Hadiah Fatihah dari Gontor

0
37

Alhamdulillah, saat mengantar putra saya Muhammad Fatih Husna yang baru nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor 2 Madusari, Kec Siman, Kab Ponorogo, Jawa Timur, saya menikmati sholat berjamaah di Masjid Gontor.

Beberapa menit jelang adzan dikumandangkan, para santri baru mendapat aba-aba untuk segera berhimpun di masjid. Aba-aba yang diberikan sungguh heboh, mulai dengan klakson motor, bel sepeda onthel, dan tepukan tangan pertanda anak-anak harus segera bersiap dan segera menuju masjid. Tidak boleh terlambat, semua santri sudah harus berada di dalam masjid sebelum adzan berkumandang. Yang melanggar prosedur baku ini bakal kena punishment.

Peraturan ini untuk membiasakan santri sholat tepat waktu dan berjamaah di masjid, dengan busana serapi mungkin; Peci, sarung bersabuk, disertai sajadah terselempang di pundak kanan.

Bersama orangtua santri lainnya, saya tenggelam dalam ribuan santri baru. Di bawah komando Asaatidz Gontor, ribuan anak itu langsung menyatu dan kompak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti baris-berbaris, termasuk sholat berjamaah, yang dilanjutkan dzikir, dan berdo’a. Saya merinding menyimak bacaan Al Fatihah yang dilantunkan imam. Perasaan saya kian berdebur, ketika penghujung surah itu disahuti dengan koor amiiin yang menggema ke seantero masjid. Sungguh mengharukan. Usai salam, imam sholat memimpin dzikir dan do’a. Nah, sebelum melanjutkan dengan sholat sunat ba’diyah, ribuan santri dipimpin Sang Imam membacakan Surah Al Fatihah sebagai hadiah yang dipersembahkan bagi para orangtua mereka.

‘’Untuk orangtua kita agar Allah hadirkan kepadanya kesehatan, keselamatan, keberkahan serta kelapangan rizki, Al Faatihah….,’’ komando Ustadz dari mimbar yang disambut spontan seluruh santri dengan gema Fatihah.

Subhanallah, itulah puncak keharuan saya, sehingga tak terbendung lagi airmata menetes dan mengalir di pipi. Sungguh saya merasa bahagia, sebagaimana para orangtua santri lainnya. Mengenai kedahsyatan Surat Al Fatihah, Rasulullah SAW mengatakan, ‘’Induk dari semua surah dalam Al-Qur’an (Ummul Qur`an) adalah tujuh ayat yang sering berulang dibaca dan Al-Qur’an yang agung” (HR Bukhori dari Abu Hurairah ra).

Dan, bagi Nabi Muhammad SAW serta umatnya lah kedahsyatan Al Fatihah dipersembahkan. Seperti dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim (1/554) dan An-Nasa`i (2/138) dari Ibnu Abbas ra, suatu ketika Malaikat Jibril sedang duduk di sisi Rasulullah SAW. Tiba-tiba terdengar suara retakan dari arah atas mereka. Jibril lalu mengangkat kepalanya seraya berkata, “Itu suara salah satu pintu di langit yang baru kali ini dibuka.’’

Dari pintu itu, turunlah satu malaikat bergabung dengan mereka. Kata Jibril kepada Nabi, “Ini malaikat yang baru kali ini turun ke bumi.’’ Malaikat itu mengucapkan salam, dan berkata, “Bergembiralah kamu wahai Muhammad dengan dua cahaya yang diberikan khusus kepadamu, yaitu Fatihatul Kitab (Surah Al-Fatihah) dan beberapa ayat penutup surah Al- Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf pun darinya kecuali pasti engkau akan mendapatkannya.”

Para ulama mengatakan bahwa surah ini merangkum intisari ajaran Al Qur’an. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf bahwa al-Fatihah menyimpan rahasia [ajaran] al-Qur’an, sedangkan rahasia surat ini adalah kalimat ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’. Bagian yang pertama (Iyyaka na’budu) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari syirik. Adapun bagian yang kedua (Iyyaka nasta’in) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari [kemandirian] daya dan kekuatan, serta menyerahkan [segala urusan] kepada Allah ‘azza wa jalla” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [1/34] cet. al-Maktabah at-Taufiqiyah).

Al Fatihah mengandung ajaran tauhid dan do’a. Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Surat ini mengandung makna-makna yang agung. Di dalamnya terkandung ketiga macam tauhid. Yang pertama adalah ‘al-Hamdu lillahi Rabbil ‘alamin’ di dalamnya terkandung tauhid rububiyah. Lalu ‘ar- Rahmanir Rahim, Maaliki yaumid diin’ di dalamnya terkandung tauhid asma’ wa shifat. ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’ di dalamnya terkandung tauhid ibadah. Sehingga ia telah mencakup ketiga macam tauhid tersebut. Ia juga mengandung dua macam doa; sebab doa itu ada dua macam; doa ibadah dan doa mas’alah. Doa ibadah adalah pujian kepada Allah ‘azza wa jalla dan berbagai bentuk dzikir kepada Allah ‘azza wa jalla. Adapun doa mas’alah adalah permintaan berbagai kebutuhan kepada Allah jalla wa ‘ala; inipun terdapat di dalamnya. Yaitu dalam ayat ‘Ihdinash shirathal mUstadzaqim, Shirathalladzina an’amta ‘alaihim’; ini semuanya adalah permintaan dan doa. Oleh karena itulah dianjurkan setelah selesai membacanya untuk mengucapkan amin; artinya ya Allah kabulkanlah. Padahal ucapan amin digunakan hanya untuk doa. Surat Al-Fatihah ini semuanya berisi doa, baik doa ibadah maupun doa mas’alah” (lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 7-8 cet. Dar al-Imam Ahmad).

Imam An-Nasa`i meriwayatkan dalam As-Sunan Al-Kubra (5/12) dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW menyatakan, “Shalat ini (Al- Fatihah) dibagi antara Aku dengan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Jika hamba membaca, “Alhamdu lillahi Rabbil ‘alamin”, Allah berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.” Jika dia membaca, “Arrahmanir rahim”, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.” Jika hamba membaca, “Maliki yaumid din”, Allah berfirman, “Hamba-Ku memuliakan-Ku.” -Atau Allah berfirman, “Hamba-Ku telah berserah diri kepada-Ku.”- Jika hamba mengucapkan, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”, Allah berfirman, “Ini antara Aku dengan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.”

Seperti disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori (III/ 342) dari Abu Said Al-Khudri ra, Surah Al-Fatihah bisa digunakan untuk meruqyah (menyembuhkan).

Dengan kedahsyatan Al Fatihah yang sedemikian rupa, apalagi yang dihadiahkan oleh ribuan santri Gontor setiap lima waktu sehari, saya merasa menjadi orang tua yang sangat beruntung. Sebab, tidak semua orang mempunyai anak yang mau mondok, mau belajar agama, mau prihatin untuk sebuah masa depan yang baik.

Begitu juga kebiasaan yang dilakukan oleh ribuan santri Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an dan juga santri Rumah Tahfidz dipenjuru negeri ini dan mancanagara, setiap hari mendoakan dan menghadiahkan Al-Fatihah untuk para orang tua dan juga untuk para donatur.

Ahmad Fuady, penulis novel Negeri Lima Menara yang menjadi inspirasi anak saya untuk mondok, pun mengakui awalnya ogah disuruh orangtuanya mondok. Dan sebaliknya, banyak orangtua yang tidak siap untuk melepas anaknya mondok.