Agar Santri Cilik Betah di Pondok

0
20

 

Bagi Hermansyah dan Istiqomah, agar para santri cilik itu kerasan tinggal di pondok pesantren dan mau menghafal Quran, ada sejumlah jurus yang diterapkan. Pertama, kegiatan di pondok pesantren tidak monoton. Artinya, tidak melulu soal tahfiz, tetapi kegiatan diselingi dengan olah raga dan ada jam bermain untuk mengusir jenuh.

Kedua, Tidak ada tindakan kekerasan. Ketika ada santri yang merajuk, Istiqomah dan ustad yang lain harus bisa membujuk. “Mereka itu masih anak-anak, dimana anak-anak jika dimarahi malah akan memberontak. Maka ustad disini dituntut ekstra sabar. Santri anak-anak ini juga perlu pengawasan yang lebih,” kata Istiqomah. Baginya, tantangan terberat berhadapan dengan para santri cilik ini adalah ketika mereka dirundung rindu pada orang tua. Karena masih anak-anak, saat rasa kangen sudah tidak tertahankan, mereka tidak malu menangis.

“Biasanya, kalau kangen anak-anak akan menelpon orang tua,” kata Hermansyah. Bukan hanya itu, setiap Sabtu dan Minggu orang tua santri diperbolehkan menjenguk buah hati mereka. Untuk menerapkan disiplin, setiap santri mendapat giliran piket. Dengan begitu, kondisi pondok pesantren tetap bersih.

Karena masih anak-anak, santri yang melanggar disiplin, akan dinasehati oleh ustad dan dikenai hukuman ringan, seperti menulis surat Ar-Rahman. Untuk hafalan Quran, para santri cilik itu biasanya melakukan talaqim, yakni menghafal bersama-sama.

Selama satu tahun menetap di pondok pesantren sigor, para santri cilik itu ditargetkan bisa menghafal 3 juz dan surat-surat pilihan. Jurus terakhir agar para santri cilik betah tinggal di pondok pesantren, mereka diperbolehkan jajan. Supaya tetap terkontrol, uang jajan dititipkan orang tua santri pada pondok pesantren. Dengan begitu, santri yang sering jajan, akan dinasehati.(suci)

Â