Sejarah berdirinya Daarul Qur’an hingga memiki berbagai entitas dan berkomitmen dalam landasan Qur’ani jadi alasan rombongan dosen dan mahasiswa Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) meggelar diskusi sekaligus saling belajar dengan pendiri Daarul Qur’an, KH Yusuf Mansur. Hal itu diungkapkan langsung oleh Dosen Magister Manajemen Pendidikan Islam PTIQ, Dr. Farizal MS, M.M., dalam sambutan sebelum acara dimulai.
Selain Dr. Farizal, PTIQ juga mengikutsertakan mahasiswa Pascasarjana program Magister Manajemen Pendidikan Islam yang berjumlah 40 orang. Jumlah itu juga ditambah dengan beberapa dosen.
Acara digelar di Institut Daarul Qur’an (Idaqu), Jl. Cipondoh Makmur Raya, Cipondoh, Tangerang, berlokasi di ruang kelas mahasiswa. Acara di hari Minggu (27/6/2021) itu juga dihadiri oleh Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan, KH Ahmad Jamil, serta pakar Tahfizhul Qur’an dunia yang berkhidmad di Daarul Qur’an, Dr. Zaid Al-Ghaily. Diskusi juga disiarkan pada kanal Youtube Pesantren Daqu.
Diskusi ini, kata Dr. Farizal, juga bermanfaat bagi para mahasiswa untuk menambah jam terbang dalam mengajar, khususnya mengajar Al-Qur’an. Selain itu, tak menutup kemungkinan lewat sebuah kerjasama PTIQ akan membuka kelas jauh program Pascasarjana yang diselenggarakan di Idaqu.
Dr. Farizal menjabarkan, masyarakat Indonesia yang kian sadar akan pentingnya belajar Al-Qur’an semakin membuka kebutuhan akan pengajar sekaligus sistem manajemen yang komprehensif.
“Maka dari itu sekolah wawasan Al-Qur’an ini diperlukan untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas,” tutur Dr. Farizal. Harapannya diskusi ini juga jadi gerbang mengembangkan potensi-potensi pendidikan Al-Qur’an yang tersubtitusi ke berbagai bidang.
KH Yusuf Mansur yang menjadi narasumber utama acara tidak banyak memaparkan tentang praktek manajemen. Beliau hanya menyampaikan bahwa dalam mendawami Al-Qur’an dan berbagai kebaikan lain harus dimulai dengan keistiqomahan kita memohon pertolongan Allah SWT.
“Teori sederhana ini juga yang melahirkan para pejuang hebat dengan izin Allah SWT,” tuturnya. Beliau melanjutkan, “jangan kebanyakan mikir, jangan kebanyakan kerja, kalau tanpa didampingi oleh Allah Jalla jallaluh.”
Kyai Yusuf pun berkisah tentang seorang pengusaha yang dihadapkan pada rumitnya permasalahn pajak perusahaan. Dalam kondisi itu, ia malah diberikan amanah untuk membuka sebuah rumah tahfizh. Lambat laun, justru dari situ persoalan bisa diatasi.
Kyai Yusuf juga mengisahkan perjalanan Jody Brotosuseno, owner Waroeng Group dengan puluhan cabang gerai steak yang tersebar di Indonesia. Saat ini, Jody juga jadi donatur perkembangan Daarul Qur’an.
“Manajemen Langit” itu pula yang mengalahkan manajemen ala manusia dalam bersiasat kala sang owner berhasil membuka sebuah gerai di daerah Tegal. “Allah itu maha mengajarkan siapa saja yang menghendaki ilmu. Seluruh urusan samain aja SOP nya,” pesan Kyai Yusuf.
Selanjutnya, diskusi bersama para mahasiswa akan dilanjutkan lewat group chat aplikasi Whatsapp.