Rihlah Tarbawiyah Daqu Lampung : Menengok Pendidikan Tahfizh di Malaysia

0
58

Tanggal 27 April hingga 1 Mei 2019 sebanyak 42 siswa kelas 9 Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Lampung, mengadakan kegiatan Rihlah Tarbawiyah ke Malaysia. Didampingi oleh lima pembimbing mereka akan menengok pendidikan tahfizh di Negeri Jiran, tepatnya di Madrasah Uthmaniyah Smart Tahfiz yang kerap dipanggil MAS.

Kegiatan rihlah tarbawiyah ini merupakan agenda tahunan kelas 9 yang digelar seusai mereka melakukan ujian dan sebelum pelaksanaan wisuda. MAS sendiri dipilih karena keunikannya dalam mengaplikasikan sistem pendidikan tahfizh metode Turki.

“Kegiatan ini kami agendakan agar para santri bisa kembali rileks setelah melewati ujian akhir dan mereka tetap semangat melanjutkan pendidikan ke pesantren untuk kembali menghafal Alquran dengan melihat pendidikan tahfizh di negara lain” ujar ustaz Doni Putrawan, selaku kepala sekolah SMP Daqu Lampung.

Tanggal 30 April rombongan tiba di MAS yang berlokasi di Desa Putra, Kajang, Selangor. Kedatangan rombongan disambut langsung oleh pendiri MAS yakni ustaz Khalid Annadwi serta kepala pendidikan MAS yang berasal dari Nigeria, ustaz Abdullah Santo. Lalu rombongan diajak untuk berkumpul di aula yang juga menjadi tempat shalat dan menghafal Alquran para santri.

Sekilas ustaz Khalid Annadwi pun mengenalkan pesantren yang telah berdiri kurang lebih lima tahun tersebut. Ia mengatakan semua berawal dari keinginan anaknya menjadi penghafal Alquran. Saat itu anaknya bersekolah di Turki karena metode menghafal yang dirasa cocok. Hingga akhirnya beliau terpikir untuk membuat madrasah di Malaysia dengan membawa serta metode menghafal dari Turki tersebut.

Maka sejar itu ia mulai menyiapkan serta membangun sarana dan prasarana pendidikan bermodal usahanya sendiri. Ia juga membawa tenaga pendidikan yang telah menguasai metode tahfizh ala Turki dan salah satunya adalah Abdullah Sambo. Hingga akhirnya kini telah terlahir sebanyak 30 hufaz dari madrasah tersebut.

“Metode Turki ini unik karena ada proses murajaah bersamaan dengan santri menghafal. Jadi ketika mereka sudah menyelesaikan hafalan 30 juz maka otomatis hafalannya sudah berkualitas mutqin karena murajaah tersebut” ujar Abdullah Santo saat menjelaskan mengapa metode Turki yang dipilih.

Dalam kesempatan tersebut ustaz Nuril, pengajar tahfizh di Daqu Lampung, menjelaskan terkait metode tahfizh yang digunakan di Daarul Qur’an. Ia menjelaskan kini di seluruh sistem pendidikan Daqu telah digunakan apa yang namanya Kaidah Daqu. Ini merupakan metode menghafal Alquran yang diramu dari sejumlah metode yang ada oleh para asatidz di Daqu.

“Alhamdulillah kini kami telah menerapkan Kaidah Daqu selama dua tahun belakangan ini. Kaidah Daqu kami rasa tepat untuk para santri di Daarul Qur’an” ujarnya.

Setelah beramah tamah para santri dari kedua pondok pun saling bercengkerama dengan melihat lebih dekat aktivitas yang ada di MAS. Tidak lupa para santri dari Lampung melihat asrama sahabat barunya serta bertanya apa saja kegiatan mereka selain menghafal Alquran.

“Tak ada beda dengan kalian. Hanya di sini kami full menghafal Alquran tanpa belajar pendidikan yang lain” ujar Haziq (16) santri asal Selangor.

Para santri pun sempat saling bertukar akun media sosial mereka untuk tetap saling berhubungan meski jarak memisahkan mereka.