Oleh : Ustadz Hendy Irawan Saleh
Tadarus (membaca) Al Qur’an adalah salah satu amalan sunah utama di Bulan Ramadhan. Terlebih, pada Bulan Suci inilah Al Qur’an mulai diturunkan, sebagaimana firman Allah SWT: “… Bulan Ramadan yang padanya diturunkan Al Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia dan menjadi keterangan yang menjelaskan, petunjuk dan pembeda antara yang benar dengan yang salah” (Al Baqarah: 185).
Menurut riwayat, Malaikat Jibril senantiasa tadarus Qur’an bersama Nabi Muhammad SAW setiap hari sepanjang Ramadhan. Sedang Utsman bin Affan, menantu Nabi SAW yang dijuluki Dzun Nurain, khatam Qur’an setiap hari pada Bulan Suci.
Pendek kata, seperti dikatakan Imam Zuhri, “Sesungguhnya Ramadhan adalah Bulan Membaca Qur’an dan menyediakan takjil untuk orang berpuasa.”
Pembaca, semua sudah tahu what is the meaning of Al Qur’an. Mengutip Muhammad Ali Al Hasan dalam kitabnya Al Manar fi Ulum Al Qur`an, Al Qur`an: huwa kalamullah al-mu’jiz al-munazzal ‘ala al-nabiyyi al-manqul tawaturan wa al-muta’abbadu bihi tilawah.
Qur`an adalah Kalamullah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dinukil secara tawatur dan membacanya tergolong ibadah. Dan pahalanya, Subhanallah, ajib banget dah.
Al Qur’an terdiri 30 Juz, dan 6.236 ayat. Bahkan jika lafal basmalah di awal surat yang jumlahnya 112 dihitung, maka jumlah seluruh ayat menjadi 6.348 ayat.
Nah, jangankan membaca satu mushaf atau satu juz atau satu ayat, membaca satu huruf pun ada nilai ibadahnya berlipat sepuluh. Sebagaimana kabar gembira dari Rasulullah SAW:
“Siapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka ia akan mendapat pahala satu kebaikan, satu kebaikan sama dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan ‘Alif Laam Miim‘ adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf” (HR Tirmidzi).
Padahal, jumlah huruf dalam satu mushaf Qur’an, lebih dari sejuta. Al-Imam Asafi’i dalam kitab Majmu al Ulum wa Mathli ’u an Nujum dan dikutip oleh Imam Ibn ‘Arabi dalam Mukaddimah al-Futuhuat al Ilahiyah menyatakan jumlah huruf dalam Al Qur ’an adalah 1.027.000 (satu juta dua puluh tujuh ribu). Ini sudah termasuk jumlah huruf ayat yang di-nasakh.
Abdullah bin Amru bin Ash pernah bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, berapa lama aku sebaiknya membaca Al-Qur’an?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam satu bulan.” Aku berkata lagi, “Sungguh aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku masih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima belas hari.” “Aku masih lebih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Namun beliau tidak memberikan izin bagiku” (HR Tirmidzi).
Menjelaskan hadits tersebut, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “(Maksud) adanya larangan membaca Al-Qur’an (menghatamkannya) kurang dari tiga hari yaitu jika dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama seperti Bulan Ramadhan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk luar Makkah, dianjurkan memperbanyak tilawah Al-Qur’an di sana, untuk menghargai kemuliaan tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan imam-imam lainnya. Hal ini didukung dengan amalan selain mereka.”
Utsman bin Affan ra, pada bulan Ramadlan menghatamkan Al-Qur’an sehari sekali. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Adapun yang menghatamkan Al-Qur’an dalam satu raka’at, maka tidak dapat dihitung karena banyaknya. Di antara ulama terdahulu: Utsman bin ‘Affan, Tamim al-Daari, Sa’id bin Jubair Radhiyallahu ‘Anhu, beliau menghatamkan dalam satu raka’at di dalam Ka’bah.”
Imam al-Syafi’i rahimahullah, pada bulan Ramadhan menghatamkan Al-Qur’an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Sebagaimana disebutkan oleh muridnya Ar-Rabi’ bin Sulaiman: “Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.” Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat. (Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36).
Imam al-Dzahabi berkata, “Telah diriwayatkan dari banyak jalur bahwa Abu Bakar bin ‘Ayyasy tinggal selama empat puluh tahun menghatamkan Al-Qur’an sekali dalam sehari semalam.”
Seorang ulama yang bernama Al-Aswad bin Yazid (Tabi’in yang meninggal dunia 74 atau 75 Hijriyah di Kufah), bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam. Dari Ibrahim An-Nakha’i, ia berkata, “Al-Aswad biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam.” (Siyar A’lam An-Nubala, 4: 51).
Ulama di kalangan tabi’in yang bernama Qatadah bin Da’amah, mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tujuh hari. Namun jika datang bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malamnya” (Siyar A’lam An-Nubala’, 5: 276).
Pun Ibnu ‘Asakir, ulama hadits dari negeri Syam, dengan nama kunyah Abul Qasim. Penulis kitab terkenal Tarikh Dimasyq ini, menurut kesaksian anaknya yang bernama Al-Qasim, biasa merutinkan shalat jama’ah dan tilawah Al-Qur’an. Beliau biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadhan, beliau khatamkan Al-Qur’an setiap hari” (Siyar A’lam An-Nubala’ 20: 562).