Ayah Eddy Santoso, Penemu Metode #petualanganmaharaja kembali mengisi pelatihan nasional yang kali ini berlokasi di Daqu Cimanggis pada Sabtu (29/2). Dengan mengangkat tema “Pintar Membaca Tanpa Belajar Membaca”, sebanyak 60 guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-jabodetabek mengikuti pelatihan nasional bersama Ayah Eddy.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh SD Fullday Daqu School Kalibata City ini dihandle langsung oleh Ustadz Faturrahman sebagai ketua pelaksana kegiatan ini. Dalam sambutannya, Ustadz Fatur mengajak seluruh peserta pelatihan untuk sama-sama mendoakan semua lembaga pendidikan, khususnya yang ada di Indonesia agar kelak menjadi semakin berkembang dan dapat terus mencetak generasi masa depan yang lebih baik.
Mengingat telah terbitnya peraturan dari Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mengatakan bahwa anak usia TK dan PAUD tidak boleh belajar baca, tulis, dan berhitung (calistung), Ayah Eddy membuat sebuah teknik belajar untuk anak-anak usia dini agar tetap bisa mendapatkan pelajaran sebagaimana seharusnya tanpa harus terfokus pada kata belajar.
Ayah Eddy semakin yakin untuk meluncurkan teknik tersebut di kalangan guru-guru PAUD, mengingat bahwa bisa membaca, menulis, dan menghitung ini menjadi salah satu syarat utama bagi anak-anak yang ingin melanjutkannya di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Juga mengingat para orangtua dari peserta didik yang masih memiliki mindset bahwa anak yang cerdas adalah anak yang sudah pandai calistung sejak usia dini.
Berdasarkan yang terjadi di keseharian, Ayah Eddy menyimpulkan bahwa jika guru PAUD dapat berbaur dengan peserta didik usia dini, menciptakan kenyamanan dalam belajar, mengaplikasikan kepada anak-anak teknik bermain sambil belajar, maka anak-anak usia dini akan merasa sekolah sebagai rumah keduanya. Anak-anak tidak akan merasa jenuh karena mereka dapat menikmati kegiatan belajar di sekolah.
“Kebanyakan guru-guru kan kalau sudah mendengar kata belajar membaca, yang ada di pikirannya hanya menyiapkan secarih kertas dan sebuah pensil, betul ?”, tanya Ayah Eddy kepada seluruh peserta pelatihan hari ini. Sontak seluruh peserta pelatihan menjawab, “Iya Ayah.. Betul sekaliiiiiii…”
Kali ini Ayah Eddy akan mengajarkan bagaimana teknik mengajarkan anak membaca tanpa buku dan pensil. Beberapa permainan telah disiapkan oleh Ayah Eddy. Diantaranya dengan bermain kartu dan kain.
Ayah Eddy membuat permainan menggunakan kartu yang telah disiapkan sedemikian rupa sebelumnya. Dengan teknik ini, guru-guru mengajak peserta didiknya untuk bermain sambil belajar yang sekaligus juga dapat melatih fokusnya.
Kartu yang dipegang oleh guru kemudian disebar secara acak ke arah anak-anak, lalu anak-anak yang mendapatkan kartu tersebut mengisi kotak-kotak yang ada pada sebuah matras yang sudah digelar dengan menyesuaikan suku kata yang terdapat di kartu dengan suku kata yang ada di matras. Melalui permainan ini, anak-anak secara tidak langsung tengah belajar membaca.
Permainan ini terus diulangi beberapa kali hingga guru merasa anak-anak sudah cukup pandai membaca suku kata pada kartu.
Berikutnya anak-anak diajak untuk belajar membaca sambil bermain dengan menggunakan kain. Masih dengan kartu yang sama, lima orang anak diminta untuk maju kedepan. Kemudian masing-masing dibagi tugas, empat anak memegang ujung kain berbentuk segi empat dan satu anak diminta untuk duduk di bawah kain yang kemudian diminta oleh guru untuk menyusun kartu menjadi sebuah kalimat. Setelah selesai, kartu tersebut diberikan kepada guru untuk dicek kebenarannya.
Dengan permainan seperti ini, anak-anak akan merasa enjoy dalam belajar membaca dan guru tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk mengambil fokus anak-anak.
Tidak hanya untuk belajar membaca saja, permainan seperti ini juga bisa diterapkan saat guru tengah mengajari anak-anak menulis dan menghitung.
“Namanya juga anak usia dini, ya mereka senangnya bermain.”, ujar Ayah eddy. “Para guru baiknya tidak melarang anak-anak untuk bermain, karena jika itu dilakukan maka yang ada anak-anak malah akan menjadi jenuh dan tidak mau lagi bertemu dengan gurunya di sekolah.”
“Boro-boro deh anak mau belajar sama gurunya di sekolah, ketemu aja sudah ogah.”, ujar Ayah Eddy. Maka dengan ini, guru diminta untuk lebih kreatif dalam mengajak anak usia dini untuk belajar.
Tidak lupa, Ayah Eddy juga memberikan beberapa tips terkait penanganan anak-anak yang aktif. “Ada dua jenis anak pada usia dini, yakni anak yang aktif dan anak yang pasif.”, ujarnya. “Anak yang terlihat lebih aktif inilah yang sering kali menjadi keluhan utama bagi para guru PAUD. Sementara anak yang terlihat lebih pasif menjadi kebanggaan guru-gurunya. Mengapa demikian ? karena anak yang pasif ini telah memudahkan guru dalam mengajar.”
“Padahal pada kenyataannya, anak-anak yang aktif inilah yang biasanya lebih cepat menyerap pelajaran dari guru. Mengapa demikian ? karena, anak-anak inilah yang lebih kritis terhadap hal-hal yang baru ditemuinya.” ujar Ayah Eddy.
Melalui pelatihan ini, Ayah Eddy mengajak para guru PAUD untuk lebih sabar dan kreatif menghadapi anak-anak usia dini, khususnya pada saat jam belajar berlangsung.