Widia Farohatul Husna: Muraja’ah di Bawah Serangan Kerikil

0
44

Masih teringat dengan jelas peristiwa beberapa tahun lalu di benak Widia Farohatul Husna (15 tahun) saat ia mondok di pesantren di Kalimantan. Ketika itu konflik horizontal tengah terjadi di Kalimantan. Saat itu ia dan ratusan santri lainnya baru saja menyelesaikan shalat duha yang dilanjutkan dengan membaca asmaul husna dan muraja’ah hafalan. Tidak lama kemudian warga berdatangan ke pesantren dan protes karena terganggu dengan suara aktivitas pesantren. Tidak hanya protes warga pun melempari atap pesantren dengan batu kerikil.

“Takut banget dan hampir dua ratusan santri menangis” Kenang Widia. Ditengah ketakutan tersebut Widia berhasil menyelesaikan hafalan 10 juz dalam waktu 2 tahun.

Kini Widia melanjutkan hafalan Alquran di Tahfizh Camp Daarul Qur’an Malang, Jawa Timur. Sejak awal ia suka menghafal ayat-ayat suci Alquran. Baginya ia belum menjadi santri jika pulang ke rumah belum membawa hafalan Alquran. Tawaran beasiswa pendidikan gratis menambah motivasi anak seorang pengusaha sukses ini. Inilah yang membuat dirinya menjuarai beberapa perlombaan tahfizh di daerahnya. Prinsip menjaga muraja’ah karena takut dosa kehilangan hafalan membuatnya teguh menjaga hafalan Qur’an hingga sekarang.

Genap 5 bulan di Tahfizh Camp Malang, Widia berhasil menyelesaikan setoran hafalan sebanyak 17 juz. Widia memiliki target menyelesaikan hafalan pada bulan ke-9. Semangat dan  ketekunan Widia mengantarnya meraih Juara I lomba Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) Nasional Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an ke-VII kategori MHQ 10 juz di Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

“Alhamdulillah saya berhasil meraih yang terbaik” ujarnya.

Widia mengakui menyiapkan diri untuk MHQ ini dalam waktu 2 pekan dibawah bimbingan usatdzah Inas. Ia mengakui kenyamanan lingkungan danpengajar yang tekun sangat membantu kelancaran proses hafalan Widia selama di Malang. Ia pun berharap akan banyak penghafal Alquran yang lahir di Indonesia nantinya.

Ditulis oleh: Runtiningsih dan Unik Nur