Daqu Discovery : Di balik Semaraknya MHQN 8

0
38

MHQN 8 yang dilaksanakan di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Putri Cikarang menyimpan begitu banyak cerita. Bukan hanya tentang perlombaan Alquran tetapi juga yang terkait dengan ilmu pengetahuan. DaQu Competition adalah ajang dimana para peserta menuangkan pemikirannya dalam sebuah produk ilmiah. Karya tulis ilmiah dan penemuan inovatif merupakan cabang yang dilombakan.


Berbagai penemuan dan buah karya yang inovatif dan menarik lahir dari perlombaan tersebut. Sebut saja produk antiseptic penyembuh luka, alat pendeteksi elektronik hingga pengaplikasian ilmu yang diajarkan di sekolah seperti hukum faraday. Topik menarik mengenai islam dan ilmu pengetahuan juga disuguhkan didalamnya.

Kenzi dan Farhan adalah salah satu peserta lomba penemuan inovatif dari Daarul Qur’an Ungaran. Inovasi yang disuguhkan sungguh bermanfaat yakni obat penyembuh luka dari daun binahong. Farhan menjelaskan bahwa ide tersebut ia dapat dari gurunya. Ia juga menceritakan bahwa latar belakang mereka mengangkat prduk tersebut tak lepas dari aktivitas santri yang kerap kali menimbulkan luka di tubuh mereka. “Yang saya denger kalo daun binahong ini kan banyak mengandung antiseptic, contohnya flavonoid”, ujar Farhan yang dududk di kelas 9. Bukan sembarang penemuan, produk tersebut sudah diakui karena pernah menjuarai lomba penelitian ilmiah tingkat kabupaten.


Tidak sampai di situ, produk-produk terebut juga berpeluang untuk dikembangkan sesuai keinginan para peserta. Seperti yang diungkapkan oleh Pia Meriska, perwakilan SMP Daarul Qur’an Cikarang. Tong sampah pintar yang ia dan timnya buat rencananya aka dikembagkan sampai seluruh Daarul Qur’an bisa merasakan manfaat dan keefisienannya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Fardal dan Aray yang membuat produk sejenis. Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Jaza Haura dan Aura Safa yang keduanya sedang menempuh jenjang SMA. “Rencananya akan kita perbaiki lagi packagingnya dan akan kita perbanyak”, ujar Aura.


Dengan adanya perlombaan ini membuktikan bahwa seorang santri tidak melulu belajar ilmu agama. Karena sejatinya ilmu agama dan sains adalah dua ilmu yang saling beriringan. Seperti sebuah ungkapan yakni  ilmu agama mencegah kita dari kemaksiatan dan ilmu pengetahuan mencegah kita dari kebodohan.

“Kita sebagai santri juga harus membuktikan dengan cara jangan takut ikut lomba keluar”, ujar Mutia Resti.

“kita juga butuh bantuan pesantren untuk di show up kan karena penemuan seperti ini juga dibutuhkan oleh masyarakat”, ungkap Aura.

Semoga pada pelaksanaan Daqu Competition berikutnya makin banyak santri yang melakukan penelitian dan bisa dimanfaatkan untuk kemajuan pendidikan di Daarul Qur’an maupun bangsa Indonesia.