Teknologi dan Tradisi: Menjaga Sanad Al-Qur’an di Zaman Digital

0
16

Bekerjasama dengan Kementerian Agama (Jakim) Malaysia, Rabithah ‘Alam al-Islamy menggelar diskusi panel internasional tentang sanad Al-Qur’an yang digelar di Kuala Lumpur Malaysia, Rabu, 27 Agustus 2025.

Diskusi panel ini menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai negara seperti Dr Hazem Saed Haidar, Dr Mustafa Shaaban Siyam (Ulama Qur’an Mesir yang menetap di Kuwait), Dr. Abdullah Ghailan (Madinah Arab Saudi), Prof. Madya Khairul Anuar Mohamad (USIM Malaysia) dan lainnya. Indonesia juga mengirim perwakilannya dalam diskusi ini yakni KH. Ahmad Jamil, MA., Ph.D, mewakili Institut Daarul Qur’an yang juga pimpinan Daarul Qur’an.

Kegiatan ini merupakan lanjutan dari Multaqo sebelumnya yang digelar di Aula Markaz Liga Muslim Dunia, Mekkah, pada 31 Juli hingga 1 Agutus 2025 lalu. Diskusi ini dibuka langsung oleh Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Syekh Dr. Mohammed Abdul Karim Al-Issa dan Dr Haji Mohd Na’im bin Haji Mokhtar selaku Menteri Agama Malaysia.

“Alhamdulillah, kami sangat menyambut positif pelaksanaan diskusi panel ini. Juga melihat perkembangan tahfizh di dunia terutamanya di Asia yang terus bergerak dengan sejumlah inovasinya untuk melahirkan generasi Qur’ani” ujar Syeikh Isa dalam sambutannya.

Syeik Isa juga meminta lembaga Al-Qur’an sudah harus terbuka dengan perkembangan teknologi hari ini. Menurutnya perkembangan teknologi dengan kegiatan beragama harus dipadukan agar semakin meluas dan bisa diterima banyak pihak.

Kegiatan ini juga Imam senior Masjidil Harom, Syaikh Dr. Sholeh Bin Abdullah Al Humaid. Imam yang lahir pada tahun 1950 di Buraidah, Qassim, Saudi Arabia ini menyampaikan apresiasinya kepada para Ulama, Peneliti dan Pegiat Al Qur’an di Asia dan perhatian pemerintahannya untuk kegiatan tahfizh dan pengkajian Al Qur’an. Beliau juga memotivasi kepada ribuan santri tahfizh yang hadir untuk semangat dalam menghafal dan beryukur atas anugerah Allah yang menitipkan Al Qur’an di dada kalian.

Dalam diskusi panel, Ahmad Jamil menyampaikan risalah untuk memadukan teknologi seperti AI, zoom, google meet dan sejenisnya untuk dalam proses mendapatkan ijazah sanad dan penggunaan beberapa platform untuk autorisasi ijazah sanad Qur’an seperti
Authorized Platforms, digital signature, cloud storage, Blockchain, Biometric Authentication, Audio & Video Recording, Dengan begini maka akan semakin banyak penghafal Al-Qur’an yang hadir dan dakwah Qur’an akan semakin meluas dan keabsahan ijazah sanad Qur’an bisa dipertanggungjawabkan.

“Ini merupakan tantangan bagi kita lembaga Islam untuk berdampingan dengan teknologi yang semakin masif perkembangannya. Jangan sampai kita tertinggal tidak memanfaatkan perkembangan ini yang manfaatnya justru bisa semakin mendekatkan lembaga islam dengan objek dakwah terutama generasi muda yang sangat responsif dengan perkembangan IT. Insyaallah di Daarul Qur’an perlahan tengah mencoba eksperimen ini” ujar Ahmad Jamil.

Di akhir presentasinya Ahmad Jamil mensitir firman Allah dalam Qur’an Surat Al Hijr ayat 9 : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.

“Semoga kita semua dipilih Allah menjadi bagian dari hamba-Nya yang menjaga kalam-Nya dengan membaca, menghafal, mentadabburi, mengamalkan, mendakwahi, menjadi jalan orang mudah belajar, mengakses dan memahami Al Qur’an juga menjaga keotentikan naskahnya, mendapat syafaat Qur’an dan dianugerahi terus waktu dan kesempatan bersahabat dengan Al Qur’an.” pungkas Ahmad Jamil.