Sempat tertunda karena cuaca tidak memungkinkan, penutupan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang akhirnya digelar. Acara berlangsung meriah di lapangan futsal Pesantren Daqu Tangerang, Senin (18/7) di mana sejatinya penutupan MPLS berlangsung hari Sabtu (16/7). Namun, hal tersebut tidak mengurangi keseruan penutupan yang diisi dengan Pengenalan Pesantren Hijau dan Fun Game.
Peserta dari santri baru kelas 7 SMP dan I’daad Kibar berkumpul di lokasi acara sejak pukul 7 pagi. Mereka bersiap dengan pakaian olahraga karena di penutupan ini para santri baru ini akan bersenang-senang dan bermandi keringat.
Dibuka dengan sosialisasi budaya lingkungan pesantren yang berorientasi pada program Pesantren Hijau. Program ini mirip dengan Program Adiwiyata yang dilaksanakan sekolah umum di bawah Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan. Adiwiyata juga dilaksanakan Unit Fullday Daquschool.
Pesantren Hijau berorientasi pada kelestarian alam di pesantren. Program ini juga mendorong dalam menyediakan lingkungan yang nyaman untuk santri belajar.
“Program pesantren dalam rangka pendidikan lingkungan hidup,” jelas Ustadz Adit, salah satu pengajar di SMP Daqu Tangerang yang menyampaikan materi di acara ini.
Para santri baru juga diperkenalkan dengan sebuah produk tempat duduk recycle berbahan sampah plastik. Tempat duduk ini merupakan kreasi santri kelas 12. Setelah acara ini, para santri pun diminta membuat kreasi serupa dengan mengumpulkan sampah botol plastik maupun plastik jenis lainnya.
Setelah berkutat dengan materi, para santri baru ini asyik bermain dalam beberapa permainan. Mereka dibagi per kelompok berdasarkan kelas masing-masing. Permainan suit tangkap dan kereta buta memecah gelak tawa santri dan asatidz/asatidzah yang mengukuti rangkaian acara MPLS ini.
Dalam suit tangkap, seorang kapten dari tiap kelompok ditunjuk untuk melakukan “suit” dengan kapten kelompok lain. Anggota lain bersiap untuk mengejar anggota tim lawan yang kaptennya kalah dalam suit.
Setiap tim lawan yang kaptennya kalah suit kemudian ia tersentuh oleh tim sebaliknya, maka dirinya tak boleh bermain kembali. Dengen begitu jumlah anggota kelompok akan berkurang. Di akhir babak, anggota kelompok yang jumlahnya lebih banyak menjadi pemenangnya.
Lelah berlarian, para santri baru lalu diajak bermain kereta buta. Tiap kelompok berbaris dan ditutup matanya, kecuali satu orang di paling belakang yang bertugas sebagai kapten tim. Kemudian seorang dari kelompok tersebut berdiri secara acak di salah satu sudut arena permainan.
Tugas kapten tim yang matanya tidak tertutup ialah mengarahkan anggotanya dengan tepukan di bahu seorang di depannya. Namun, ia tidak diperkenankan mengeluarkan suara.
Permainan ini bertujuan mengasah kepemimpinan dan kerja sama para santri. Selain itu juga mengasah kepekaan santri terhadap sebuah instruksi.
Fun Game ini bukan sekedar bersenang-senang usai selama dua hari para santri dijejali materi kepesantrenan. Hal ini juga sejalan dengan orientasi lingkungan pondok yang asri sesuai dalam Program Pesantren Hijau.
Fun Game yang menguras energi bagus untuk perkembangan para santri di pondok. Kesehatan mereka pun meningkat didukung dengan lingkungan yang nyaman. Dengan begitu, aktivitas di pondok pun menjadi menyenangkan.