Fatihah Buat Mama

0
30

“Aku sudah enggak membaca iqro, tapi sekarang sudah membaca quran yang besar,” kata Marhaban sambil memainkan alisnya. Menurut ustad Hermansyah, yang menjadi pengasuh kedua kakak-adik itu, ketika masuk ke Pondok Pesantren Tahfiz Darul Quran, Awzha’I dan Marhaban sudah hafal seluruh surat-surat pilihan sehingga tidak mengherankan bila mereka kini lebih unggul ketimbang santri yang lain. Kelebihan Awzha’I dan Marhaban itu, diperoleh dari latihan di rumah yang dibiasakan oleh ayah – ibunya yang juga seorang hafiz dan hafizoh.

Ketika ditanya bagaimana ayah dirumah mengajarkan hafalan Quran, Marhaban pun dengan piawai menjelaskannya, meniru cara makan biskuit. “Pertama, dilihatin tulisannya. Terus, dibaca sampai lima kali. Lalu, Qurannya ditutup dan dibaca dua kali,” kata Marhaban.

Selain sudah terbiasa diajari belajar menghafal quran, Awzha’I, juga diajarkan oleh ibu untuk mencuci pakaian sendiri. Maka, meski di pondok pesantren tersedia jasa laundry, Awzha’I memilih untuk mencuci pakaian sendiri. “Nyuci pakaian itu caranya mudah. Bajunya direndem dulu. Terus, disikat. Baru dibilas deh,” kata Awzha’I sambil tersenyum.

Bagi Awzha’I, mencuci pakaian sendiri dan tinggal berjauhan dengan orang tua bukan suatu beban. Pesan ibu sebelum meninggalkan Awzhai dan sang adik pada Oktober lalu, disimpannya baik-baik.

“Disini tempatnya untuk belajar mandiri. Kalau kangen, aku kirim Fatihan buat mama,” kata Awzhai dengan suara tertahan.(suci)

Â