Belajar Dari Kiai Toha

0
27

Oleh Tarmizi As Siddik, Ketua Daarul Qur’an

Disaat banyak orang di usia sepuh lebih memilih asyik duduk bercengkerama dengan cucu dan menghabiskan waktu dengan membaca buku atau menonton televisi. Tapi tidak bagi Kiai Haji Thoha Abdurrahman, di usia yang sudah sepuh dengan kondisi fisik yang tidak prima lagi ia tetap semangat untuk berdakwah dan memberi pencerahan pada umat.

Posisinya sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Yogyakarta tidak menjadikannya beban, sebaliknya semangat dakwah masih memancar dalam tatapan wajah dan untaian kalimat yang keluar dari mulutnya.

Semangat dakwah itu terlihat saat ia menghadiri pelaksanaan Wisuda Akbar 8 Penghafal Al-Quran yang berlangsung di Masjid Kampus UGM, Yogyakarta. Wisuda Akbar penghafal al-quran merupakan acara rutin yang digelar oleh PPPA Daarul Quran dan pada gelaran kali ini tidak hanya diselenggarakan di Indonesia namun juga di 12 negara.

“Saya baru saja pulang dari luar kota dan langsung ke lokasi ini” bisiknya pada saya.

Saat tausiyah ia tidak mau duduk di bangku yang disediakan oleh panitia. Mengingat tubuh bagian kirinya sudah tidak normal lagi karena stroke yang menyerang. Sebaliknya ia tetap berdiri saat memberikan tausiyah. Menurutnya semangat ia bertambah tinggi lagi saat melihat banyak santri cilik sudah memilih menjadi penghafal al-quran.

“Nabi bersabda setiap 100 tahun Allah akan menurunkan mujaddid dalam agamanya. Semoga ada dari kalian-kalian yang akan menjadi mujaddid tersebut” ujarnya yang disambut takbir sekitar 3000 peserta dan undangan yang hadir dalam acara tersebut.

Tahun 2017 ini usia Kiai Toha sudah genap 81 tahun, sudah sejak 15 tahun lalu ia mengemban jabatan sebagai ketua MUI DIY. Selain itu ia juga pernah dipercaya sebagai Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi DIY dan Ketua Dewan Pengawas Syariah BPD DIY Syariah.

Lahir dan besar dalam lingkungan keluarga besar Nahdlatul Ulama tidak membuatnya kaku dalam paham keagamaan. Sebaliknya ia dikenal sebagai ulama yang cair dan mudah bergaul dengan aktivis dakwah dari ormas islam lainnya. Ia bisa berakrab-akrab dengan Muhammadiyah, sehingga Tidak jarang pula banyak orang mengira ia adalah aktivis Muhammadiyah

Sikap ini lahir karena prinsip dakwahnya yang ingin menyatukan umat. Baginya berpecah belah itu haram. Maka selama apa yang dilakukan ada dalil dan landasannya ia tidak mempermasalahkan.

Dalam momen Wisuda Akbar itu senyum Kiai Toha terus mengembang terlebih saat melihat banyaknya penghafal quran cilik di Yogyakarta dan sekitarnya. Ia pun berpesan kepada umat muslim untuk tidak melupakan al-quran dalam keseharian karena banyaknya pahala kebaikan yang akan kita dapat dari setiap bacaan al-quran dan sempurnakan bacaan dan hafalan al-quran dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan.

Di akhir acara ia menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar Daarul Qur’an dan ia mengaku senang dengan pergerakan dakwah quran saat ini. Ucapan yang insya Allah menambah semangat kami keluarga besar Daarul Quran dalam mencetak penghafal quran sebanyak-banyaknya.

[vc_media_grid grid_id=”vc_gid:1508991959829-447bd952-8ff6-1″ include=”15141,15139,15126″]