Jumat (15/7), Keluarga Besar Pesantren Tahfizh Daarul Quran menggelar halal bihalal di Masjid An Nabawi Ketapang, Cipondoh, Tangerang.
Silaturahim Idul Fitri ini dihadiri seluruh pengurus yayasan, pesantren, dan staf serta karyawan.
“Alhamdulillah, teman-teman, terima kasih sudah menunjukkan kebersamaan di Daarul Quran,” ujar pendiri Daarul Quran, KH Yusuf Mansur, dalam sambutannya.
“Saya mengingatkan, saudara bekerja di sini bukan untuk saya, bukan untuk pengurus, apalagi untuk Daarul Quran. Saudara bekerja untuk Allah,” tandas Kyai Yusuf.
Maka, imbuhnya, sebaik-baik apa yang menjadi permintaan saudara itu hanya kepada Allah. Sebaik-baik pengharapan hanya kepada Allah. Seandainya saya menjadi saudara maka saya akan menaruh gaji saya untuk Daarul Quran.
Mungkin sontak kita berkomentar: “Gila, sebulan aja segitu, sekarang aja kurang!” Itulah kita.
Kita harus belajar uratnya rizki, hingga suatu saat Allah menguji kita dengan tidak punya apa-apa sama sekali. Tiga atau bahkan tujuh bulan berturut-turut. Atau seperti siklusnya Nabi Yusuf as, yakni 7 tahun.
Saya bukan menjadi contoh yang sempurna buat saudara-saudara, tapi saya terus belajar. Kita sudah harus berani “naruh”, ya gaji kita taruh, sampai saya ceramahpun harus honornya harus ditaruh. Bayangkan coba panitia siap-siap 3 hari melekan, pasang tarub, pasang sounsystem, bagian makanan siap-siap juga, sementara saya datang kemudian saya dibayar. Masya Allah harusnya kita yang bayar mereka, terima kasih uda disiapkan segala sesuatunya.
Kalau main taruh saja, lalu soal hidup bagaimana?
Itu yang menjadikan Anda tidak cukup. Anda menggantungkan ke yayasan. Emang yayasan Tuhan Anda?
Insya Allah, mudah-mudahan ke depan kajian dan pengajian tauhid itu harus dikencengin di Daqu. Bismillah deh kita hidup di atas sajadah.
Dulu saya ngajar gaji Rp 55 ribu sebulan. Saya bilang pada teman, kalau kita begini-begini terus maka kita tidak akan ada perubahan hidup. Kita harus melakukan sesuatu, kita sedekah yuuuk, gaji kita sedekahin semua… kita hidup dengan kebaikan Allah, kita hidup dengan janji Allah…
Namun tidak mudah. Teman menjawab, oke situ aja dulu, kalau situ ada perubahan ntar ane ikut..
Kadang tanpa sadar kita ngikut gaya Firaun.
Raja Firaun berkuasa dan memimpin berdasarkan informasi dan pengetahuannya. Informasi melalui mimpi yang mengatakan bahwa akan ada anak laki-laki keturunan Bani Israil kelak akan menghancurkan dia. Maka Firaun kemudian bekerja atas kekhawatiran dan ketakutannya. Konskusnsinya, banyak yang harus dimusnahkan.
Ibu-ibu harus dihanguskan, apalagi yang lagi hamil, perempuan-perempuan yang berpotensi hamil itu harus dbantai. Bayi-bayi dipisahkan, apa saja yang menyebabkan kehamilan maka harus dipisahkan, laki perempuan harus dipisahkan.
Kita ini sering menyebut Firaun dan Musa dalam kisah tersebut, tapi kita jarang menyebut Ummi Musa, iya kan?
Nah kita belajar kepada Ummi Musa bagaimana ssikap menghadapi kebijakan Firaun yang kejam itu. Yaitu dengan keyakinan dan kepasrahan total pada Allah, sebagaimana disebut dalam QS Al Qasshash.
Beliau berdiri di atas harapan dan keyakinan akan janji-janji Allah. Ealaupun secara manusiawi, gak masuk akal lah orang semua bayi akan dibunuh, ini malah ditaruh lalu dihanyutkan ke sungai Nil yang justru bermuara ke Markas Firaun. Itu lantaran Ummi Musa bekerja bukan di atas kekhawatiran, ketakutan, tapi berdiri di atas harapan serta keyakinan akan janji-janji Allah.
“Spirit Ummi Musa ini yang harus kita warisi dalam bekerja,” tegas Kyai Yusuf.
Sementara u?Ustaz Ahmad Jameel dalam sambutannya mewakili Yayasan mengucapkan taqobballalhu minna waminkum, mohon maaf lahir batin.
Halal bihalal diakhiri dengan salam-salaman penuh kehangatan, disertai spirit untuk bekerja lebih baik.
Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.