Selamat Jalan Mas Bowo

0
18

Keluarga besar Daarul Qur’an berduka dengan kabar meninggalnya Nurbowo, editor senior, yang kerap membantu menulis, mengedit serta memperbaiki berbagai tulisan terkait Daarul Qur’an yang tersebar di berbagai media dan buku. Mas Bowo, begitu biasa pria kelahiran 29 Februari 1968 ini dipanggil, meninggal dalam perjalanan aktivitas dakwahnya, Rabu (2/12), di travel yang akan mengantar dari Bengkulu ke Kota Padang, seorang diri saat tidak ada teman yang mendampingi. 

Mas Bowo dikenal sebagai pria yang humoris, senang mengaji dan juga pintar berorganisasi. Ia lebih suka menebar gagasannya lewat tulisan ketimbang banyak bicara. Jarang terdengar ia mengeluh saat mendapat tugas. Ia berusaha melakukan yang terbaik meski dengan resource yang terbatas. 

Meski aktifitasnya lebih dikenal  di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) ia tidak menutup diri untuk membantu semua lembaga nirlaba Islam. Tidak ada batasan bagi dirinya selama itu bermanfaat bagi orang banyak. Itu terlihat dari banyaknya seragam organisasi Islam yang hadir saat prosesi pemakamannya. 

Membantu dhuafa bisa dibilang menjadi hobinya. Dari hanya sekedar memberi uang jajan hingga membangun sekolah untuk mereka yang tidak bisa mengakses pendidikan karena biaya pernah dilakukannya. Menembus wilayah terpencil yang susah akses transportasi dan infomasi sembari membawa bantuan untuk menghadirkan senyum sesama lebih disukainya. Besarnya ombak tidak menyurutkan langkah untuk sampai ke Mentawi dan Nias, kontur jalan yang tidak rata dan kerap menghadirkan mual jika tidak menghentikan langkahnya untuk ke Oe Ue, daerah di Nusa Tenggara Timur yang tidak ada akses informasi dan listrik. Tebalnya abu vulkanik Merapi juga tidak menjadi penghalang untuknya menetap di tenda pengungsi bersama para pengungsi. 

Bagi Kyai Yusuf Mansur, pendiri Daarul Qur’an, Mas Bowo adalah gurunya. Dari Mas Bowo, beliau belajar tentang tidak perlu banyak berkoar karena bergerak dalam senyap kadang lebih memiliki manfaat banyak bagi orang lain. Begitulah akhlak Mas Bowo yang tetap dijaganya. Saat melihat masalah dalam dakwah Mas Bowo lebih memilih untuk turun dan memperbaikinya ketimbang mengeluh dan mengutuk keadaan. 

“Akhlah beliau ini harus kita tiru. Tidak hanya keluarga tapi juga kita-kita yang dekat dengannya” pesan Kyai Yusuf Mansur saat takziyah ke rumah duka. 

Hal serupa dirasakan oleh ustad Ahmad Jamil, baginya Mas Bowo adalah gurunya dalam hal tulis menulis. Penampilannya boleh urakan, tapi wawasannya luas. Dalam pandangan Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan ini, Mas Bowo adalah orang yang memandang kehidupan ini dengan santai, tidak ada beban dan benar-benar memaksimalkan diri untuk umat. 

Sementara itu bagi Ustad Anwar Sani, sosok Mas Bowo dikenal karena keluasan cara pandangnya akan sesuatu. Banyak buku dan  tulisan beliau yang diedit oleh almarhum dan yang sangat dikagumi oleh Rektor Institut Daarul Qur’an ini terhadap Mas Bowo adalah keahlilannya dalam merangkai kata dan menjadikannya hikmah. 

Hal serupa dirasakan oleh ustad Tarmizi Ashidiq, yang bersahabat dengan mas Bowo sejak di Dewan Dakwah hingga beliau dipercaya untuk merintis PPPA Daarul Qur’an. Mas Bowo berjasa mengenal PPPA Daarul Qur’an kepada publik. Tulisannya banyak menggugah para pembaca untuk bergerak menyalurkan donasi untuk banyak santri rumah tahfizh di Indonesia. 

Meski dikenal senior, Mas Bowo tidak sungkan untuk bergaul dan bercengkerama dengan yang jauh lebih muda. Gaya komunikasinya yang cair dan fleksibel membuat para anak muda tidak sungkan untuk bercanda dengannya. Hal tersebut dirasakan oleh ustad Hendy Irawan Saleh, yang dalam satu kesempatan pernah mengajak para santri Daarul Qur’an yang tergabung dalam Daqu Post, ke Bromo, Jawa Timur. 

Bagi ustad Hendy satu kebiasaan beliau adalah berdakwah blusukan untuk membagikan santunan dan juga ilmu tentang penulisan yang ia kuasai. Satu pekan sebelum meninggal, Mas Bowo masih menyempatkan mengajar mahasiswa institut Daarul Qur’an untuk menjadi penulis sekaligus transkriptor dari program-program Daarul Qur’an dan KuliahWisataHati.com. 

Jasadnya kini memang tiada, tapi rekam kebaikan dan manfaatnya Mas Bowo akan terus terekam dan terbaca dari sejumlah tulisan yang berserak di mana saja. Mari sama sama kita berdoa kepada Allah SWT untuk almarhum Mas Nurbowo, guru kita, ayah kita, saudara kita bersama, mudah mudahan Allah SWT wafatkan dalam keadaan khusnul khotimah dengan segala kebaikan, dengan segala kerendahan hati beliau, dengan segala ilmu ilmu bermanfaat yang telah beliau ajarkan kepada kita, sehingga bisa Allah SWT tempatkan di sisi terbaik-NYA.

Allahummagfirlahu Warhamhu Wa’aafihi Wa’fu ‘Anhu.