Oleh : Fatkhurohman,S.Pd.I, Kepala Sekolah SD Daqu School Semarang
Setiap orangtua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya pada institusi sekolah pastilah dengan satu tujuan agar anaknya berhasil, cerdas dan berakhlakul karimah. Semua orangtua pastinya memiliki keinginan sang permata hati dengan menjadi manusia yang dewasa, mandiri, dan taat beribadah, bukan manusia kaya hidup namun miskin nilai.
Tujuan akhir yang menjadi dambaan atau tujuan setiap orangtua menyekolahkan anaknya seperti itu. Ini seharusnya patut diperhatikan oleh setiap lembaga pendidikan. Meskipun juga harus disadari bahwa untuk mencetak manusia “ideal” yang memiliki kepribadian sosialis dan religius, seperti yang diharapkan tersebut, bukan semata-mata tanggung jawab sekolah melainkan harus di dukung semua komponen; termasuk didalamnya orangtua dan lingkungan. Namun sudah menjadi tanggung jawab sekolah untuk memprogram dan merancang sistem pendidikan seperti yang diharapkan tersebut.
Pendek kata, budi pekerti dalam pendidikan penting dan budi pekerti itu yang menentukan beradab atau tidaknya manusia. Pendidikan yang tidak mengajarkan akhlak hanya akan melahirkan manusia buaya tapi tidak berbudaya, cerdas tapi beringas seperti hewan, dan akhirnya menjadi manusia yang teraliensi dari sesamanya dan Khaliknya.
Melihat pentingnya pendidikan akhlak bagi anak, karena pelajaran ini masih dianggap mampu mempengaruhi sikap dan perilaku peserta didik setelah sekolah atau diluar sekolah maka perubahan muatan-muatan kurikulum akhlak termasuk juga aspek pendekatan dalam pengajarannya mutlak diperlukan. Bila masalah akhlak ini tidak di beri perhatian yang proporsional, maka pendidikan akan membawa manusia kepada malapetaka bagi kehidupannya. Sehingga yang terjadi adalah dehumanisasi . Proses ini terjadi karena biasanya banyak dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi. Proses pendidikan ini sangat kaku dan banyak aturan yang ketat untuk mencetak tenaga kerja industri, pendidikan semacam ini cenderung memberlakukan manusia sebagai robot. Hasilnya akan lahir lulusan yang merupakan pribadi tanpa kreatifitas dan kemandirian.