tepi danau di areal pesantren tahfidz Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang, belasan santri berkumpul. Dibawah pohon jamblang beralaskan karpet mereka mengkaji kitab al-mandzumah al-jazariah karya Imam al-Jazari dipandu langsung oleh Syeikh Ahmad Alkhannas.

Kitab ini membahas salah satu disiplin ilmu dalam kajian ulumu quran yakni  tentang ilmu tajwid. Syaikh Alkhannas mengatakan para santri mempelajri kitab ini dengan tujuan semkain indah bacaannya dan tartil.

“Meski sudah ada pelajaran tentang ini di kelas namun dengan mempelajari kita ini akan ada bekal tambahan bagi para santri” ujarnya.

“Sebagaimana pesan Imam al-Jazari, Maka hendaklah seorang bersungguh-sungguh dalam meraihnya (kemuliaan Al-Qur’an); dan jangan pernah merasa lelah dalam men-tartil-kannya” tambahnya.

Imam Al-Jazari sendiri dikenal sebagai ‘Bukhari’ di kalangan qari’. Ia banyak melakukan perjalanan dalam belajar, mengajar, serta menelurkan karya tulis yang mencukupi perbendaharaan ilmu qiro’at; menyebarkan qiro’at dan hadits ke setiap negeri yang didatanginya.

Beliau terlahir dengan nama lengkap Abu Al-Khair Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin `Ali bin Yusuf Al-Jazari Asy-Syafi`i. Lahir di Damaskus pada malam Sabtu setelah shalat tarawih tanggal 25 Ramadhan 751H. Ayahnya adalah seorang pedagang shalih bernama Syaikh Hasan As-Saruji.  Diceritakan bahwa selama empat puluh tahun ayahnya tidak dikaruniai anak, kemudian ketika menunaikan haji memanjatkan do`a saat meminum zamzam agar dikaruniai anak yang `alim. Lebih kurang dalam jangka sembilan bulan (lahirlah Ibnu Al-Jazari sebagai bukti terkabulnya do`a.

Ibnu Al-Jazari berhasil menghafal seluruh Al-Qur’an pada usia 13 tahun kemudian menjadi imam shalat pada usia 14 tahun. Setelah itu beliau melanjutkan belajar ilmu qiro’at kepada beberapa guru di Syam sehingga rampung membaca qiro’at sab`ah pada tahun 768 H. Setelah itu, beliau beranjak melakukan perjalanan ilmiah untuk mencari sanad yang tinggi serta menyempurnakan bacaan.

Pada tahun 768H  Ia tiba di Madinah untuk belajar kepada Imam Madinah (Masjid Nabawi), Syaikh Muhammad bin `Abdullah Al-Khatib. Setelah selesai, beliau kembali ke Kota Damaskus untuk meng-update ilmunya di hadapan gurunya. Kemudian beliau berniat pergi lagi ke Andalusia untuk belajar, akan tetapi orangtuanya melarang sehingga Ibnu Al-Jazari hanya berhenti sampai Qahirah (Cairo), Mesir, pada tahun 769H.

Di Mesir ia belajar qiro’at kepada ulama-ulama besar Mesir, diantaranya Abu Bakar Al-Jundi, Muhammad bin Ash-Sha’igh dan `Abdurrahman bin Ahmad Al-Baghdadi. Sesudah menamatkan pelajarannya, Ibnu Al-Jazari kembali pulang ke Damaskus.

Selain memperdalam ilmu qira’at, beliau juga mempelajari ilmu hadits, fikih, ushul fikih, ma`ani, bayan, dan disiplin ilmu yang lain kepada masyayikh yang berada di Mesir. Ibnu Al-Jazari juga diberi izin untuk mengeluarkan fatwa oleh beberapa orang syaikh, diantaranya oleh Syaikhul Islam Al-Mufassir Ibnu Katsir (774H). Di Kota Damaskus beliau mengajarkan Al-Qur’an di bawah kubah Nasr Masjid Jami` Umawi selama beberapa tahun. Tempat di bawah kubah Nasr adalah majelis mulia yang mana hanya ulama berkaliber saja yang ‘layak’ mengajar di tempat itu. Ibnu Al-Jazari juga menjadi guru di beberapa madrasah Al-Qur’an dan hadits sebagai penerus ulama-ulama sebelumnya. Beliau pun menggagas dibangunnya Darul Qur’an di Damaskus.

Imam al-Jazari wafat pada usia tahun 82 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di komplek madrasah Darul Qur’an yang beliau dirikan.