Gelar Wisuda Purna, Pesantren Daqu Takhassus Luluskan 82 Santri Penghafal Qur’an

0
30

Wisuda digelar di Pesantren Daqu Takhassus Putri Cikarang, Cikarang Pusat, Kab. Bekasi, Kamis (30/6). 

Wisuda dihadiri para pimpinan Daqu, KH Ahmad Jamil selaku Pimpinan Direktorat Pendidikan, Ustadz Tarmizi Ashidiq selaku Pimpinan Dir. Ekonomi, serta Dr. Zaid Al-Ghaliy, mudir Markaz Mu’alaimin Al-Qur’an Daqu. 

Para donatur turut menyaksikan momen bahagia tahunan ini. Di antara beliau adalah H. Budi Hartawinata dan H. Hendy yang turut bersama membangun Pesantren Daqu Takhassus. 

Kebahagiaan para santri makin terasa seban orang tua mereka diizinkan hadir pada acara ini. 

Dari 82 santri penghafal Qur’an itu, 30 sudah mutqin Al-Qur’an. Mereka berasal dari Pesantren Daqu Takhassus Cinagara berjumlah 12 santri, Brebes 11 santri, Palembang 5 santri, Tegal 11 santri, Banyuwangi 15 santri, serta Cikarang 28 santri.

Dalam wisuda ini juga dinobatkan para santri terbaik. Mereka ialah ananda Fikri Jundullah dan Hilmo Nizar Hariri santri asal Jember. 

Untuk kategori putri, Putri Fatimah Azzahra, dari Pesantren Daqu Takhassus Tegal, asal Kuningan. Kemudian ananda Lu’luatul Mukarramah, santri Pesantren Daqu Takhassus Banyuwangi, asal Banyuwangi. Yang terakhir, ananda Azyatul Jannah, santri Pesantren Daqu Takhassus Cikarang, asal Tangerang.

M Zaki Fauzan, santri Takhassus Cinagara, mewakili teman-temannya memberikan sambutan. Kebahagiaan sekaligus kesedihan terpancar dari wajahnya. 

Ia bercerita bagaimana para santri awal masuk pondok. Dari yang belum bisa baca Al-Qur’an hingga bisa menjadi hafizh Qur’an. 

“Kemudian kita juga diajarkan kecerdasan intelektual dan sosial agar kita berguna bagi pondok, agama, bangsa dan negara,” terangnya. 

Bapak Sujana Supriadi, wali santri Santri Takhassus Cikarang, merasakan kebanggaan serupa. Menurutnya, di sini bukan hanya dibina menghafal Qur’an, namun juga belajar akhlak. 

Ananda yang menjadi hafizh Qur’an pun menjadi asetnya yang paling berharga. 

“Dalam Al-Qur’an disebutkan adalah salah satu amalan yang tidak akan terputus adalah doa anak yang sholeh,” jelasnya.

Salah satu pewakif Pesantren Daqu, H. Budi Harta Winata juga memberikan wejangan pada para santri. Ayah angkat para santri ini bercerita bagaimana pendirian Pesantren Daqu Takhassus bersama sahabat beliau, H. Hendy, yang juga menjadi pewakif di Pesantren Daqu. 

Berkat doa dan kesungguhan, keinginan keduanya membuat pesantren pun terwujud, salah satunya dengan berdirinya Pesantren Daqu Takhassus ini. 

“Ini adalah bibit unggul Daarul Qur’an. Alhamdulillah kita sebagai pengusaha mengetahui dengan baik apa yang kita donasikan menjadi apa. Masya Allah. 

“Doa menjadi yang terbaik. Kita jadi apapun nanti itu, tergantung doa kita. Dan doa oti bisa merubah semuanya,” terang Haji Budi. 

Doa dan kerja keras adalah satu kesatian. Karena kata beliau, keduanyalah yg mampu menjadi wasilah mengubah nasib kita.

“Kalau kalian kecewa, doa. Harus bangkit.”


Ayahanda KH Ahmad Jamil jadi yang ditunggu-tunggu para santri untuk mendapat nasihat darinya. 

Pada kesempatan tersebut, beliau bercerita bagaimana santri Daqu tersebar ke seantero negeri. Hal tersebut diketahui setelah beliau bersama KH Yusuf Mansur melakukan safari ilmu ke negeri seribu wali, Tarim, Yaman.

“Santri Daqu di Mesir ada 150, Yaman 30, Madinah belasan, Eropa juga banyak bermunculan, kemudian 8 di Yordania. Insya allah akan menyusul di seluruh penjuru dunia. Tapi juga jadi rektornya,” tukas Kyai Jamil.

Para santri ini juga diharapkan mampu menggantikan kyai dan ulama yang berguguran pasca musim Covid lalu. Dengan doa dan usaha, Insya Allah para santri bisa mencapai tujuan tersebut.

Kyai Jamil juga memberi semangat para santri untuk terus berkhidmad dengan Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an lah satu-satunya kitab suci yang masih otentik, yang keasliannya dijaga langsung oleh Allah SWT. 

Wisuda purna pun berakhir dengan ditutup doa yang dibacakan Dr. Zaid Al-Ghaliy.