Santri Daqu Post Blusukan ke Kantor Jawa Pos

0
163

Setelah puas berkunjung ke Rumah Tahfizh Bromo dan menginap selama beberapa hari, tujuan perjalanan tim Daqu Post selanjutnya adalah “blusukan” ke kantor redaksi Jawa Pos pada Senin (21/1/2019). Jawa Pos adalah surat kabar terbesar dan terkenal di Jawa yang bermarkas di Graha Pena Lt.4, Jl.Jenderal Ahmad Yani, 88, Ketintang, Gayungan, Surabaya.

Tim Daqu Post tiba di kantor redaksi pada pukul 13.00 wib dan disambut dengan ramah oleh staf penerima tamu dari Jawa Pos. Kami diberi koran terbitan hari ini, dan sebuah pin.

Kantor surat kabar ini memiliki ruang redaksi yang luas. Sebuah meja bundar besar diletakkan di tengah ruangan, dan dikelilingi oleh meja berpartisi tempat para reporter menghasilkan berita.

Sementara di tepian lantai dua tergantung beragam penghargaan yang diterima oleh surat kabar tersebut. Diantaranya adalah predikat sebagai “Koran dengan jumlah readership terbanyak” versi WAN-IFRA, dan juga “The Coolest Newsroom” versi WAN-IFRA.

Ternyata tim Daqu Post tak sendiri. Ada pengunjung lain yang juga datang, yaitu dari MAN 1 Sumenep. Kami disambut oleh Kak Rifqi dan Kak Lisa, yang merupakan reporter rubrik “Zetizen”. Rubrik ini berisikan beragam kegiatan dan segala hal yang membahas tentang dunia remaja.

Rubrik Zetizen ini memiliki banyak perbedaan dengan rubrik lainnya yang tersaji di koran Jawa Pos. Seperti desainnya yang “Catchy”, bahasanya bersahabat dan juga mudah di pahami, serta para reporter yang rata-rata masih berusia sangat muda. Contohnya, Kak Rifqi dan Kak Lisa yang mengaku masih duduk di bangku kuliah semester enam. Rubrik tersebut diisi anak-anak muda agar tulisan yang di sampaikan mudah dicerna oleh para kawula muda, karena bahasa dan layoutnya yang menarik.

Pada blusukan kali ini tim Daqu Post diajak untuk berdiskusi tentang berbagai macam problematika dunia jurnalistik. Salah satu masalah yang dibahas adalah bagaimana mengatasi kejenuhan dalam menulis sebuah berita. Kak Rifqi berbagi trik melawan kejenuhan menulis berita adalah dengab melakukan refreshing. Ia mengaku sering refreshing kalau berita yang ia tuliskan sudah selesai dan layak cetak. Selain itu, pembagian shift liputan yang merata dinilainya bisa membuat para reporter tak bekerja setiap hari. Para reporter diberikan hari libur sebanyak dua kali dalam seminggu. Jadwal liburnya tidak menentu, ada yang Senin dan Kamis, ada yang Rabu dan Jumat, dan masih banyak lagi.

Tak hanya itu, tim Daqu Post juga diajak untuk melihat sebuah video tentang bagaimana proses pembuatan sebuah koran agar bisa menjadi utuh dan enak dibaca. Tahapan-tahapan itu dibagi menjadi tiga. Yaitu tahap produksi, tahap pencetakan, lalu yang terakhir tahap pendistribusian.

Pada tahap produksi, para reporter akan mencari dan meliput berita yang menurut mereka “panas” dan layak terbit. Setelah mendapatkan berita, para reporter akan menuliskan berita tersebut. Waktu deadline pengiriman berita biasanya pada pukul 18.00. Lalu, berita tersebut disetorkan ke server pusat. Setelah semua berita terkumpul, para editor senior beserta pimpinan redaksi akan memberikan skor pada setiap berita dan menentukan mana yang layak menjadi “Headline” pada edisi tersebut. Setelah dirundingkan, para layouter pun mulai bekerja untuk membuat layout yang menarik dan “menjual”.

Setelah selesai dibuat, masuklah ke dalam tahap pencetakan. Pada tahap ini, koran yang sudah layak terbit akan dicetak pada jam 02.30 dini hari. Setiap jam, mesin pencetak tersebut bisa menghasilkan lebih dari 20.000 eksemplar. Setelah itu, koran yang sudah dicetak akan dihitung ulang dengan mesin penghitung otomatis dan memisahkannya menjadi 50 eksemplar.

Lalu masuklah pada tahap akhir yaitu tahap pendistribusian. Koran-koran yang sudah dipisahkan tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah truk yang mampu memuat 60.000 eksemplar koran. Lalu truk tersebut akan meluncur pada titik-titik yang sudah ditentukan. Lalu pada jam 05.00 para agen akan menerima koran baru tersebut.
Masing-masing agen akan menerima koran tersebut pada mobil-mobil mereka dengan muatan yang bisa mencapai 2.000 eksemplar. Setelah itu, koran-koran tersebut akan mulai diperjualbelikan atau di sebar ke rumah-rumah atau institusi-institusi yang sudah berlangganan.

Pada sesi diskusi yang berjalan selama satu jam tersebut, tim Daqu Post mendapatkan banyak ilmu dan juga pengalaman yang berharga tentang dunia jurnalistik. Setelah selesai, kami dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan karena ruangan tersebut akan digunakan untuk rapat para editor senior dan juga pimpinan redaksi. Sebelum keluar ruangan, kami menyempatkan diri untuk berfoto di tempat-tempat yang memungkinkan untuk berfoto. Setelah puas berswafoto ria, kami pun bergegas turun dari gedung tersebut untuk segera menuju Masjid Agung Surabaya karena sudah ditunggu oleh tim dari PPPA Daarul Qur’an Surabaya.

Demikian cerita perjalanan kami ke kantor redaksi Jawa Pos. Semoga kami bisa mencontoh semangat para jurnalis dalam mencari berita dan mengaplikasikannya di Daqu Post. Aamiin.

Oleh : Bimo Seno
Kelas : 11 IPA B