Syekh Ali Jaber dalam Kenangan

0
30

“Di masjid Sunda Kelapa dulu, saya kaget. Ada orang Arab, tinggi, besar, ganteng, nyapa saya, ‘Ustadz Yusuf Mansur, ya?”

Begitu kenang Ustadz Yusuf Mansur saat pertama kali bertemu dengan Almarhum Syekh Ali Jaber. Seperti yang diketahui, setelahnya dua sosok ulama dan tokoh nasional itu bersahabat.

Syekh Ali Jaber datang ke Indonesia tahun 2008 lalu. Niatannya ke Indonesia adalah untuk menengok makam keluarganya di Lombok. Ya, beliau juga keturunan Indonesia, tepatnya sang kakek buyut yang asli orang Lombok, Nusa Tenggara Barat. Selain itu, salah seorang kakeknya pun kelahiran Bumiayu, Jawa Tengah.

Perbedaan pendapat terjadi saat menentukan lokasi makam sosok ulama asal Madinah itu. Beliau sempat mengutarakan keinginan untuk dimakamkan di beberapa tempat, di antaranya di Lombok dan daerah asalnya, Madinah. Namun, keluarga segera mengklarifikasi bahwa ucapan tersebut bukanlah wasiat melainkan hanya keinginan yang menyesuaikan dengan situasi. Terlebih, kultur masyarakat Arab apabila sudah menyukai suatu tempat, ia senantiasa mengutarakan keinginan perihal tempat tersebut.

Mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung yang akan menyulitkan proses pengiriman jenazah ke tempat-tempat yang sudah disebutkan, akhirnya keluarga memilih Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang milik Ustadz Yusuf Mansur sebagai tempat Syekh Ali dimakamkan. Bukan tanpa alasan, sebab Ustadz Yusuf Mansur jualah yang pertama kali memperkenalkan ulama kharismatik itu pada masyarakat Indonesia lewat program Nikmatnya Sedekah di stasuin televisi swasta TPI (sekarang MNC) tahun 2010 lalu sehingga hubungannya dengan keluarga Syekh Ali Jaber layaknya keluarga sendiri.

Ustadz Yusuf Mansur sendiri juga yang jadi perpanjangan tangan keluarga untuk menerangkan penyebab wafatnya Syekh bernama lengkap Ali Saleh Mohammed Ali Jaber itu. “COVID nya sih sudah nggak ada tapi sudah terlanjur nyerang ke paru-paru jadi wafat sudah dinyatakan negatif COVID. Meninggal pada jam 08.30 WIB,” ungkap Ustadz Yusuf Mansur kepada wartawan. Setelah berjuang saat dirawat di Rumah Sakit YARSI, Jakarta Pusat, akhirnya beliau wafat di usia ke 44 tahun hari Kamis, 14 Januari 2021.

Pertemuan di masjid Sunda Kelapa itu akhirnya jadi kenangan yang tak akan dilupakan Ustadz Yusuf Mansur. Kala pertama kali menginjakkan kaki di studio tv Indonesia, Syekh Ali Jaber belum lancar berbahasa Indonesia. Ustadz Yusuf Mansur akhirnya menjadi penerjemah beliau, sembari sesekali Syekh Ali didorong untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebisanya.

Kisah lucu diceritakan Ustadz Yusuf Mansur dalam postingan Instagramnya. “Pas pertama kali saya bilang, ‘jangan pake Bahasa Indonesia dulu.” Jama’ah ngangguk-ngangguk aja, tau pada ngerti apa kagak. Akhirnya Syekh Ali ngomong pake Bahasa Indoensia, wuoohh pada kaget itu,” tukas Ustadz Yusuf.

Hal itu diakui pula oleh Syekh Ali. Suatu ketika ia menceritakan bagaimana Ustadz Yusuf Mansur meninggalkannya sendiri untuk mengisi program Nikmatnya Sedekah setelah beberapa episode terus didampingi. Hingga kini, masyarakat masih dibuat takjub tentang kemampuan berbahasa Syekh Ali Jaber.

Syekh Ali Jaber telah menghafal 30 juz Al-Qur’an sejak usianya 10 tahun. Di umur 13 tahun ia diamanahi untuk menjadi imam Masjid di salah satu Masjid Kota Madinah. Dakwahnya di Indonesia salah satu tujuannya juga untuk menelurkan lebih banyak lagi para penghafal Al-Qur’an.

Seperti yang diungkapkan Ustadz Yusuf Mansur, Syekh Ali Jaber sangat mencintai Indonesia. Bahkan di tahun 2012, ia resmi menjadi WNI setelah diambil sumpah setianya pada bumi pertiwi. Anugerah yang luar biasa bagi Indonesia, seorang ulama dan penghafal Qur’an, mau mengabdi pada negeri.

Syekh Ali Jaber juga terkenal akan kedermawanannya. Seringkali ia memberikan bantuan pada orang-orang yang membutuhkan. Bukan puluh atau ratus ribuan, tak tanggung-tanggung ia mengeluarkan hingga jutaan rupiah untuk sedekah.

Diceritakan oleh Ustadz Yusuf Mansur, Syekh Ali suka membantu renovasi rumah orang-orang tak mampu. Sehingga dengan berbagai kedermawanannya itu, “Orang-orang miskin, pemulung-pemulung, banyak yang kehilangan Syeikh Ali,” terang Ustadz Yusuf Mansur.

Tentu orang sudah mahsyur dengan kisah Akbar, seorang pemulung yang diangkat anak oleh Syekh Ali Jaber. Akbar viral di media sosial lewat sebuah foto saat ia berteduh sambil membaca Al-Qur’an. Syekh Ali yang tertarik dengan Akbar pun akhirnya menemui sang anak.

“Ada beberapa permintaan, mudah-mudahan hajat saya dikabulkan. Pertama saya punya keinginan kalau Akbar terima, saya ingin ananda akbar jadi anak angkat saya. Saya akan pimpin kamu sampai Insyaallah hafal 30 jus Alquran. Saya akan maksimal menjadikan kamu sebagai Imam Besar di Indonesia,” kata Syekh Ali Jaber waktu itu dalam acara Kabar Petang di TVOne, Jumat (7/11/2020) lalu.

Terkait kisah Akbar, Ustadz Yusuf Mansur menerangkan sedikit kisah unik. Akbar diperhatikan layaknya seorang anak. Dibelikan pakaian baru hingga merapihkan gigi di klinik gigi berkualitas. “Hingga misalnya, ga ada yang tau lagi Akbar itu pemulung yang sempat viral, duduk sambil baca Qur’an. Disangkanya Akbar, ustadz muda,” tutur Ustadz Yusuf Mansur berkisah di akun Instagram pribadinya. Karena menyoal mendawami Al-Qur’an, Syekh Ali siap sepenuh jiwa raga membantu.

Sudah beberapa waktu Syekh Ali Jaber meninggalkan kita. Namun, para peziarah terus mendatangi makam beliau. Termasuk para tokoh nasional.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy, berziarah pada Sabtu, 16 Januari lalu. Menurutnya, Syekh Ali adalah ulama yang mampu menyatukan masyarakat Indonesia, khususnya Umat Islam dari berbagai golongan. Hal itu sangat membantu tugas pemerintah.

“Ciri-ciri orang yang baik itu adalah apabila ia datang ke suatu tempat, di tempat itu ia meninggalkan sesuatu yang bermakna. Insya Allah, sangat banyak makna yang ditinggalkan Syekh Ali bagi bangsa ini,” kata Muhadjir mengenang Syekh Ali mengutip salah satu pepatah Arab.

Siang harinya, giliran Bupati Banyuwangi, Azwar Anas, yang mendoakan Syekh Ali di pusaranya. Secara pribadi, Syekh Ali pernah memberikan wejangan padanya untuk selalu membaca istighfar, tasbih, tahmid dan tahlil di siang dan sore hari.

Kedermawanan Syekh Ali juga diakui Anas. “Beliau sangat peduli dengan anak-anak di pedalaman, bahkan sangat peduli pada anak-anak tunanetra dan berkebutuhan khusus. Beliau dukung dan berikan beasiswa. Sungguh ini adalah kemuliaan dari sososk beliau,” cerita Anas. Kebaikan Syekh semakin nyata setelah ia mendirikan Yayasan Syekh Ali Jaber.

Hubungan harmonis juga dibangun dengan Komjen Pol Syafruddin Kambo. Purnawirawan polisi asal Makassar itu pun berkisah bahwa hubungannya dengan Syekh Ali terjalin 13 tahun lalu. Perjalanannya hingga kini menjadi Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) juga banyak dibantu oleh Syekh Ali.

Banyak mimpi dan keinginan yang direncanakan oleh Syekh Ali bersama Syafruddin melalui DMI. Hingga ajal memaksa impian itu tertunda. Namun, Syafruddin bersama timnya bertekad segera merealisasikan keinginan Syekh Ali Jaber tersebut. Kisah itu ia tuturkan kala berziarah ke makam Syekh Ali, Selasa (20/1/2021) lalu.

Syekh Ali Jaber pernah menjadi korban penusukan orang tak dikenal saat menghadiri wisuda perdana tahfidz Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) serta perayaan tahun baru Islam 1442 H di Jalan Tamin, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung, Minggu (13/9/2020). Setelah dirawat dan diperbolehkan pulang oleh dokter beliau menanggapi kejadian tersebut. Dengan santun Syekh Ali berkata bahwa setiap manusia pasti memiliki kesalahan dan hendaknya setiap manusia saling memaafkan.

Beredar pula video viral saat Syekh Ali bertemu dengan komplotan yang mencuri mobilnya. Bukan cacian atau sumpah serapah yang keluar dari mulutnya, melainkan ucapan santun penuh maaf sembari para tersangka bergantian mencium tangan beliau. Syekh Ali juga memberikan wejangan pada para tersangka, sekali lagi, dengan penuh cinta.